(Arrahmah.com) – Ulama dan komandan senior mujahidin Syaikh Abu Khalid As-Suri gugur oleh serangan bom bunuh diri terhadap kantor mujahidin Ahrar Asy-Syam di Aleppo pada Ahad (23/2/2014), akun resmi Jabhah Islamiyah melaporkan.
Syaikh Abu Khalid As-Suri gugur bersama beberapa orang mujahid lainnya saat seorang pelaku serangan bunuh diri yang diduga kuat berasal dari kelompok mujahidin lainnya meledakkan dirinya pada kantor Ahrar Asy-Syam di Aleppo.
Syaikh Abu Khalid As-Suri adalah seorang ulama dan komandan senior mujahidin Suriah. Dia berjihad bersama Syaikh Abdullah Azzam di Afghanistan pada masa perang melawan penjajah komunis Uni Soviet. Dia kemudian berjihad bersama Syaikh Usamah bin Ladin dan Aiman Az-Zhawahiri di Afghanistan – Pakistan melawan penjajah salibis Amerika dan NATO. Kemudian Syaikh Aiman Az-Zhawahiri mengutusnya ke Suriah untuk mendamaikan konflik antar kelompok mujahidin di Suriah.
Syaikh Abu Khalid As-Suri termasuk ulama dan komandan mujahidin yang mengucilkan diri dari fitnah. Dia tidak ikut memerangi Jamaah ISIS, meskipun turut menyampaikan beberapa nasehat kepada Jamaah ISIS.
Adalah Ahmed Lulu bin Omar, seorang pekerja di sebuah kelompok amal di Suriah Al-Khayr yang memiliki hubungan baik dengan orang-orang Ahrar Asy-Syam yang bekerja di sektor yang sama dengannya.
Ahmed Lulu telah mengakui keterlibatannya dalam operasi pembunuhan keji terhadap Syaikh Abu Khalid As-Suri. Dalam sebuah video wawancara berdurasi 20 menit 2 detik di mana dia menjawab sejumlah pertanyaan, dia kemudian diketahui telah bergabung dalam jamaah Daulah Islam Irak dan Syam atau Islamic State of Irak and Sham (ISIS).
Saat ditanya bagaimana ISIS merekrut dirinya, dia mengatakan, “Saya bertemu dengan seseorang di Antakya yang dipanggil Abu Hurairah, dia terluka, dan saya memperlakukan dia seperti rakyat Suriah biasanya. Kami membantunya. Dan kami semakin dekat. Saya bergabung dengan kelompok tersebut (ISIS) melalui Tazkiyahnya.”
Dia kemudian mengungkapkan bahwa ISIS mengetahui bahwa dia bekerja di sebuah kelompok bantuan kemanusiaan dan hubungan masyarakat, sehingga mereka memberinya pekerjaan sebagai intelijen, untuk mengumpulkan informasi.
Terkait kematian Syaikh Abu Khalid As-Suri, Ahmed Lulu menyatakan bahwa ISIS memanfaatkan hubungan baik dia dengan Ahrar Asy-Syam. Dia diperintahkan untuk mengumpulkan informasi sebanyak mungkin. Dia mengatakan bahwa dia kemudian bertemu dengan Abu Ubayda Al-Maghribi, kepala keamanan ISIS di Aleppo. Dan bersama dengannya ada Abu Maryam Al-Iraki.
Mereka mendapat tugas untuk membunuh pemimpin Ahrar Syam. dan menyepakati sebuah rincian tugas.
Ahmed Lulu memaparkan, “Pada hari Jum’at, setelah shalat Jumat, Abu Maryam tiba dan bersamanya ada 2 pemuda. Satu orang Suriah dan yang lainnya orang Eropa/Maroko. Bersama mereka juga ada Abu Basir Al-Filastini, saya menempatkan mereka di sebuah rumah. Setelah saya dan Abu Maryam pergi untuk perjalanan pengintaian seperti biasanya. Kami pergi untuk mencari Kantor Produksi, jalan-jalan yang menuju ke sana, dan lain-lain. Kami kembali setelah itu.”
Dia juga memaparkan bagaimana rencana mereka melakukan operasi pembunuhan tersebut. “Rencananya adalah bahwa segera ketika sang pimpinan [Ahrar Syam] hadir, maka operasi akan segera dimulai. Hari kedua saya pergi ke Kantor Produksi, melihat bahwa saya memiliki hubungan yang baik dengan Ahrar. Saya mendapati bahwa tidak ada yang akan datang. Jadi saya mengatakan kepada yang lain dan melanjutkan hari-hari saya seperti biasa,” ungkapnya.
Dia melanjutkan, “Ketika saya bangun keesokan harinya, para pimpinan datang termasuk Abu Yazen dan Abu Umair, atau yang dikenal sebagai Abu Khalid. Saya pergi ke Abu Maryam dan mengatakan kepadanya bahwa Abu Khalid berada di gedung dan juga Abu Yazen. Kemudian dia berkata untuk melaksanakan rencana tersebut dan jangan menunggu lagi.”
“Saya mengajak 2 pemuda tersebut bersama dengan saya. Di dekat lokasi target, ada tempat sepi di mana saya menempatkan mereka. Saya kembali dan memanggil orang-orang kemanusiaan yang mengatakan bahwa mereka mendengar bentrokan. Saya menghampiri Abu Maryam dan membawanya ke orang yang akan membawanya ke Al-Bab.”
“Saya meninggalkan Aleppo dan pergi ke Al-Bab. Di markas pusat Di markas pusat saya bertemu Abu Ubaidah Al-Maghribi yang memberi saya sebuah sambutan yang hangat. Ada [juga] yang lainnya di sana, seperti Abu Muslim Al-Filastini dan Abu Hamza Al-Asir dan sekitar 7 pemuda. Abu Ahmed, Abul Baraa, dan yang lainnya.”
Ahmed Lulu kemudian menyatakan bahwa mereka semua senang dengan operasi pembunuhan tersebut. Dan Abu Ubaidah mengatakan bahwa para Syaikh juga senang dengan operasi itu, tetapi mereka tetap bungkam untuk saat ini. Dan “para Syaikkh” yang dimaksud adalah Abu Luqmaan dan Al-Adnani.
Ketika ditanya hadiah apa yang dia peroleh dalam operasi pembunuhan tersebut, dia mengatakan, “Abu Ubaidah bertanya apakah Abu Maryam memberimu hadiah? Saya mengatakan hadiah apa? Dia mengatakan hadiah dari Abu Bakar Al-Baghdadi –yang mereka berikan kemudian.”
Setelah operasi pembunuhan itu, dia mengaku diperintahkan agar pergi ke Turki dan membuka kantor baru, sebuah pekerjaan intelijen dan mengumpulkan info terhadap SMC dan SNC. Orang yang mengawasi operasi itu adalah Basil dan dia memiliki hubungan lain dengan Abu Abdullah yang membawa barang-barang seperti senjata peredam.
Ahmed kemudian menyatakan penyesalan atas perbuatannya, “Saya katakan Astaghfirullah untuk setiap tindakan yang telah saya lakukan terutama tindakan buruk ini. Hasbiyallah wa ni’mal wakil. Dan semoga Allah membalas para Syari’ah yang membongkar keburukan dari tindakan ini. Mereka bertanya beberapa pertanyaan dan saya mengajukan pertanyaan yang sama. Mereka bertanya pada saya: Apa kebaikan dari pembunuhan Abu Khalid? Dan memerangi Mujahidin di Syam, apakah itu akan menciptakan Daulah Islam? Dan jabhah apa saja yang dihadapi jama’ah daulah hari ini?”
Selain itu, dia juga menyampaikan himbauannya kepada mereka yang masih berada di barisan ISIS.
“Dan aku katakan, persiapkanlah diri kalian untuk bertemu dengan Rabb dan bahwa jika kau tidak bertobat kepada Allah, maka Dia akan murka kepadamu. Karena aku tidak dapat menegakkan suatu daulah dan tidak memenuhi kriteria untuk itu. Lihatlah kaum Muslimin dan bagaimana mereka melihat daulah tersebut. Saudaraku, aku memberitahumu bahwa tidak semua orang di Suriah yang berjuang adalah sahawat dan murtad. Ada orang-orang yang salah, tapi mayoritas mereka (orang-orang Suriah) adalah benar. Pastikan [dahulu] tentang apa yang akan kau lakukan. Tindakan yang kau lakukan sekarang adalah tidak ada hubungannya dengan sebuah Daulah Islam.”
“Sebuah Daulah Islam akan berdiri, ia akan tegak! Tapi tidak dengan pernyataan dan slogan-slogan belaka tetapi dengan niat ikhlas untuk Allah. Sebab jika dia seorang Ansar (orang Suriah asli), maka untuk menegakkan hukum Allah, dan jika dia seorang Muhajir maka dia berhijrah sehingga Allah bisa menerima perjuangannya. Ini adalah untukmu, antara engkau dan Allah. [Apakah] semua orang di sini Sahawat dan murtad? Aku katakan tidak, saudara[ku]. Bicaralah dengan orang-orang, cobalah keluar dari lingkaran di mana engkau berada!”
(aliakram/arrahmah.com)