TEL AVIV (Arrahmah.id) – Menteri Luar Negeri ‘Israel’ Yisrael Katz telah mengeluarkan ancaman langsung untuk membunuh pemimpin Hamas Khaled Meshaal, menyusul pernyataan Meshaal baru-baru ini dari Istanbul.
Ancaman Katz muncul setelah rekaman audio Meshaal yang mengancam akan melanjutkan operasi pengeboman terhadap ‘Israel’, yang memicu reaksi keras dari pihak ‘Israel’.
Dalam pernyataannya, Katz menekankan bahwa “Israel akan memastikan bahwa keinginan mati Khaled Meshaal dan rekan-rekannya terpenuhi sesegera mungkin,” seraya menambahkan bahwa kali ini akan berbeda dan akan dilakukan “tanpa sedikit modifikasi.”
Eskalasi ini terjadi setelah Meshaal, dalam pidatonya pada Rabu (28/8/2024) di sebuah konferensi pers yang diselenggarakan oleh Yayasan Yerusalem Internasional di Istanbul, memuji operasi syahid yang mulai muncul lagi di Tepi Barat, dan menyerukan untuk meningkatkan konflik dengan ‘Israel’ dan terlibat dalam perlawanan di semua lini.
Pimpinan Hamas di luar negeri tersebut menyerukan dimulainya kembali aksi di kampus-kampus dan demonstrasi mahasiswa menentang dukungan Amerika dan internasional terhadap ‘Israel’, dan mendesak kaum muda di dunia Islam untuk kembali ke kampus-kampus dan melancarkan gelombang protes dan demonstrasi baru untuk menuntut diakhirinya perang ‘Israel’ di Gaza, dan untuk mengecam dukungan yang diberikan oleh Amerika Serikat dan negara-negara Barat kepada ‘Israel’.
Ia mengatakan dalam pidatonya, “Dengan kembalinya tahun ajaran dan semakin dekatnya peringatan pertama Operasi Banjir Al-Aqsa, kita harus mempersiapkan intifada baru yang akan menghidupkan kembali gerakan ini dan mengirimkan pesan yang jelas kepada Washington dan dunia untuk menghentikan agresi di Gaza.”
Meshaal juga menekankan pentingnya untuk tidak meninggalkan Gaza sendirian dalam menghadapi agresi ‘Israel’, menyerukan kepada masyarakat Arab dan Islam untuk kembali ke jalan dan menunjukkan kemarahan dalam mendukung Gaza.
Seruan Meshaal ini disampaikan pada saat Tepi Barat tengah dilanda operasi militer besar-besaran oleh tentara ‘Israel’, yang mengakibatkan 9 warga Palestina gugur dan sejumlah lainnya terluka dalam operasi di wilayah utara Tepi Barat yang merupakan operasi terbesar sejak 2002.
Operasi ini bertepatan dengan berlanjutnya perang di Gaza, yang mengakibatkan kerusakan besar dan kerugian manusia yang sangat besar, yang mengakibatkan lebih dari 134 ribu korban tewas dan luka-luka, yang sebagian besar adalah anak-anak dan wanita. (zarahamala/arrahmah.id)