YAMAN (Arrahmah.com) – Wartawan harian Al-Quds Al-Arabi, Abdur Razzaq Al-Jamal, beberapa waktu yang lalu melakukan wawancara eksklusif dengan komandan mujahidin Anshar Shariah di propinsi Abyan, Yaman Selatan.
Sebagai seorang wartawan internasional yang sudah meliput berbagai kejadian besar di berbagai penjuru dunia, reportase Al-Jamal selalu ditunggu-tunggu oleh para pembaca Al-Quds Al-Arabi. Al-Quds Al-Arabi sendiri adalah satu-satunya harian berbahasa Arab yang dinilai ‘indipenden’ dan berani mengkritik kebobrokan rezim-rezim Arab, sehingga sangat dibenci oleh rezim-rezim Arab dan ‘terpaksa’ berkantor di London.
Reportase ke wilayah perang di Yaman Selatan dan wawancara eksklusif dengan pimpinan mujahidin yang diperangi oleh aliansi pasukan salibis AS, rezim Yaman dan Arab Saudi tak urung meninggalkan kesan unik pada diri Al-Jamal.
Pasca operasi bom syahid yang menewaskan sedikitnya 100 tentara rezim Yaman dan melukai sedikitnya 200 tentara lainnya di Sana’a, Senin (21/5/2012), Al-Jamal membuat sebuah pernyataan menarik yang cukup menggemparkan Yaman secara khusus dan dunia internasional secara umum.
Al-Jamal menulis, “Jika pemerintah Yaman dengan persenjataannya hendak memerangi Al-Qaeda, lalu Pemerintah mengumumkan kepada seluruh kesatuan tentara dan keamanannya bahwa Pemerintah membutuhkan 50 orang untuk melakukan serangan berani mati seperti yang dilakukan oleh anggota Al-Qaeda itu; mungkinkah Pemerintah akan mendapatkan jumlah 50 orang tersebut, atau berapakah jumlah yang mungkin didapatkan oleh Pemerintah? Saya sendiri memperkirakan Pemerintah tidak akan mendapatkan satu orang pun yang siap menjadi pelaku.”
(muhib almajdi/arrahmah.com)