(Arrahmah.com) – Seorang Mujahid Chechnya yang berhasil lolos dari “Daulah Islamiyah”, atau Islamic State (IS) yang sebelumnya dikenal sebagai ISIS, menyampaikan kesaksian mengenai alasan ia meninggalkan ISIS.
Dalam pernyataan yang telah beredar di media sosial pro-Imarah Kaukasus ini, ia menyampaikan kesaksian yang sama dengan sejumlah kesaksian lainnya yang sebelumnya pernah ditulis oleh Mujahidin Kaukasia Utara di Suriah yang juga bertaubat dan berhasil meloloskan diri dari ISIS.
Kesaksian ini menarik karena menimbulkan sejumlah isu spesifik bagi pejuang ISIS yang berbahasa Rusia serta sejumlah keluhan lainnya yang umum terdengar tentang kehidupan di wilayah yang diduduki ISIS.
Muqawamah Media pada Selasa (24/11/2015) menerjemahkan beberapa kutipan dari pernyataan yang bersumber dari akun Facebook Osman Hanov. Kesaksian ini telah di-share di berbagai media sosial dan telah menjadi subjek diskusi di kalangan Mujahidin Imarah Kaukasus dan pendukungnya.
Kesaksian ini diawali dengan pernyataan seorang Mujahid Dagestan, yang tak ingin namanya dipublikasikan, tentang beberapa kebohongan ISIS:
Pertama, setelah Anda masuk ke dalam (wilayah Daulah), kecil kemungkinan Anda bisa keluar. Mereka akan segera menyita paspor Anda, dan tidak memberikannya kembali. Dalam perjalanan antara kota (wilayah kekuasaan) Daulah, Anda hanya bepergian menggunakan dokumen. Dan tanpa surat izin keluar, Anda tidak akan bisa pergi dari Raqqah ke Mosul, apalagi jika ingin meninggalkan (wilayah) Daulah. Pernah ketika aku masih di Dagestan, aku mendengar mereka berkata: “Ayo, jika tidak suka, kau bisa kembali,” tapi itu bohong, kau tidak bisa.
Mujahid Dagestan itu juga memberikan kesaksian, yang juga telah disampaikan sebelumnya oleh sejumlah Mujahidin Kaukasus Utara lainnya tentang ISIS. Ia mengungkapkan bahwa ISIS hanya menggunakan prajuritnya sebagai umpan meriam. Menariknya, keluhan tersebut berhubungan erat dengan komandan Daulah, Umar Shishani, yang merupakan salah satu alasan mengapa para pejuang berbahasa Rusia yang telah keluar dari Daulah bingung.
Bukan hanya bingung, para pejuang non-ISIS bahkan terkadang marah pada laporan media Barat yang menyebut Umar sebagai seorang yang jenius dalam militer. Apakah berpengaruh jika media Barat memiliki pemikiran yang salah tentang Umar? Mungkin tidak dari perspektif militer dan intel. Tapi berbicara kepada kebutuhan untuk penelitian yang benar-benar membutuhkan penggalian info yang lebih mendalam dan melihat apa yang benar-benar dikatakan oleh saksi tersebut, itu bukanlah propaganda atau tipuan, tapi benar-benar fakta lapangan. Dan silakan lihat apa yang dikatakan oleh Mujahid mantan anggota ISIS ini selanjutnya:
Kedua, mereka memperlakukan Anda sebagai umpan meriam. Amir dapat dengan mudah mengirim batalion ke tempat tertentu dan, yang paling penting, banyaknya kematian yang sia-sia. Kemudian Amir mengirim pasukan lainnya dan dengan hasil yang sama, dan lagi, dan lagi. Saya sendiri adalah saksi ini, dan banyak mereka yang berada di sana menegaskan hal itu.
Ingatlah di Kobane. Ketika situasinya menjadi jelas bahwa mereka tidak akan dapat menahan kota, komandan malah mengirim banyak Ikhwah di sana untuk waktu yang lama dan berakhir dengan kematian sia-sia demi pencitraan media, untuk menutupi kekalahannya.
Dia kemudian melanjutkan dengan mengatakan bahwa pernyataan ISIS menyerukan para spesialis untuk datang ke Suriah/Irak adalah kebohongan:
Mereka hanya ingin pejuang untuk menjadi umpan meriam, ada ikhwah yang datang dari berbagai profesi dan tidak ada yang dapat digunakan kecuali dokter.
Dan ini adalah kesaksiannya mengenai pelatihan militer ISIS. Kesaksian ini juga sudah sering keluar dari mulut pejuang ISIS yang membelot. Dan juga sesuai dengan laporan, yang telah dibahas sebelumnya, pejuang muda dan tidak berpengalaman Daulah telah dikirim ke kematian mereka di Kobane (Ayn Al-Arab) dan Baiji.
Pelatihan militer tidak dilakukan dengan benar, memang banyak muaskar (kamp pelatihan) yang dijalankan di sana. Namun apa yang bisa diharapkan dari pelatihan hanya dalam tiga bulan? Akibatnya, sejumlah besar orang meninggal dalam pertempuran pertama mereka.
Kemudian beliau mengatakan tentang bagaimana Daulah memperlakukan keluarga mereka yang telah tewas dalam pertempuran:
Mereka akan memaksa istri Anda dan memintanya untuk menikah dengan pria lain, dan jika dia tidak melakukannya – maka dia akan dipindahkan ke semacam hanggar, di mana wanita seperti dia tinggal bersama anak-anak mereka, berjumlah sekitar 15-20 orang, tanpa perlindungan dan dalam kondisi yang sangat sulit dalam kedinginan dan dengan makanan yang minim. Namun jika dia ingin pergi meninggalkan (Daulah), mereka tidak akan mengizinkannya.
Dan ia berbicara mengenai pejuang asing di Daulah:
Kelima, saudara-saudara di sini. Mereka sangat bervariasi. Ada beberapa yang sangat menarik, dari negara-negara yang menakjubkan seperti Maladewa, Sri Lanka dan Australia, dari seluruh dunia.
Tapi di antara pejuang berbahasa Rusia ada banyak fitnah, banyak kebodohan. Kalian bisa pergi ke pengadilan Syariah dan memfitnah saudara demi ambisi pribadi. Para hakim sudah lelah dengan perkelahian kami.
Sebenarnya kesaksian Mujahid ini masih panjang, namun karena keterbatasan bahasa, Muqawamah Media hanya mengambil beberapa poin yang penting.
Pada poin kesembilan, Mujahid ini mengemukakan pertanyaan; Mengapa intelijen dari berbagai negara termasuk Rusia tidak menghentikan orang-orang yang pergi bergabung ISIS? Bagaimana Nadir Abu Khalid bisa sampai ke ISIS?
Kenapa para ikhwah Muhajir yang berada di Istanbul diketahui oleh Unit Special Force Turki, namun mereka tidak ditangkap kecuali dalam kasus-kasus khusus seperti dalam kasus peledakan?
Apakah kalian tahu, Amir Al-Baghdadi pernah menjadi tahanan di penjara Amerika lalu tiba-tiba secara rahasia menjadi Amir?
Lihatlah Dagestan. Sebelum masjid kami penuh dengan orang dan pelajaran agama yang dilakukan oleh orang-orang seperti Nadir, Medinsky, Abu Umar, Abu Kamil Sultan dan saudara-saudara lainnya. Orang berbondong-bondong masuk ke Islam, terus belajar agama sehingga orang-orang kafir panik dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dan sekarang apa? Semuanya pergi, tidak ada pelajaran agama, hampir tidak ada dakwah, di mimbar-mimbar hanya ada tipe ulama seperti Abdullah Abu Amir dan mereka ditempatkan di bawah tekanan, orang tua bersedia memborgol anak-anak mereka agar menghalangi mereka untuk pergi ke masjid Salafi karena mereka tahu bahwa mereka akhirnya akan bepergian ke wilayah ISIS dan mati. Siapa yang menuai manfaat dari semua ini? Orang-orang kafir Rusia. Mereka menyombongkan kesuksesan rencana mereka, jika kalian tidak percaya bacalah media mereka.
Di akhir kesaksian, Mujahid ini mengatakan, lihatlah mereka yang mewakili Daulah dalam pesan dan seruan mereka kepada kaum Muslimin yang berada di negara-negara Kuffar, mereka menyerukan agar meledakkan dan membunuh dan menyembelih orang-orang kafir di sana dengan cara apapun dan tanpa membedakan mereka.
Lalu apa efeknya? Umat Islam di seluruh dunia semakin ditekan dan hak-hak mereka dibatasi, dan ini akan didukung oleh penduduk setempat pasca serangan serampangan seperti itu. Siapa yang mendapat keuntungan dari itu? Kuffar.
Aku bersyukur kepada Allah karena telah mendapat luka, sehingga bisa meninggalkan wilayah ISIS, dan kalian tahu berapa banyak saudara di sini yang ingin meninggalkan ISIS namun tidak bisa? Dan mereka mematuhi perintah mati karena sudah tidak punya pilihan. Oleh karena itu, tugasku untuk memperingatkan karena aku tahu bahwa banyak yang terpesona dengan fitnah ISIS, oleh karena aku berharap (dengan kesaksian ini) mungkin mereka yang berpikir untuk bergabung dengan ISIS akan berhenti dari mengulangi kesalahan orang lain.
Wassalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh
(aliakram/arrahmah.com)