KENDAL (Arrahmah.com) – Belum lagi menyelesaikan 3 rokaat sholat maghrib, Iwan sudah diciduk dengan kasar dan keras oleh segerombolan orang bertopeng dan bersenjata pada Rabu (8/5/2013), dirumahnya di desa Tambaksari Rt 2 Rw 1 Rowosari Kendal.
“Pintu belakang dan samping juga didobrak. Kemudian masuklah beberapa orang dan langsung membawa Iwan yang sedang melaksanakan sholat maghrib,” demikian cuplikan dari laporan Islamic Study and Action Centre (ISAC), dikutip dari an-najah.net.
Laporan ISAC selanjutnya menyebutkan, kedua anaknya langsung berteriak menangis histeris. Namun justru anak yang baru berusia 6 tahun dibentak dan disuruh diam dengan todongan senjata. Istri korban mau berdiri tapi tidak boleh. Kemudian Iwan diikat dengan tali yang berwarna putih. Sementara itu di luar sudah disiapkan mobil sebanhyak 5 buah. Diceritakan pula bahwa lemari sudah berantakan.
Gerombolan penculik ini membawa senjata api, memakai tutup kepala/muka, tidak menggunakan seragam polisi dan memakai rompi. Selain menculik Iwan mereka juga menjarah HP Iwan dan istrinya.
Laporan peristiwa ini, berdasarkan kesaksian orang-orang disekitar korban, dan ISAC meminta kepada :
- Kapolri untuk menjelaskan status Iwan apakah ditangkap Densus 88 atau tidak, serta memberikan rasa aman dan nyaman kepada setiap warganya termasuk anak-anak.
- Kepada Komnas HAM untuk terjun ke lapangan, untuk olah TKP atas dugaan pelanggaran HAM
- Kepada Komnas Perlindungan Anak untuk aktif merespon atas dugaan pelanggaran Undang-Undang Perlindungan Anak khususnya pasal 80 UU Perlindungan Anak.
Dalam laporan an-najah.net juga disampaikan bagaimana suasana yang mencekam pada saat penculikan Iwan magrib itu. Ketua RW dan Kepala Desa ditodong senjata oleh orang bertopeng berpakaian serba hitam, agar menjauh dari lokasi rumah Iwan. Dan rupanya mereka baru tahu bahwa radius 100 meter dari rumah Iwan sudah disterilkan dari penduduk setempat
Sementara itu pada waktu yang berlainan, selang dua hari dari peristiwa di Kendal, sekitar pukul 09.00 pagi tim Densus 88 bersenjata lengkap langsung masuk setelah mendobrak rumah Adin di Jalan Jetis Dusun 3A Karang Anyar, Lampung Selatan, Kecamatan Tanjung Seneng, Bandar Lampung, Jumat (10/5). Densus langsung menangkap Adin, juga melakukan penggeledahan dan membawa empat unit ponsel dan beberapa buku, seperti dilansir tempo.co.id
Saat itu mereka sekeluarga sedang sarapan di ruang tengah. Tiba-tiba ada suara pintu didobrak. Ternyata beberapa orang dengan menenteng senjata laras panjang memakai penutup muka langsung masuk. “Mereka (anggota Densus 88) langsung menodongkan senjatanya ke suami saya. Nasi yang sedang saya makan bahkan diinjak oleh mereka. Saya bersama anak-anak disuruh ke luar rumah,” kisah Rohayati kepada wartawan.
Rohayati mengaku ia tidak percaya suaminya merupakan terduga teroris, apalagi pelaku perampokan. Selama ini kehidupan mereka sehari-hari sederhana. “Kalau suami saya teroris atau perampok, buktinya kami makan masih pakai ikan asin. Ia (Adin) juga sehari-hari bekerja sebagai pedagang bakso ikan keliling,” kata Rohayati.
Rohayati juga mengatakan Adin tidak pernah pergi dalam waktu lama. “Suami selalu bersama saya. Dia tidak pernah pergi ke mana-mana. Jadi tidak mungkin dia melakukan perampokan,” ucapnya. (azmuttaqin/arrahmah.com)