JAKARTA (Arrahmah.com) – Muhammad Jibriel Abdul Rahman, yang pernah ditangkap oleh Densus 88, membuat kesaksian terkait kekejaman dan penyiksaaan yang dilancarkan oleh Densus 88 terhadap terduga teroris. Kesaksian itu ditulisnya terkait dengan kasus terbunuhnya Siyono asal Klaten ditangan Densus 88.
Muhammad Jibriel Abdul Rahman, yang akrab dipanggil Bang Jibriel, menuliskan kisah penangkapannya oleh Densus 8 serta perlakukan buruk yang dialaminya di akun Facebook-nya, Selasa (12/4/2016). Hingga saat ini, tulisan tersebut disukai lebih dari 6.000 orang, dan dibagikan lebih dari 5.000 kali.
Berikut kesaksian Bang Jibriel tentang kezaliman yang beliau alami ketika ditangkap oleh Densus 88:
Banyak yang bertanya kepadaku tentang kekejaman dan penyiksaan Densus 88 terhadapku hampir 8 tahun silam, namun belum ada waktu untukku bercerita tentang kejadian-kejadian masa lampau yang malas sekali untuk ku ceritakan
Pasca syahidnya (insyaa Allah) akhi Siyono rahimahullah akibat siksaan-siksaan brutal densus hingga ajal menjemput, lalu pihak polisi menyangkal bahwa hal tersebut adalah akibat perlawanan beliau hingga anggota densus melakukan pembelaan diri. Disitu saya mulai muak dan mual akibat bualan dan cerita palsu mereka. Bukan tanpa alasan, karena saya adalah salah satu manusia yang pernah mengalami siksaan dan kekejaman yang tidak berperikemanusian tersebut, dan saya dengan haqqul yakin banyak lagi diantar temen-temen aktivis Islam lainya mendapat perlakuan yang lebih keji. Saya sendiri merasakan bagaimana saat mereka masukkan kresek plastik ke kepalaku lalu dilakban dan dipukul. Dengan tanpa belas kasih mereka mencabut jenggotku. Seluruh tubuhku dipukul dengan belati sehingga gigi-gigi ini retak dan rontok. Saat itu juga kepalaku diinjak dan dihentakkan ke dinding dan diludahi seolah-olah kita adalah makhluk keji yang harus dienyahkan dari muka bumi.
Ya Allah.. dan begitu seterusnya. Maka wajar jika akhi Siyono bisa meninggal karena mungkin tidak tahan dengan perlakuan kejam tersebut. Ya Rabb…
Namun setiap laporan dan keluhan kami orang-orang yang terzalimi ini tidak pernah digubris. Tuduhan demi tuduhan terus berlanjut. Kadang hati ini ingin menjerit dan menangis. Namun hal tersebut hanya layak dilakukan disaat bertemu Allah disaat-saat mustajab dalam doa dan airmata.
Beratnya ujian Allah ini kepadaku dan sahabat-sahabat yang terzalimi ini karena dakwah dan jihad yang kami yakini ini tidak sebanding dengan kaum muslimin yang tertindas lainnya. Disitulah ku bersabar dan tidak menaruh dendam kepada mereka para penjahat. Karena tidak mungkin sesuatu ujian itu ditimpakan kepada kita jika kita tidak mampu memikulnya. Allah Maha Tahu atas segalanya. Sabar dan shalatlah yang terbaik. Insyaa Allah..
Alhamdulillah, melalui Muhammadiyah dan kaum muslimin lainya yang concern terhadap hak-hak ummat Islam, kasus ini bisa terbongkar. Kezaliman densus lambat laun akan dibuka oleh Allah, dengan cara apapun. Tinggal kita banyaklah bersabar dan mendoakan saudara-saudara kita lainya yg dizalimi dan bantu mereka dengan kemampuan kita. Karena hal tersebut akan membuatmu mulia. Insyaa Allah. Insyaa Allah satu saat nanti kuingin menulis tentang hari-hari yang menyakitkan dalam hidupku, agar menjadi iktibar untuk temen-teman. Insyaa Allah..
“Semoga Allah mengampuniku dan memberikan pahala atas ujian-ujian yang kulalui. Aamin..Ujian itu pasti, sabar pilihan. Insyaa Allah,” Demikian Bang Jibriel menutup tulisan yang diunggah di akun Facebook-nya.
(ameera/arrahmah.com)