KEDIRI (Arrahmah.com) – Roni (30), meninggal ditembak dalam operasi Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Mabes Polri. Berikut ini kesaksian Kepala Dusun Nglarangan mengenai aksi penembakan itu.
Menurut Kepala Dusun Nglarangan, Desa Krenceng, Kecamatan Kepung Siswo, operasi penangkapan Roni berlangsung kurang dari 2 menit. Semula Roni pulang dari sawah sekitar pukul 09.00 WIB.
Roni masuk rumah dari pintu belakang. Tidak lama kemudian, dia keluar dari pintu depan. “Mungkin hendak pergi beli rokok, karena di tangannya memegang uang Rp 50 ribu,” ujar Siswo ditemui di rumahnya.
Saat Roni berada pada jarak sekitar 50 meter dari rumah, dari arah timur Tim Densus datang naik sepeda motor. Jumlah mereka diperkirakan 8 orang dengan 4 unit sepeda motor.
Densus langsung melepaskan tembakan ke arah Roni yang berjalan di tepi jalan. “Saya mendengar ada lima kali tembakan, dan terakhir ada satu tembakan lagi,” imbuh Siswo yang saat itu melihat dari kejauhan, karena rumahnya ada di belakang rumah Suyadi (52), orang tua Roni.
Roni langsung tumbang. Ia tersungkur ke jalan dengan kondisi berlumuran darah. Dari arah barat, kemudian datang dua mobil Densus. Jenazah Roni lantas dibawa ke RS Bhayangkara Kota Kediri. “Dari tangannya (Roni, red) masih memegang uang Rp 50 ribu yang sudah berlumuran darah, seperti hendaknya, beli rokok,” terus Siswo.
Melihat suaminya tersungkur usai ditembak Densus, istri Roni langsung keluar menangis histeris. Suyadi, ayahnya yang baru pulang dari sawah berusaha menolong. Tetapi petugas melarangnya dengan menodongkan senjata.
“Ditembak pada bagian perutnya, kurang lebih ada lima kali. Saya dilarang mendekat. Saya pun kembali ke rumah. Dan polisi langsung membawanya,” ujar Suyadi. (azm/beritajatim/arrahmah.com)