SURABAYA (Arrahmah.com) – Seorang mantan Da’i Syiah Ustadz Basuki Rahmat memaparkan, Slogan persatuan semu sebagai bentuk taqiyah yang selalu didengungkan pemimpin Syi’ah Khomeini, untuk mengelabuhi umat Islam adalah Laa Syarqiyya walaa ghorbiyyah – Laa Sunni Walaa Syi’ah – tidak Timur tidak Barat – tidak Sunni tidak Syi’ah.
Hal ini disampaikan Ustadz Basuki Rahmat dihadapan hampir seribuan umat Islam se Surabaya dan sekitarnya, yang sejak jam 7 pagi sudah memadati ruang utama Masjid Mujahidin Perak Barat Surabaya, Ahad (15/6/2014) untuk mengikuti pengajian rutin bertema “Fakta dan data Syi’ah di Indonesia.”
Dia melanjutkan cerita diawal tahun 80-an, gema revolusi syiah Iran berdampak ke Indonesia. Katanya, saat itu aktivis Islam termakan oleh slogan taqiyyah Khomeini, tidak ada satupun kelompok pergerakan yang tidak memasang foto Khomeini sebagai dukungan dan kebanggaan.
Ustadz Basuki Rahmat membongkar cara orang Syiah mensyiahkan umat Islam. Pertama dengan pengaburan tentang makna persatuan dan kesatuan seperti yang didengungkan oleh Khomeini di atas.
Kedua, menimbulkan keraguan terhadap ajaran Islam. Misalnya orang Syiah mengatakan, “Apa kamu sholat kok pake sedekap, itu ajaran Abubakar”.
Ketiga, tahap mencaci, mencela, melaknat sahabat, istri Nabi shallalahu alaihi wa sallam ‘Aisyah rhadiyallohu anha yang terus didengungkan di telinga kader-kader Syiah sehingga menimbulkan kebencian dan dendam membara.
Dia juga menjadi saksi betapa, waktu dirinya menjadi pengurus (Ketua Bidang Dakwah dan Pendidikan) YAPI – Bangil tahun 1986. Seorang Tajul Muluk tokoh kerusuhan Sampang, waktu itu baru lulus SD. Namun sekarang bisa menggerakkan massa untuk melakukan kerusuhan. Ini semua merupakan buah indoktrinasi “kebencian dan dendam” Syiah yang berpusat di Bangil saat itu hingga hari ini.
Pada acara ini turut hadir Ustadz Farid Ahmad Okbah, MA. (Dewan Dakwah Islamiyah Jakarta).
Acara yang dibuka oleh moderator tepat pukul 08.30 wib ini diawali dengan sambutan pengurus Yayasan Masjid Mujahidin yang mengharapkan acara ini dapat memberikan pencerahan kepada umat Islam akan kesesatan syi’ah, sehingga umat tidak ragu menyatakan bahwa Syi’ah adalah agama tersendiri diluar Islam dan diharapkan dapat mengambil langkah hati-hati dan waspada terhadap gerakan Syi’ah yang semakin gencar memurtadkan umat Islam.
Secara umum acara ini berlangsung tertib hingga diakhiri menjelang adzan Dzuhur. Namun sebelum sesi tanya jawab berlangsung, timbul insiden kecil yang dipicu oleh emosi salah seorang jamaah yang tidak diberi kesempatan bertanya secara lisan, namun semua jamaah bertanya melalui tulisan saja. Tidak hanya moderator, para pembicara pun dijadikan sasaran kemarahannya, sambil berteriak-teriak menuduh pembicara hanya berbohong, membodohi umat, cuma ngomong doang, tidak cerdas dan militan seperti da’i-da’i Syi’ah. Setelah diingatkan oleh moderator supaya diam namun tidak digubris, maka security masjid berdatangan memaksanya diam dengan diisolir dari jamaah yang lainnya. Setelah situasi tenang kembali barulah acara dilanjutkan dengan tertib.
Menurut penuturan Firman, komandan security masjid, dari hasil interograsinya bersama takmir masjid terhadap salah satu jamaah yang mengacau acara pengajian ini, dia mengaku bernama Ahmad asal Gresik bekerja di PT. Petrokimia, bisa diambil kesimpulan bahwa ternyata orang tersebut adalah tokoh Syi’ah berpendidikan S3, dan punya cukup dana. Dia sengaja datang berombongan membawa mobil kijang dengan dikawal beberapa anak buahnya untuk menyusup dan membikin kacau acara pengajian dan juga menurut kesaksian Cholis – salah seorang jamaah- orang tersebut pernah terlihat mengacau pengajian tentang Syi’ah yang diadakan oleh Ma’had Ali Bin Abi Thalib Surabaya. Ketika security menudingnya sebagai penganut Syi’ah, tentu saja dia mengelak tidak mau mengakuinya. Namun dia sempat melontarkan tawaran kepada security, beasiswa untuk dipondokkan, dikuliahkan dan diberi gaji tiap bulan. (azm/masarul/arrahmah.com)