(Arrahmah.com) – Muqawamah Media pada Jum’at (5/12/2014) merilis terjemahan sebuah risalah eksklusif terkait situasi jihad di bumi Syam yang diberkahi dengan tujuan untuk menyingkap syubhat-syubhat yang terus berhembus. Risalah berjudul Hadzihi Syahadati (Inilah Kesaksianku) tersebut ditulis oleh seorang Muhajir dari Jazirah Arab yang telah berperan besar dalam jihad di bumi Syam sejak permulaan revolusi bersama Jabhah Nushrah.
Sang Mujahid Jazrawi memutuskan untuk turut angkat bicara dan menulis risalah ini setelah melihat fitnah dan syubhat yang terus bergulir dalam perselisihan antara Jama’ah Daulah [Islamic State (IS) atau yang sebelumnya dikenal sebagai ISIS] dengan Jabhah Nushrah serta seluruh faksi jihad lainnya di bumi Syam. Berikut rilisan lengkap tersebut.
بسم الله الرحمن الرحيم
Segala puji hanya milik Allah Azza wa Jalla, shalawat dan salam semoga tercurahkan atas baginda Muhammad, Keluarga dan Sahabat serta para pengikut beliau hingga akhir zaman kelak.
Pembaca setia Muqawamah Media yang Allah muliakan, sekali lagi tim redaksi Muqawamah dengan eksklusif mempersembahkan rilisan istimewa dari bumi jihad Syam untuk menyingkap semua syubhat dan fitnah serta kebohongan yang telah dihembuskan oleh para ruwaibidha berjubah ‘jihad’ dan ‘tauhid’ di zaman ini. Dengan izin Allah risalah Hadzihi Syahadati (Inilah Kesaksianku) telah berhasil kami terjemahkan dengan penuh kehati-hatian, kami juga telah melakukan beberapa riset atas tragedi-tragedi yang disebutkan dalam risalah ini, dan alhamdulillah kami berhasil mengumpulkan beberapa data tambahan seperti foto dan video Youtube untuk memberikan gambaran visual bagi para pembaca atas kejadian yang telah berlaku disana.
Sang Mujahid Jazrawi penulis risalah ini adalah seorang muhajir dari Jazirah Arab dan telah berjihad di bumi Syam semenjak permulaan revolusi bersama Jabhah Nushrah. Dari hasil penulusuran tim redaksi, beliau semoga Allah senantiasa menjaganya adalah seorang mujahid senior Jabhah Nushrah dan telah menempati beberapa posisi penting di tubuh Jabhah Nushrah hingga hari ini. Kesaksian yang beliau berikan disini adalah sebuah sikap yang terpaksa beliau lakukan melihat fitnah dan syubhat yang semakin bergulir bak bola liar atas perselisihan antara Jama’ah Daulah dengan Jabhah Nushrah serta seluruh faksi jihad lainnya di bumi Syam. Sikap untuk akhirnya bersuara atas konflik ini tentu beliau lakukan setelah selama ini mematuhi perintah Amir Al-Qaeda pusat agar menahan diri. Akan tetapi disayangkan seribu sayang, pihak sebelah memanfaatkan momen tersebut untuk semakin gencar menghembuskan fitnah serta syubhat di tengah umat. Bahkan baru-baru ini mereka telah menyusun sebuah makalah untuk mendiskreditkan Al-Qaeda dan amirnya Syaikh Dr. Ayman Azh-Zhawahiri hafidhahullah, kini mereka telah berani dengan terang-terangan menampakkan hakikat fikrah dan manhaj mereka, sehingga jelaslah sudah bahwa semua ini sebenarnya adalah pertentangan antara dua manhaj, dua fikrah bahkan dua aqidah yang berbeda.
Tanpa panjang lebar lagi, kami persilahkan para pembaca budiman untuk menyaksikan sendiri penodaan apa saja yang telah dilakukan oleh jama’ah Daulah di bumi jihad Syam melalui bagian pertama dari dua bagian risalah eksklusif ini. Semoga Allah mencatat ini sebagai amal shalih bagi Sang Mujahid Jazrawi atas usahanya yang mulia ini, allahumma amin.
بسم الله الرحمن الرحيم
مجموعة نخبة الفكر تقدم
MAJMU’AH NUKHBATUL FIKR MEMPERSEMBAHKAN
(هذه شهادتي)
INILAH KESAKSIANKU
للأخ / أبو أسامة الجزراوي (مجاهد جزراوي)
– حفظه الله –
OLEH : AL-AKH ABU USAMAH AL-JAZRAWI alias MUJAHID JAZRAWI HAFIDHAHULLAH
INILAH KESAKSIANKU
Segala puji bagi Allah rabb semesta alam, tidak ada permusuhan kecuali kepada orang-orang yang zhalim, shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Sayyidil Mujahidin, beserta keluarga, sahabat, tabi’in dan siapa saja yang mengikuti mereka dalam kebaikan hingga hari kiamat kelak, amma ba’du: Assalamualaikum Warahmatullahi wa Barakatuhu.
Wahai para masyayikh ku yang terhormat dan saudara-saudaraku yang mulia, sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah memberikan perintah di dalam Kitab-Nya:
وَإِذۡ أَخَذَ ٱللَّهُ مِيثَٰقَ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ لَتُبَيِّنُنَّهُۥ لِلنَّاسِ وَلَا تَكۡتُمُونَهُۥ
“dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu): “Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya,”…” [Qs. Ali Imran: 187]
Allah Jalla wa ‘Ala juga berfirman:
وَٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتُ بَعۡضُهُمۡ أَوۡلِيَآءُ بَعۡضٖۚ يَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ
“dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar.” [Qs. At Taubah: 71]
Pada hari ini saya akan membuat kesaksian mengenai Tanzhim Daulah setelah beberapa orang ikhwah meminta saya untuk membuatnya. Saya akan menuturkan peristiwa-peristiwa semenjak saya masuk ke bumi Syam, kemudian saya berpindah-pindah dari satu wilayah ke wilayah lainnya, hingga saat ini saya menuliskan kesaksian ini. Kesaksian ini akan saya tuliskan secara ringkas, maka saya katakan:
(sebelum dimulai saya ingin memberikan catatan kepada pembaca bahwa Tanzhim Daulah di Iraq dan Syam akan saya beri nama “Daulah” di dalam kesaksian saya ini, tujuannya adalah agar lebih ringkas)
SATU:
Sebelum terjadinya peperangan dan baku tembak apapun antara faksi-faksi yang ada dengan Tanzhim Daulah, anggota keamanan Daulah telah lebih dahulu melakukan pembunuhan dan penangkapan terhadap para komandan serta para anggota faksi-faksi tersebut.
Di Aleppo sendiri kami berusaha untuk melakukan kontak dan mediasi dengan Syaikh Dr. Abdullah Al-Muhaisini agar beliau melakukan upaya penyelesaian atas permasalahan ini setelah kami menyebutkan nama dan lokasi penangkapan kepada beliau, namun para pemimpin di Daulah merespon kami dengan penyangkalan dan mereka menyatakan bahwa mereka tidak bertanggung jawab atas aksi-aksi tersebut. Pihak keluarga dari korban penangkapan sendiri kemudian menemukan jasad putera mereka tergeletak di sebuah ruas jalan di kawasan yang biasa ditempati oleh anggota Daulah. Dimana anggota keamanan mereka biasa melaksanakan operasi penangkapan dan pembunuhan terhadap para kader dan mujahidin Syam.
DUA:
Saya pernah menyaksikan sebuah kejadian di Mahkamah Daulah di Kota Danaa di Aleppo, ada seorang ikhwah asal Somalia yang ditahan oleh mereka. Saya pernah berjumpa dengannya setelah ia bebas dari penjara. Kedua puteri ikhwah ini berhijrah melalui koordinasi dengan pihak Daulah, keduanya masuk ke negeri Syam kemudian sang kakak dinikahkan dengan seorang tentara Daulah asal Nigeria. Saudara kita ini (sang ayah dari dua gadis tersebut) datang dan mencari kedua puterinya dalam waktu yang lama, ia tahu di mana lokasi tempat keduanya berada dan ia tahu bahwa keduanya bersama Daulah, ia pun menemui mereka namun alih-alih mendapatkan jawaban yang memuaskan, mahkamah Daulah di Kota Danah justru memenjarakannya selama 11 hari, 9 hari di antaranya ia jalani di dalam sel isolasi. Selama di dalam penjara, ia mendapatan pukulan dan ancaman. Dakwaan yang dituduhkan kepadanya adalah, ia tidak memiliki mandat terhadap puterinya dan ia dituduh sebagai seorang mata-mata! Setelah ia bebas, ia pun pergi dari negeri Syam. Saya sendiri pernah berjumpa dengan suami dari sang kakak, ia berkata:
“Wali mereka (para gadis tersebut) adalah Al Baghdadi, ayah-ayah mereka tidak memiliki mandat kekuasaan atas mereka!”
TIGA:
Terjadi penangkapan terhadap amir Jabhah Nushrah di Raqqah, yaitu saudara Abu Saad Al Hadhramiy beserta seorang pendampingnya, penangkapan tersebut terjadi di ruas jalan raya Aleppo-Raqqah. Para pelakunya membuat pos pemeriksaan palsu kemudian menggiring kedua orang tersebut. Beliau sendiri sebelumnya telah mendapatkan ancaman dari para petinggi dan anggota keamanan Daulah. Ketika wakil dari saudara Abu Saad Al Hadhrami beserta sekelompok orang bersamanya mendatangi para petinggi Daulah, meminta dan menekan mereka untuk membebaskan Abu Saad, mereka membantah kemudian bersumpah bahwa mereka tidak pernah menangkap beliau.
Foto: Komandan Jabhah Nushrah wilayah Raqqah yang telah dituduh murtad dan dibunuh oleh Jama’ah Daulah.
Kemudian pemerintah Suriah mengumumkan bahwa pihaknya bertanggung jawab atas penangkapan Abu Saad dan beliau sedang mereka tahan! Namun setelah hampir 3 bulan berlalu, dan peperangan di Aleppo mulai berkecamuk, Jamaah Daulah mengeluarkan pernyataan di Raqqah mengumumkan pertanggung jawaban mereka atas penangkapan dan pembunuhan terhadap beliau, mereka berkata di dalam pernyataan tersebut:
“Kasus Abu Saad Al Hadhramiy masih hangat di dalam ingatan kalian, sesungguhnya tiga bulan yang lalu Daulah Islamiyyah tidak ragu-ragu dalam menjalankan hukum Allah Ta’ala terhadap dirinya setelah terbukti kemurtadannya berdasarkan pengakuan darinya dan kesaksian dari seorang penaggung jawab syar’i dari kelompoknya yang mengatakan bahwa perbuatannya adalah perbuatan riddah dan kufur, Daulah sendiri melepaskan para pengawalnya yang tidak terbukti melakukan kejahatan apapun…”
Pernyataan ini disebarkan oleh Jamaah Daulah dan dapat ditemukan di situs-situs internet.
EMPAT:
Jamaah Daulah menolak untuk bergabung ke dalam Hai’ah Syar’iyyah (Mahkamah Syari’at) dan ia menamakannya sebagai Hai’ah Syirkiyyah (Mahkamah syirik) bahkan ia mengkafirkan siapa saja yang bergabung di dalamnya, ia menolak untuk bergabung dan hanya mengakui eksistensi mahkamah-mahkamah miliknya saja! mereka beranggapan bahwa hanya mereka lah yang memiliki kekuasaan di bumi Syam, dan mereka bertindak atas nama Allah di muka bumi, mereka tidak memandang dan memperdulikan eksistensi faksi-faksi lain.
LIMA:
Di akhir-akhir bulan Dzul Hijjah 1435 H saya ditugaskan untuk menjadi penanggung jawab syar’i di Hasakah (kawasan Timur Suriah), saya datang ke sana dengan masih membawa kesan perselisihan yang telah lalu dengan Daulah. Kondisi di sana saat itu sangatlah tegang, kami meminta kepada mereka agar duduk bersama untuk memutuskan mencari penyelesaian dari konflik, perselisihan dan fitnah, akan tetapi mereka menolak ajakan tersebut. Namun setelah konflik di antara kami mulai membesar, penanggung jawab syar’i Hasakah dan beberapa komandan (dari pihak Daulah) datang ke sebuah majelis untuk menyepakati pembentukan mahkamah. Mereka berkata:
“Kami setuju dengan mahkamah yang qadhi pengambil keputusannya dari pihak kami dan qadhi pembelanya dari pihak kalian.”!!!
Maka pertemuan tersebut pun berakhir tanpa membuahkan satu pun kesepakatan.
Dalam sebuah pertemuan yang digelar pasca pertempuran di Aleppo, kami berbincang-bincang dengan mereka seputar kasus Abu Sa’ad dan bagaimana mereka membunuhnya? Mereka menjawab:
“Ia terbukti telah murtad.”
Maka saya berkata kepada mereka:
“Siapa yang membuktikannya?”
Mereka menjawab:
“Mahkamah-mahkamah milik Daulah.”
Saya katakan:
“Ia bukanlah seorang tentara kalian, apakah kalian mau diperlakukan seperti perlakuan kalian ini? Misalnya kami menangkap salah seorang amir kalian kemudian kami tegakkan hudud kepadanya?”
Saya pun melanjutkan:
“Menangkap seseorang kemudian membunuhnya dengan cara curang dan khianat bukanlah merupakan kebijakan yang baik, dan mahkamah yang memutuskan hukuman tersebut bukanlah mahkamah yang sesuai dengan syariat, saya meragukannya.”
Ketika mendengar saya mengatakan ini, serta merta marahlah mereka, sehingga mereka pun berkata:
“Bagaimana mungkin engkau mencela mahkamah-mahkamah Daulah yang tersebar mulai dari As Sahil hingga Raqqah? Kami tidak akan bermajelis dan bersepakat dengan kalian hingga dia meminta maaf dan atas celaannya terhadap mahkamah-mahkamah kami tersebut.”
(yang mereka maksudkan itu adalah saya) kemudian mereka beranjak keluar dari majelis, maka beberapa ikhwah pun berbicara kepada mereka dan menyuruh mereka agar mengingat Allah, namun mereka menolak, para ikhwah pun mendatangi saya dan berkata:
“Janganlah engkau menjadi batu sandungan bagi usaha untuk meredam pertumpahan darah dan menghentikan konflik, engkau harus meminta maaf! Seharusnya engkau mencontoh tindakan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam ketika perjanjian Hudaibiyah.”
Setelah itu penanggung jawab syar’i Daulah untuk wilayah Hasakah yang bernama Abu Muhammad At-Tunisi mendatangi saya dan berkata:
“Engkau harus meminta maaf, karena mahkamah-mahkamah tersebut berhukum dengan apa yang diturunkan oleh Allah.”
Maka saya berkata:
“Terhadap mahkamah-mahkamah Daulah yang berhukum dengan apa yang diturunkan oleh Allah; saya meminta maaf, karena saya telah meragukannya.”
Namun Abu Muhammad At Tunisi marah besar dan berkata:
“Jangan membuat perkecualian, minta maaflah terhadap seluruh mahkamah.”
Pertemuan tersebut disaksikan oleh Amir Hasakah dan penanggung jawab umum bidang militer. Hanya kepada Allah lah kami meminta pertolongan.
ENAM:
Saya bertemu dengan seorang ikhwah muhajirin asal Aljazair, dan ia adalah seorang tentara Daulah, (namanya Abu Umar) saya bertemu dengannya di salah satu markas mereka di Kota Shadadi. Saya pun mengucapkan salam kepadanya dan menawarkan kepadanya untuk berkunjung ke tempat saya. Keesokan harinya ia hadir dan duduk-duduk bersama kami, kami pun mulai membuka pembahasan hingga akhirnya menyinggung masalah konflik antara Daulah dan Jabhah Nushrah, sebelum ia pergi ia sempat berkata:
“Saya ingin meninggalkan Daulah.”
Maka saya berkata kepadanya:
“Berjanjilah, maka saya akan mengatur proses perpindahannya untukmu.”
(Setelah ia setuju) maka saya pun mengatur perpindahannya, setelah itu ia pergi secara mengendap-endap dan sembunyi-sembunyi dari markas tempat ia menetap pada jam 12 malam, ia sangat takut (diketahui) oleh mereka (para anggota Daulah yang lainnya). Malam itu ia pun menginap di ruang tamu di kediaman saya, keesokan harinya setelah shalat shubuh kami berangkat ke Deir Ezzour ditemani para pengawal yang mengendarai mobil lain, ia pun bergabung dengan Jabhah Nushrah bersama para ikhwah muhajirin lainnya dan menetap di markas mereka, dan tak lama setelah itu ia dikirim ke Homs. Ketika saya kembali, saya mendapati para prajurit Daulah tengah mundur ke arah Kota Syadadi, saat itu ada 3 orang tentara Daulah yang datang ke kantor Hai’ah Syar’iyyah dan menanyakan keberadaan diri saya sambil mengancam, setelah itu ada dua orang anggota Daulah yang mendatangi saya dan bertanya mengenai Abu Umar Al Jazairi, maka saya katakan kepada mereka:
“Ia tidak ingin kembali ke Daulah, ia sudah bergabung dengan Jabhah Nushrah.”
Mendengar hal itu mereka pun beranjak pergi. Semenjak pembicaraan tersebut mereka pun mulai mengancam untuk membunuh saya dan mereka berjanji (untuk melakukannya). Mereka melarang para anggota mereka untuk duduk bersama kami atau mendengarkan apa yang kami katakan. Saat itu sudah ada sekelompok muhajirin dan juga anshar yang membelot dari barisan mereka. Yang saya dapati dari mereka yang sudah meninggalkan Daulah adalah, mereka tidak diberikan informasi mengenai kebenaran tentang konflik ini dan ada manipulasi terhadap fakta-fakta, khususnya berkenaan dengan keputusan dari Syaikh Ayman Azh Zhawahiri Hafizhahullah, ada upaya untuk mementahkan kebenaran dari keputusan tersebut. Sedangkan apa yang kami lakukan adalah menjelaskan dan menerangkan kepada mereka hingga mereka kembali (kepada kebenaran) dan meninggalkan Daulah. Abu Umar Al Jazairi adalah salah satu contoh dari hal ini.
TUJUH:
Permusuhan, pembangkangan dan kezhaliman Daulah di Hasakah menimpa kami secara bertubi-tubi, sedangkan kami tetap bersabar dan berusaha untuk menghindari kontak senjata di kawasan tersebut, padahal saat itu kami sedang sibuk berjaga-jaga di dua front pertempuran melawan PKK. Sedangkan pos penjagaan yang harus kami isi berjumlah banyak dan tersebar di kawasan yang luas, dan kebanyakan para personel yang ada di front ribath masih bergumul dengan pertempuran, jumlah anggota Jabhah Nushrah di Hasakah saat itu hanya 300 personel dan Harakah Ahrar Syam 500 personel.
Dalam salah satu pertempuran melawan PKK di Kota Al-Manajir – yang itu sudah didokumentasikan dan dirilis secara resmi di dalam seri video “Sair Al-Ma’arik” –, pada saat iring-iringan para ikhwah Jabhah Nushrah keluar dari Kota Syadadi sehingga meninggalkan kota tersebut dalam keadaan kosong dari para pejuang, pasukan Daulah datang dan mengambil alih dua markas Jabhah Nushrah dan mengganti bendera Jabhah Nushrah yang terpasang dengan bendera Daulah. Mereka menolak untuk keluar dari sana dan menempatkan sejumlah pasukan mereka di sana. Sebelum kejadian ini Daulah sudah beberapa kali melakukan serangan, gempuran dan penangkapan terhadap para anggota Jabhah Nushrah di kawasan tersebut.
Ketika semua orang menyaksikan kekacauan-kekacauan seperti ini, para komandan Harakah Ahrar Syam dan para komandan Jabhah Nushrah pun mengambil langkah dengan berkomunikasi dengan pihak Daulah dan melakukan kesepakatan, isi kesepakatan tersebut adalah semua pihak berjanji untuk tidak menyerang, adapun bagi yang menyerang, maka semua pihak wajib menyerang dan memeranginya.
Ketika itu pertempuran melawan PKK tengah dahsyat-dahsyatnya, kami mendapatkan informasi yang terpercaya bahwa PKK sedang mengerahkan pasukannya untuk menggelar pertempuran yang mereka beri nama “Al Wafa’ Li Asy Syuhada'”. Misi dari pertempuran tersebut adalah melakukan balas dendam atas terbunuhnya pasukan mereka di Tel Hamis dan Tel Barak dalam pertempuran sebelumnya yang jumlahnya mencapai 200 personel.
Pada hari Kamis 7 Rabiul Akhir 1435 (Maret 2014 – red.) atau beberapa hari setelah kesepakatan tersebut, Daulah mengoyak perjanjian dan mengkhianati janjinya, ia mengepung seluruh markas milik Ahrar Syam, menyita senjata mereka, menangkap para prajurit mereka, komandan mereka dan para pakar syar’i mereka. Bahkan Daulah juga menyerang markas-markas yang terletak di wilayah yang berbatasan dengan teritorial PKK, Daulah tidak mempertimbangkan posisi musuh yang dekat dengan kawasan kaum muslimin, (sehingga dengan direbutnya markas tersebut kehormatan dan nyawa kaum muslimin menjadi terancam).
Pada hari Jumat 8 Rabiul Akhir 1435, (atau sehari setelah pengkhianatan mereka terhadap Ahrar Syam), seluruh markas Jabhah Nushrah di Kota Syadadi dikepung dan saya berada di salah satu markas tersebut. Saat itu setelah shalat shubuh kami mendengar ada suara letusan senjata, kami pun berlarian keluar dari markas, kami terkaget-kaget melihat pasukan Jamaah Daulah datang dan menyerang seluruh pos dan markas yang ada. Setelah itu wali Daulah untuk wilayah Hasakah (Abu Usamah Al-Iraqi) berbicara dan meminta kami untuk menyerahkan diri dan senjata kami (kejadian ini berhasil terekam dan disebarluaskan). Pasukan Daulah menangkap seluruh anggota Jabhah Nushrah yang ada di Kota Syadadi dan menawan mereka. Jumlah para ikhwah yang ditawan sekitar 100 orang, sedangkan seorang ikhwah gugur syahid ketika baku tembak dengan mereka. Saat itu saya bersama sekelompok ikhwah menolak untuk menyerahkan diri dan senjata kami, maka mereka pun mengirimkan para penanggung jawab syar’i dan para muhajirin untuk meminta kami agar menyerah, akan tetapi kami menolaknya, lalu kami saling berbai’at untuk mati, maka pecahlah pertempuran antara kami dengan mereka, namun seorang muhajirin asal Aljazair (anggota Daulah) berbicara kepada saya (kemungkinan melalui teriakan atau walkie talkie – red.) dan menyuruh saya untuk mengingat Allah, ia berkata:
“Bertaqwalah kepada Allah dan janganlah kalian menumpahkan darah!”
Saya pun berkata:
“Siapa yang mulai menyerang?”
Ia menjawab:
“Demi Allah saya tidak tahu”
Maka saya bertanya kepadanya:
“Dari mana saja engkau?”
Ia menjawab:
“tadi saya ada di ruang tamu, kami baru saja sampai dari Qalamoun tadi malam.”
Ia terus saja mendukung dan membela jamaahnya, sedangkan ia tidak tahu bahwa jamaahnya lah yang mulai menyerang dan membangkang (jika ia jujur). Ia terus saja berupaya untuk menengahi kedua belah pihak sampai ia menyaksikan kesungguhan kami dalam memerangi mereka dan tekad kami untuk tidak akan menyerahkan senjata serta akan terus memerangi mereka hingga kami semua terbunuh. Ketika mereka menyaksikan tekad kami itu, mereka pun membuka jalan agar kami dapat keluar menuju Kota Markadah, maka kami pun pergi dengan mengendarai mobil-mobil kami dan membawa persenjataan kami sebelum matahari tenggelam pada hari itu.
Pada hari itu Daulah merekam rampasan perang hasil pengkhianatan mereka, rinciannya adalah sebagai berikut:
- Lebih dari 100 pucuk senapan AK-47
- Dua unit senapan mesin anti aircarft kaliber 23mm beserta mobil pengangkutnya.
- Lebih dari lima pucuk senapan mesin kaliber 12,5mm
- 3 unit senapan mesin jenis KPV 14,5mm
- Sebuah senapan runduk buatan Amerika kaliber 12,5mm
- Lebih dari 4 unit RPG
- Lebih dari 5 pucuk senapan mesin jenis PKC
- Lebih dari 15 buah mobil serta barang-barang lainnya seperti bahan-bahan peledak, peralatan elektronik dan peralatan komunikasi.
Foto: Foto publish resmi oleh Jama’ah Daulah, rampasan senjata milik Jabhah Nushrah di Markadah.
Dan apa yang mereka rampas dari Ahrar Syam jumlah berlipat-lipat dari apa yang mereka rampas dari kami.
Di wilayah Tel Barak yang merupakan salah satu wilayah di Provinsi Hasakah yang dekat dengan teritorial PKK, itu adalah wilayah pertama yang dibebaskan dari cengkeraman rezim, yaitu pada saat awal mula revolusi. Namun pada bulan Muharram 1435, PKK berhasil merebut wilayah tersebut setelah bertempur dengan para ikhwah, dan berkat karunia dan pertolongan Allah, para ikhwah berhasil membebaskannya kembali dari tangan PKK sebulan setelah mereka merebutnya. Ada lebih dari 80 personel mereka yang terbunuh di wilayah tersebut, sedangkan ada 7 orang ikhwah yang gugur sebagai syuhada’, semoga Allah menerima mereka semua di sisi-Nya.
Wilayah tersebut dijaga oleh para pejuang Jabhah Nushrah yang berasal dari wilayah-wilayah sekitarnya dan dari Provinsi Deir Ezzour. Pada hari dimana Daulah menyerbu Kota Syadadi, konvoi Daulah datang dan meminta kepada para ikhwah untuk berbai’at kepada mereka dan menyerahkan senjata, maka para ikhwah pun menyuruh mereka agar mengingat Allah dan memperingatkan mereka bahwa posisi para ikhwah tersebut berdekatan dengan teritorial PKK sehingga (apabila terjadi kekacauan antara Daulah dengan Jabhah Nushrah di wilayah tersebut) PKK akan memanfaatkan kesempatan dan bergerak maju. Namun mereka menolak dan mengatakan serahkan senjata kalian atau berbai’at, sehingga para ikhwah terpaksa pergi ke Deir Ezzour dan Kota Markadah serta meninggalkan pos ribath mereka. Sementara pasca ditinggalkan oleh para ikhwah, pihak Daulah hanya menempatkan sedikit personelnya untuk berjaga-jaga di pos tersebut. Benar saja beberapa hari setelah itu PKK melakukan penyerbuan dan mengambil alih wilayah tersebut, mereka juga menyiksa para penduduknya, membakar rumah-rumah mereka, membunuh para warga sipil dalam jumlah yang besar dan menangkap yang lainnya untuk dijadikan tawanan. Sejumlah prajurit Daulah yang berjaga-jaga di pos tersebut juga gugur syahid dan PKK mempertontonkan foto-foto aksi mereka tersebut. Hanya kepada Allah lah kami meminta pertolongan.
Setelah kejadian tersebut, setiap pejuang yang ingin keluar dari Hasakah, atau baru bebas dari penawanan Daulah pasti ia akan menuju ke arah Kota Markadah, karena kota tersebut adalah kota terakhir yang masih bisa diakses untuk menuju Deir Ezzour, sehingga para ikhwah di Hasakah terkonsentrasi di Markadah.
Tiga hari setelah pengkhianatan mereka di Kota Syadadi, Daulah menyerang kami di Markadah dan menawan sejumlah ikhwah serta membunuh sejumlah ikhwah lainnya. Serangan mereka ini terjadi bersamaan dengan serangan PKK terhadap wilayah Tel Barak dan Tel Hamis. Dan pada hari-hari tersebut perang di Deir Ezzour dimulai, perang tersebut merupakan kejutan bagi mereka. Mereka tidak menyangka bahwa ada yang berani memerangi mereka, sehingga mereka terdesak dan terpaksa mundur dari Deir Ezzour secara keseluruhan menuju Hasakah, sehingga Markadah (yang terletak di perbatasan Hasakah-Deir Ezzour – red) pun menjadi terminal peperangan dan medan pertempuran antara kami melawan mereka.
(Tim redaksi mendapatkan link video Youtube atas sejumlah foto syuhada yang dibantai oleh Daulah di Markadah):
Foto: Mujahidin Jabhah Nushrah yang gugur di tangan Jama’h Daulah di Markadah.
Saya mengikuti seluruh pertempuran tersebut hingga kami mundur dan keluar dari Markadah. Peperangan tersebut berlangsung selama lebih dari dua bulan dan status kami ketika itu adalah sedang menjalankan perang defensif.
Di antara yang saya ikuti dan saya saksikan adalah:
- Kebohongan mereka terhadap sebagian anggota mereka yang tertawan oleh kami, mereka mengira bahwa mereka memerangi FSA dan Harakah Ahrar Syam, bukan Jabhah Nushrah. Dimana ketika salah seorang dari mereka mendengar teriakan takbir dari para prajurit Jabhah Nushrah, serta-merta ia meletakkan senjatanya dan menyerahkan diri, ketika kami bertanya kepadanya, ia menjawab: “saya tidak memerangi Jabhah Nushrah, mereka (para komandan Daulah – red) berkata bahwa FSA adalah murtaddin.”
- Mereka mengirimi kami pasukan bom bunuh diri dan pasukan berani mati. Pernah pada suatu malam saya bersama dengan seorang ikhwah tengah berada di salah satu kamar tamu Jabhah Nushrah di wilayah Gharibah dan sedang mengadakan studi syar’i. Beberapa menit setelah kami meninggalkan kamar tamu tersebut, kami mendengar ledakan yang sangat kuat dari arah kamar tadi, kami pun bergegas kembali ke tempat tersebut. Setelah sampai di sana kami melihat seorang anggota pasukan bom bunuh diri Daulah bernama Abu Sa’ad Al-Libi masuk ke dalam majelis yang di dalamnya terdapat sekitar 30 orang ikhwah, kemudian ia meledakkan dirinya di tengah-tengah mereka. Setelah ledakan tersebut dua orang pasukan berani mati yang menunggu di luar mulai merangsek masuk dan menyerang, akibatnya 4 orang ikhwah tewas langsung di tempat. Setelah itu mulai lah terjadi baku tembak dan pengepungan terhadap para pasukan berani mati tersebut sepanjang malam, dan setelah shalat shubuh mereka berhasil diamankan, dua orang di antara mereka kemudian diinterogasi, keduanya pun berkata: “pihak keamanan berkata kepada kami bahwa markas ini adalah markas milik Harakah Ahrar Syam dan FSA.” Pengakuan keduanya pun sudah didokumentasikan dan dapat disaksikan di YouTube dengan cara mengetik:
البراء الجوفي- أبوطلحة الجداوي
Video: Kesaksian prajurit Daulah yang dikirim sebagai bomber bunuh yang ditujukan ke arah Markas Jabhah Nushrah.
- Ajaibnya, Abu Thalhah Al Jadawi ini merasa sangat terpukul dan ia menangis sepanjang pengakuan yang ia berikan. Kemudian para ikhwah mengirimnya ke Kota Deir Ezzour agar ia bisa melakukan ribath bersama para ikhwah di Jabhah Nushrah yang tengah memerangi Nushairiyyah. Suatu ketika ia bersama para mujahidin lainnya terkepung di dalam Kota Deir Ezzour, maka ia bersama beberapa orang ikhwah muhajirin dan anshar meminta kepada pemimpin untuk melakukan aksi bom syahid demi membuka kepungan tersebut; bukan kepungan dari pasukan rezim Nushairiyyah, melainkan dari Tanzhim Daulah, akhirnya Abu Thalhah pun syahid di tangan mereka, semoga Allah menerima dirinya di sisi-Nya.
- Mereka memberikan stempel murtad kepada kami dan itu mereka nyatakan melalui walkie talkie, stempel tersebut jelas sekali, dimana mereka memerangi kami sesuai hukum perang terhadap orang-orang murtad, mereka menghabisi orang yang terluka, membunuh para tawanan dan tidak menguburkan orang yang mati, dan ada rekaman suara yang membuktikan ucapan mereka ini.
- Mereka tidak menyerahkan jasad saudara-saudara kami dan tidak menghormati mereka dengan cara menguburkan mereka, bahkan di sebuah wilayah mereka pernah membiarkan jasad-jasad tergeletak selama lebih dari satu bulan, hingga orang tua dan kerabat dari para syuhada tersebut mendatangi pimpinan Daulah dan melakukan negosiasi untuk menguburkan jasad-jasad tersebut di tempat itu juga, pimpinan Daulah pun sepakat!!
Foto: Jasad-jasad para syuhada yang setelah dibunuh oleh Jama’ah Daulah mereka biarkan membusuk dan tidak dikuburkan secara layak.
- Mereka merusak jasad para ikhwah dan menyiramnya dengan zat asam, kemudian membiarkannya sehingga identitas wajahnya berubah, lalu mereka menyebarkan foto-foto dari jasad tersebut di dalam akun Twitter resmi mereka dan menuliskan komentar di bawahnya: “pasukan shahawat Jaulani yang mati dalam kondisi suul khatimah.” Ada juga foto salah seorang komandan Daulah di Deir Ezzour (Shaddam Jamal) yang tengah berpose dengan deretan potongan kepala para mujahidin yang sudah disirami dengan zat asam.
Foto: Setelah memenggal kepala mujahidin mereka menyiraminya dengan cairan keras hingga hangus, kemudian mereka berpose bangga atas kekejian yang melampaui batas ini.
- Mereka melakukan penyiksaan terhadap para ikhwah yang mereka tawan, mereka juga melarang para ikhwah untuk melaksanakan shalat dan mengambil air wudhu, mereka berkata: “kalian murtad, jadi tak ada gunanya kalian shalat.” Ada beberapa ikhwah yang terbunuh setelah mendapatkan penyiksaan di dalam penjara mereka, saya pernah bertemu dengan para ikhwah yang baru keluar dari penjara mereka, bekas siksaan yang ada di badan mereka menunjukkan seberapa besar kadar kebencian dan kemarahan mereka kepada kami.
- Pada waktu itu aksi-aksi peledakan sedang marak-maraknya, mereka sendiri telah mengirimkan puluhan paket peledak terhadap markas-markas mujahidin, dan banyak warga sipil yang terbunuh disebabkan aksi-aksi peledakan tersebut, di mana salah satu bom mereka meledak di tengah pasar.
- Mereka membombardir desa dan kota tanpa mempertimbangkan keberadaan warga sipil di dalamnya, padahal para warga tersebut tidak bersenjata.
DELAPAN:
Salah satu faksi di wilayah pesisir Deir Ezzour menolak untuk menyertai peperangan yang tengah berlangsung, faksi ini menilai bahwa perang itu merupakan fitnah yang wajib ia hindari, saat itu peperangan baru saja dimulai dan faksi tersebut adalah Brigade Mu’tah Al Islamiy. Mereka memandang lebih baik mereka menguatkan perbatasan yang berhadapan dengan pasukan Nushairiyah yang kemungkinan tengah melemah seiring terjadinya perang antar faksi pejuang. Namun beberapa hari setelah mereka mengumumkan hal tersebut dan menolak untuk berperang, Daulah mengirimkan 2 buah aksi peledakan terhadap mereka sehingga sejumlah anggota mereka gugur syahid, akhirnya mereka pun mengumumkan keterlibatan mereka dalam perang untuk melawan Daulah, mereka menyertainya dengan penuh kekuatan dan seluruh persenjataan dan persediaan mereka. Seakan-akan Daulah ingin menyeret dan memasukkan mereka ke dalam perang dengan cara paksa, Daulah ingin di kawasan ini hanya ada dua kubu (pro atau kontra Daulah) dan tidak ada kubu ketiga.
SEMBILAN:
Sebagian tentara Jabhah Nushrah dan faksi-faksi lainnya tidak terlibat dalam peperangan melawan Daulah, mereka menolaknya dan kepemimpinan Jabhah Nushrah tidak memaksa mereka, mereka hanya diberikan pilihan, dan mereka memilih untuk berjuang dan melakukan ribath di Kota Deir Ezzour melawan Nushairiyyah.
Jumlah para murabithin dari Jabhah Nushrah hampir 300 orang, sedangkan jumlah anggota faksi-faksi lain yang ada di dalam kota lebih dari 1000 orang mujahid dan murabith. Satu-satunya jalan yang menjadi jalur suplai bagi para mujahidin dan evakuasi bagi orang yang terluka adalah jalan yang melewati Jembatan As-Siyasiyyah. Sedangkan Nushairiyyah membuat kepungan dengan bentuk yang menyerupai bulan sabit terhadap para mujahidin yang ada di kota, sehingga jalur yang tersisa tinggal satu, yaitu jalur yang menyeberangi jembatan ini.
Namun ketika Daulah berhasil bergerak maju menguasai beberapa wilayah dan para mujahidin terpukul mundur, Daulah menutup satu-satunya jalur tersebut. Sehingga lengkaplah sudah pengepungan ini, Nushairiyyah berada di hadapan para mujahidin, dan pasukan Al-Baghdadi berada di belakang mereka. Pasukan Al Baghdadi menempatkan para penembak jitu dengan senapan runduk kaliber 12.5mm di Jembatan As Siyasiyyah, mereka memotong jalur suplai, melarang masuknya bahan peledak serta makanan dan melarang proses evakuasi terhadap orang yang terluka keluar dari kota tersebut. Pengepungan tersebut berjalan bersamaan dengan aksi bombardir pasukan Nushairiyyah secara terus-menerus serta dari upaya mereka untuk mengambil alih pemukiman-pemukiman yang telah dibebaskan dan tengah dijaga oleh para ikhwah. Pemukiman-pemukiman tersebut ditempati oleh 40.000 jiwa yang beragama Islam. Di tengah pengepungan tersebut saya menghubungi seorang ikhwah muhajirin yang ada di dalam kota, ia berkata:
“Sehari yang mereka (para penduduk) lalui bagaikan 12 hari, pasukan Nushairiyyah tidak berhenti melakukan bombardir kecuali satu atau dua jam saja.”
Ujian yang dihadapi oleh para ikhwah di dalam kota pun menjadi sangat berat begitu pula dengan faksi-faksi lain yang ada di sana, sehingga sebagian dari mereka berupaya untuk melakukan rekonsiliasi dengan pasukan rezim dan yang lainnya berupaya untuk berdamai dengan pasukan Tanzhim Daulah kemudian menyerahkan senjata mereka dan keluar menyelamatkan diri mereka dari pembunuhan pasukan Nushairiyyah dan sembelihan tentara Daulah. Saat pengepungan tersebut saya bersama penanggung jawab urusan senjata berusaha mengirimkan bahan peledak dan senjata kepada para ikhwah di dalam kota, dan ternyata prosesnya sangat sulit, senjata dan bahan peledak yang ingin dimasukkan harus menggunakan perahu untuk menyeberangi sungai serta harus membayar upah yang besar kepada para penyelundup.
Sedangkan para ikhwah yang terluka dalam baku tembak melawan Nushairiyyah di dalam kota dievakuasi keluar kota sambil menyamar sebagai warga sipil, sedangkan bagi mereka yang kenal dengan sebagian tentara Daulah, dapat melakukan evakuasi dengan cara menyeberangi sungai menggunakan perahu hingga sampai di lokasi yang aman, kemudian diberikan pertolongan medis.
Pengepungan ini berlangsung selama 2 bulan, jumlah mujahidin yang syahid di tangan tentara Daulah lebih banyak dari pada mereka yang syahid di tangan Nushairiyyah. Di antara mereka yang syahid di tangan tentara Daulah adalah amir militer Jabhah Nushrah untuk wilayah Deir Ezzour serta beberapa orang mujahidin pilihan baik itu dari kalangan muhajirin maupun anshar. Para ikhwah murabithin sendiri merasakan guncangan yang sangat besar sedangkan hati mereka menjadi sesak. Betapa tidak, pasukan Nushairiyyah datang dari hadapan mereka, tank-tank mereka terus berusaha untuk merangsek, jet-jet mereka terus melancarkan bombardir dari langit, dan tentara Daulah menanti mereka untuk disembelih di satu-satunya jalur evakuasi yang tersisa. Sehingga para mujahidin di Deir Ezzour terjebak di antara dua penyerang, mereka tidak tahu di tangan siapa mereka terbunuh nantinya. Akhirnya pengepungan tersebut berakhir setelah tentara Daulah menyerbu kota pada bulan Ramadhan. Namun sebagian mujahidin berhasil keluar dari sana dengan cara menyamar menggunakan kartu tanda pengenal palsu, sebagian yang lain dibunuh ketika hendak keluar dan sebagian lagi ditawan oleh Daulah. Amir Jabhah Nushrah di sana juga terbunuh di tangan tentara Daulah, padahal pasukan rezim tidak mampu menyentuhnya selama 3 tahun.
SEPULUH:
Para ikhwah yang ada di wilayah pesisir barat Deir Ezzour (Kota Ayash dan Asy Syamithiyyah) dan desa-desa sekitarnya juga terkepung, mengingat di kota Ayash terdapat sebuah markas resimen yang lokasinya tak jauh dari lokasi mereka, namun hal itu tidak membuat tentara Daulah bergeming untuk membuka kepungan terhadap mereka, bahkan kondisi mereka jauh lebih mengerikan ketimbang para ikhwah yang ada di Kota Deir Ezzour. Daulah tidak menghentikan serangan mereka terhadap desa-desa tersebut. Sebagian pemuda yang ada di sana melakukan ribath untuk mengantisipasi bahaya dari markas resimen rezim dan sebagian yang lainnya berjaga-jaga di garis perbatasan yang berhadapan dengan pasukan Daulah.
Daulah juga mengirimi mereka sebuah mobil, namun bukan mobil yang penuh dengan bahan peledak untuk menolong mereka melawan Nushairiyyah, akan tetapi sebuah bom mobil untuk meledakkan markas Harakah Ahrar Syam dan Jabhah Nushrah yang terletak bersebelahan, sehingga sejumlah ikhwah dari Harakah Ahrar Syam gugur syahid. Di antara mereka terdapat seseorang yang hafal Al-Quran dan seorang qari’ yang terkenal di wilayah tersebut.
SEBELAS:
Pada akhir bulan Rajab 1435 (Mei 2014) Daulah melancarkan serangan ke Kota Albukamal (kota tersebut telah dibebaskan oleh para pejuang pada awal-awal revolusi), mereka masuk ke dalam kota sebelum shalat shubuh dengan pasukan berjumlah 300 personel yang kebanyakan adalah para muhajirin, hanya beberapa jam saja hampir seluruh area kota itu jatuh ke tangan mereka. Mereka juga berhasil mengendalikan kawasan-kawasan vital di sana dan menyerang markas Hai’ah Syar’iyyah yang ada di sana, kemudian mereka mengeluarkan para tahanan yang mereka akui sebagai prajurit mereka, mereka juga mengeluarkan para tahanan yang merupakan kaki tangan rezim dan orang-orang yang bertanggung jawab atas hak orang lain. Hanya beberapa jam setelah itu kota tersebut sudah berhasil ditaklukkan secara keseluruhan.
Pada pagi hari menjelang siang di hari yang sama, para penduduk Albukamal dan faksi-faksi yang ada di sana melakukan baku tembak dengan pasukan Daulah, saat itu ada lebih dari seratus mobil dari kawasan pesisir Deir Ezzour yang mengangkut para penduduk dan faksi-faksi pejuang berangkat untuk membantu pejuang yang ada di Albukamal. Setelah bantuan ini datang maka tentara Daulah pun mulai dapat ditangkapi dan dibunuhi, bahkan para warga sipil yang memiliki senjata ala kadarnya dan senapan untuk berburu ikut bergabung membunuhi mereka. Para warga tersebut menembakkan senjata mereka dari jendela-jendela dan atap rumah, sampai-sampai orang yang menyaksikan peristiwa tersebut akan mengatakan, seakan-akan tentara Nushairiyyah tengah berada di dalam kota!
Karena mayoritas tentara Daulah yang datang menyerang adalah dari kalangan muhajirin yang tidak mengetahui jalan keluar dari kota Albukamal, mereka pun tersesat sampai masuk ke dalam kawasan perkebunan dan kawasan pemukiman. Melihat peluang tersebut, orang-orang pun berlomba-lomba untuk menyerang mereka, merebut harta rampasan mereka mulai dari kendaraan hingga persenjataan yang mudah sekali untuk diambil. Mereka mendapati bahwa membunuh anggota Daulah ternyata merupakan hal yang mudah, dan ancaman yang selama ini ditebarkan oleh Daulah ternyata hanya gertakan sambal. Pertempuran pada hari itu terus berlanjut hingga matahari tenggelam.
Adapun tentara Daulah yang tersisa, mereka semua melarikan diri setelah lebih dari 100 orang teman mereka tewas yang kebanyakannya adalah dari kalangan muhajirin. Salah satu yang tewas adalah saudara kandung Shaddam Jamal, ada banyak foto yang membuktikan akan kebenaran dari pembantaian terhadap tentara Daulah tersebut. Kantor media informasi Jabhah Nushrah sendiri sudah merilis video yang mendokumentasikan serangan Daulah itu, di sana diperlihatkan sejumlah mayat tentara Daulah yang terbunuh. Dalam serangan itu saudara Abu Tamim Al Jazrawi tertawan oleh mereka dan dibawa bersama mereka saat mereka melarikan diri. Beberapa hari kemudian, mereka membunuhnya di sebuah desa di pelosok Albukamal.
DUA BELAS:
Saat itu peperangan yang berlansung antara faksi-faksi pejuang di wilayah timur Suriah melawan Tanzhim Daulah sedang dahsyat-dahsyatnya, namun itu tidak menyurutkan usaha Daulah untuk terus memperluas daerah kekuasaan, bergerak maju, membangkang dan menyerang, dan juga tidak menyurutkan langkah faksi-faksi pejuang untuk membalas serangan Daulah dan mempertahankan diri.
Konvoi Daulah berangkat dari Kota Raqqah melewati kamp militer Nushairiyyah, namun Daulah membiarkannya begitu saja dan melanjutkan perjalanannya untuk memerangi kami di pesisir Deir Ezzour. Daulah masih merasa belum cukup meskipun ia berhasil menguasai Hasakah dan merampasnya dari tangan para mujahidin. Dan bukannya ia menfokuskan diri untuk menyingkirkan kamp-kamp Nushairiyyah dan kelompok-kelompok kafir Kurdi, namun Daulah justru menaruh ambisi yang besar untuk mengerahkan kekuatan, perlengkapan, peralatan dan tank-tanknya untuk merebut wilayah pesisir Deir Ezzour dari tangan ahlus sunnah!
Padahal sebagaimana diketahui, di Hasakah banyak terdapat kamp-kamp militer Nushairiyyah dan markas-markas kesatuan mereka, seperti markas Resimen Kaukab dan Resimen Al Milbiyah. Kota Hasakah sendiri masih belum berhasil dibebaskan dari tangan pasukan rezim sedangkan sebagian pemukimannya masih dikepung oleh mereka, yaitu pemukiman Ghuwairan. Belum lagi dengan kota-kota lain yang tersebar di seluruh wilayah Provinsi Hasakah, seperti Kota Qamishli, Rumailan, Rass Ain, Al Ya’rabiyah dan ratusan kota-kota kecil lainnya yang semuanya masih berada di bawah kekuasaan PKK, yang mana ahlus sunnah yang tinggal di sana berada dalam tekanan dan siksaan mereka.
Tentara dan para pimpinan di Daulah tidak tertarik dengan Hasakah, mereka lebih mengutamakan wilayah-wilayah dan kota-kota di Deir Ezzour yang sudah dibebaskan dari tangan pasukan rezim. Saat itu mereka sedang tidak selera dengan darah kaum Nushairiyyah dan murtaddin beserta kaki tangan mereka, yang mereka inginkan saat itu adalah menumpahkan darah para mujahidin ahlus sunnah dan membebaskan apa yang telah dibebaskan oleh para mujahidin, walaupun untuk mewujudkannya mereka harus mengkafirkan para mujahidin, mengancam mereka dan mengirimkan bom mobil ke lokasi-lokasi mereka. Daulah tidak menjaga kehormatan darah kaum muslimin dan tidak peduli jika wilayah-wilayah mereka tengah terancam oleh serangan Nushairiyyah atau PKK. Bahkan Daulah juga mengarahkan meriam-meriam dan tank-tank mereka untuk menyerang kota yang para warganya memberikan rasa simpati kepada putera-putera mereka para mujahidin yang sedang berperang melawan Daulah. Daulah membombardir semua yang ada di kota tersebut tanpa membeda-bedakan mana pejuang dan mana warga sipil. Dan ketika tentara Daulah masuk ke dalam kota tersebut, mereka akan meledakkan rumah-rumah setiap orang yang memerangi mereka dan meratakannya dengan tanah. Mereka juga mengancam akan meledakkan setiap rumah yang penghuninya berani menyambut para pejuang yang melawan mereka. Tak hanya itu, Daulah juga mengusir warga kota tersebut, (contoh kota yang mengalami nasib seperti ini adalah Gharibah dan Asy Syahil.)
Seluruh wilayah Provinsi Deir Ezzour baik wilayah pesisir maupun kotanya dikepung oleh rezim Nushairiyyah dan juga tentara Daulah, jalan raya menuju Provinsi Aleppo dan Idlib juga berada di bawah kendali mereka, sehingga para mujahidin menderita kekurangan suplai, orang-orang yang terluka dan harus segera dibawa ke rumah sakit di Turki juga sangat susah untuk dibawa keluar dari Deir Ezzour, karena tentara Daulah sering mencegat mobil ambulan yang tengah menuju Turki untuk menanyai siapa yang terluka dan sebab ia terluka, Daulah tidak mau ada korban luka akibat melakukan baku tembak dengan mereka, kemudian dibawa ke rumah sakit di Turki.
TIGA BELAS:
Tujuan Daulah memerangi faksi-faksi pejuang dan para mujahidin di Deir Ezzour adalah agar mereka tunduk kepada Daulah dan mau berbai’at kepada Daulah bagaimanapun caranya dan apapun alasannya. Daulah telah mengumumkan perang terhadap mereka semua, ia juga mengumumkan bahwa siapa pun warga sipil yang berani membela para mujahidin atau menyembunyikan mereka, maka ia akan dihukumi murtad. Para anggota Daulah tidak mendatangi masyarakat untuk mendakwahi mereka dengan cara yang bijaksana, menganjurkan mereka untuk berbuat baik dan mendorong mereka supaya mendahulukan persatuan, akan tetapi mereka datang untuk mengambil bai’at dari mereka secara paksa di bawah todongan senapan dan bom mereka.
Tentara Daulah tidak masuk ke dalam rumah mereka dengan sikap yang ramah dan penuh kasih sayang, akan tetapi mereka masuk ke dalam sebuah rumah dengan cara menyergap dan membunuhi anak dan keluarga mereka. Para penduduk di wilayah-wilayah tersebut tidak mengenal Daulah sebagai kelompok yang suka berdakwah, memberikan bantuan kemanusiaan dan menolong, akan tetapi mereka lebih mengenal Daulah dengan peledakan-peledakannya yang menghamburkan anggota tubuh anak-anak dan warga sipil ketimbang para mujahidin. Daulah juga tidak menjaga kehormatan darah kaum muslimin, kekuasaan mereka sangat serupa dnegan pemerintahan partai Ba’ts yang senang membasmi sunnah dan hidayah dan menyebarkan tasawwuf dan bid’ah, dan mereka menganggap semua orang adalah orang-orang yang baru mengenal sunnah dan jihad!
EMPAT BELAS:
Setelah perang berlangsung selama 4 bulan dan jumlah para syuhada’ dari seluruh faksi yang ada di provinsi-provinsi timur Suriah mencapai seribu orang, kepemimpinan Jabhah Nushrah di wilayah timur Suriah serta sebagian faksi yang ada memutuskan untuk mundur dan keluar dari Deir Ezzour. Maka kami pun meninggalkan Deir Ezzour pada hari Kamis pagi di bulan Ramadhan 1435 pergi menuju Dar’a, setelah itu pasukan Daulah pun masuk ke wilayah pesisir Deir Ezzour (yang masih bertahan dan belum jatuh ke tangan mereka dalam peperangan) dan Kota Deir Ezzour. Mereka mulai mengusir para penduduk di beberapa kota, meledakkan sebagian rumah para ikhwah dan menyita seluruh apa yang ada di dalamnya. Sebagian rumah tersebut mereka jadikan markas bagi mereka setelah mereka mengusir para wanita dan anak-anak yang ada di dalamnya. Adapun bagi para prajurit Jabhah Nushrah atau faksi-faksi lain tertangkap oleh mereka, apabila prajurit tersebut mendatangi mereka secara sukarela, maka mereka akan mengambil senjatanya dan menyuruhnya untuk menandatangani pernyataan bahwa ia adalah seorang murtad karena telah memerangi Daulah Islamiyyah! Sedangkan bagi prajurit yang tidak mendatangi mereka secara sukarela, maka nasibnya adalah dibunuh kemudian disalib di gerbang-gerbang desa atau di bundaran di tengah jalan!
LIMA BELAS:
Suku Syaithat merupakan salah satu suku yang menetap di Deir Ezzour, ia adalah suku terbesar di wilayah ini dimana jumlah mereka mencapai 120.000 jiwa dan desa-desa mereka terbentang di sepanjang sungai Eufrat. Sebagian anggota suku tersebut menolak untuk meninggalkan wilayah mereka dan memutuskan untuk ikut berperang, maka Daulah pun memerangi mereka, mengirimi mereka bom mobil dan tank. Setelah perang berlangsung selama dua minggu, akhirnya wilayah-wilayah tersebut jatuh ke tangan pasukan Daulah. Ketika mereka masuk ke dalam wilayah tersebut, mereka membunuhi ratusan anggota suku dan menawan sejumlah yang sama, setelah itu mereka menyebarkan foto-foto penyembelihan terhadap para anggota suku tersebut. Mereka juga mengusir para penduduk wilayah tersebut. Apa yang terjadi pada suku Syaithat merupakan pembantaian yang benar-benar mengerikan, sampai hari ini, padahal saat ini sudah bulan Dzul Hijjah, kuburan-kuburan massal yang berisi para anggota suku tersebut masih saja terus ditemukan. Tentara Daulah tidak membedakan antara pejuang dengan non-pejuang (sipil), bahkan mereka juga membunuh para lansia. Foto-foto pembantaian dan penyembelihan serta video yang menampakkan cuplikan peristiwa pembantaian mengerikan terhadap suku Syaithat tersebut juga memenuhi dunia maya. Seolah-olah Daulah ingin menjadikan suku Syaithat sebagai pelajaran bagi suku-suku di wilayah timur Suriah lainnya!
ENAM BELAS:
Bagi siapa yang ingin mengetahui fakta sebenarnya dari peperangan di wilayah ini, maka ia harus memahami satu hal yang sangat penting, yaitu perang yang kami jalani untuk melawan Tanzhim Daulah yang berbuat kejahatan di wilayah timur Suriah adalah perang defensif, mengingat pihak Daulah lah yang memerangi dan menyerang kami terlebih dahulu. Dan tidak benar jika ada yang mengatakan bahwa sebenarnya pihak kami masih dapat menghindari peperangan atau menghentikannya, karena serangan yang dilancarkan oleh Daulah terhadap kami datang secara terus-menerus. Adapun yang kami lakukan adalah berperang untuk membalas gempuran mereka dan mempertahankan diri dari serangan mereka. Barangsiapa meneliti perang secara geografis, ia akan mengetahui kebenaran dari hal ini, apalagi jika ia mengikuti perkembangan peristiwa dari awal.
Bersambung… In syaa Allah.
(aliakram/arrahmah.com)