GAZA (Arrahmah.com) – “Israel” menggunakan berbagai senjata modern yang canggih terhadap penduduk sipil yang tidak bersenjata,” kata dokter Norwegia Mads Gilbert dalam sebuah wawancara telepon dengan The Electronic Intifada pada Selasa, (22/7/2014).
“Ini adalah terorisme negara pada tingkat yang sangat canggih dan sangat tinggi,” tambahnya.
Berbicara melalui telepon dari rumah sakit al–Shifa di mana ia membantu mengobati pasien yang terluka, Gilbert menggambarkan kengerian yang telah ia saksikan di Gaza dalam beberapa hari terakhir saat tubuh korban Palestina yang sebagian besar perempuan dan anak-anak yang dibawa ke rumah sakit dalam keadaan tercabik-cabik oleh persenjataan “Israel” yang sengaja ditujukan kepada warga sipil.
“”Israel”, tampaknya melancarkan perang terhadap anak-anak.”
“Sementara itu, lebih dari 100.000 warga Palestina di Gaza yang mengungsi mengalami kelangkaan air bersih dan tidak ada listrik, jelas Gilbert. Gaza adalah bencana kemanusiaan buatan manusia.” tegas Gilbert.
“Israel” telah membom setidaknya 25 fasilitas perawatan kesehatan, membunuh dan melukai beberapa pekerja medis,” kata Gilbert.
Gilbert telah berulang kali memohon kepada PBB untuk turun tangan dan melindungi rumah sakit Palestina dari serangan “Israel” yang jelas-jelas melanggar hukum internasional.
“[Fasilitas medis] menjadi target dan di bom, pasien dan staf menjadi korban,” kata Gilbert.
“Apa yang akan terjadi jika pejuang Palestina membom sebuah rumah sakit “Israel” dan menewaskan lima pasien?” kata Gilbert. “Dunia pasti akan terbalik. Apakah Palestina merupakan kewarganegaraan kedua, atau ketiga atau keempat di dunia?” tegas Gilbert.
Kemarin jurnal kesehatan bergengsi The Lancet menerbitkan sebuah surat terbuka yang ditulis oleh Gilbert dan ditandatangani oleh beberapa dokter dan ilmuwan yang sangat mencela kejahatan “Israel” terhadap sektor kesehatan Gaza.
“”Israel” mengatakan bahwa mereka membom Gaza untuk menyingkirkan terowongan dan “teroris”,” kata Gilbert. “Saya tidak melihat terowongan dan “teroris” di rumah sakit Shifa. Saya hanya melihat orang-orang biasa seperti Anda dan saya.”
“Warga Palestina tetap menjaga semangatnya yang tinggi. Rumah sakit ini bekerja dan menerima pasien, beberapa kasus telah datang, yang terluka dirawat, yang meninggal dibawa ke kamar jenazah.”
“Para kerabat berkerumun di rumah sakit dan pada pembantaian di Shujaiya kami belum tahu berapa banyak warga Palestina yang tewas, tapi itu merupakan jumlah besar warga Palestina yang tewas pada malam pemboman sengit di Shujaiya, kota yang dihuni oleh sekitar 60.000 orang. Dan malam itu kami menerima 400 pasien dari tengah malam sampai pagi berikutnya. Kami menerima di antara mereka, saya pikir ada 47 orang yang tewas. Jadi tentu saja itu adalah malam yang sangat dramatis.”
“Di pagi hari, saat matahari terbit, warga Palestina yang kehilangan tenpat tinggal, atau mereka yang terjebak dalam pemboman itu, datang berkeliaran ke Shifa. Mereka datang dengan telanjang kaki, wajah pucat, terguncang dan hati hancur. Mereka telah kehilangan rumah mereka dan kehilangan anggota keluarga mereka. Dan mereka mencari perlindungan di taman Shifa. Dan tiba-tiba Shifa tidak hanya memiliki pasien dan keluarganya, tetapi juga memiliki sekelompok besar orang yang mengungsi.”
“Taman rumah sakit Shifa menjadi penuh sesak dengan ratusan warga Palestina yang tidak lagi memiliki tempat tinggal, yang telah melalui malam-malam seperti neraka. Saya berbicara dengan beberapa dari mereka, dan betapa memilukan mendengar cerita mereka tentang bagaimana mereka telah terperangkap di rumah-rumah mereka. Saya berbicara dengan beberapa keluarga yang bercerita tentang anggota keluarganya yang terluka yang tidak bisa dievakuasi oleh ambulan dan benar-benar berdarah sampai mati sebelum mereka bisa dievakuasi.”
“Malam itu adalah malam dan pagi yang sangat dramatis dan kami bekerja secara terus menerus. Seluruh staf rumah sakit Shifa yang luar biasa bekerja keras untuk mencoba mengatasi dan mengakomodasi semua ini. Mereka kelelahan, tetapi mereka tetap tegar dan mereka menunjukkan kinerja mereka meskipun kenyataanya mereka tidak mendapatkan gaji.”
“Hampir tidak ada air, sembilan puluh persen air tidak bisa diminum. Pasokan air ke wilayah pemukiman sangat terbatas. Hampir tidak ada listrik. Gaza beroperasi dengan lampu dari tenaga generator dan baterai . Ketika Anda sedang duduk bekerja untuk beberapa laporan atau Anda sedang koneksi internet, tiba-tiba listrik mati dan akan ada delapan jam pemadaman.”
“Itulah sebabnya saya menulis surat terbuka. Saya berkata, Obama, jika Anda memiliki hati, datanglah untuk melihat kami. Menghabiskan satu malam di Shifa, saya akan mendandani Anda seperti petugas kebersihan dan saya yakin hal itu akan mengubah seluruh persepsi Anda tentang semua ini. Anda begitu terasing dengan kata-kata kosong “Saya menyesal sehingga begitu banyak korban sipil, bla bla,” bahwa Anda bahkan tidak memiliki empati yang dapat mempengaruhi keputusan politik Anda. Sebaliknya Anda bahkan memberikan bantuan baru sebanyak puluhan juta dolar untuk mesin perang “Israel” yang kejam ini. Ayo. Datanglah mengunjungi kami. Datanglah dan jelaskan kepada ibu-ibu dan ayah-ayah dari anak-anak Palestina ini. Datanglah dan jelaskan kepada Shumaiya mengapa ibunya harus dibunuh dan dua adiknya juga harus dibunuh.”
“”Israel” mengatakan bahwa mereka membom Gaza untuk menghancurkan terowongan dan “teroris”. Saya tidak melihat terowongan dan “teroris” di rumah sakit Shifa. Saya hanya melihat orang-orang biasa seperti Anda, saya dan anak-anak kami.”
” Saya telah kehabisan kata-kata untuk menjelaskan kepada para pemimpin Anda bahwa orang-orang Palestina terus-menerus menjadi korban pembunuhan kejam dari kekuatan besar, yang memiliki kekuatan besar yang lain di balik itu, yang tampaknya memiliki lingkaran empati di luar mereka sendiri. Pemerintah “Israel” sama sekali tidak memiliki hati manusia.”
“Selama malam pembantaian di Shujaiya, tanggal 20 Juli, kami memiliki 141 orang yang tewas dan 452 menderita luka-luka; 47 orang yang tewas ini dibawa ke Shifa. Kami melihat adegan yang sangat memilukan ketika anggota keluarga bertemu dengan anggota keluarga mereka yang sudah meninggal. Dan masih tidak ada yang tahu berapa banyak orang yang mati terperangkap di reruntuhan rumah yang dibom di Shujaiya.”
“Tadi malam mereka membom sebuah bangunan bertingkat tinggi. Ketika tentara “Israel” menembakkan roket yang pertama, dinding depan bangunan itu jatuh ke jalan. Dalam salah satu apartemen itu, di lantai kelima atau keenam, ada sebuah keluarga yang terdiri dari dua orang dewasa dan lima anak-anak yang berteriak-teriak untuk membebaskan diri. Dan kemudian datang roket kedua menghantam mereka, dan mereka semua tewas. Kami mendapatkan mereka telah hangus. Lima anak dan dua orang dewasa. Teroris, hmm? Terowongan? Hamas?”
“Mereka adalah manusia. Mereka adalah manusia. Mereka dilindungi oleh hukum internasional. Mereka dilindungi oleh deklarasi PBB untuk hak asasi manusia. Namun “Israel” terbebas dari semua itu, memiliki kekebalan hukum yang membuat Anda dan saya tampak tidak berdaya dalam domain kontrol “Israel”.”
“Setiap kali saya berbicara dengan Anda, itu hanya memilukan dan mengerikan. Saya sangat berharap percakapan berikutnya kami miliki kisah yang tidak begitu gelap.” kata Rania Khalek, seorang jurnalis independen dari The Electronic Intifada.
“Bisakah saya hanya memberikan sisi terang? Sisi terangnya adalah ketahanan rakyat Palestina. Mereka bukanlah rakyat yang lemah. Mereka bukanlah rakyat pengemis. Mereka berdiri tegak. Mereka berdiri tegar!
“Cinta dan kekaguman saya yang besar untuk para staf dan relawan di Shifa. Dan tak lupa juga paramedis, atas segala pengorbanan dan risiko dalam setiap misi yang mereka lakukan di kota kematian dan kehancuran yang gelap ini dari serangan pasukan “Israel”. Kekaguman yang terdalam.”
“Para ahli bedah, perawat ruang operasi, mereka bekerja siang dan malam. Tidak ada dari mereka yang meninggal karena tidak ada yang mencoba untuk menyelamatkan mereka. Jika mereka meninggal, itu karena cederanya terlalu parah dan tubuh mereka tidak mampu bertahan, atau karena mereka terlambat datang kepada kami.” Tegas Gilbert.
(ameera/arrahmah.com)