DEIR EZZUR (Arrahmah.com) – Beberapa hari sebelum pelaku serangan bom bunuh diri menyerbu kantor Harakah Ahrar Asy-Syam Al-Islamiyah di Aleppo dan membunuh Syaikh Abu Khalid As-Suri rahimahullah, kantor mujahidin Jabhah Nushrah di Deir Ezzutelah mendapatkan serangan tiga pelaku serangan bom bunuh diri dari kelompok Daulah Islam Irak dan Syam [ISIS]. Seorang pelaku bernama Abu Sa’ad Al-Libi telah menyerbu dan meledakkan bom rompinya di kantor Jabhah Nushrah. Dua pelaku lainnya, Abu Thalhah Al-Jadawi dan Abu Barra’ Al-Jazrawi, menyerahkan diri kepada Jabhah Nushrah setelah dikepung selama semalam suntuk.
Jabhah Nushrah memperlakukan kedua mujahidin ISIS tersebut dengan baik. Jabhah Nushrah telah merilis video kesaksian Abu Thalhah Al-Jadawi tentang penipuan para pemimpin dan komandan ISIS terhadap mujahidin muhajirin. Video kesaksian Abu Thalhah Al-Jadawi berdurasi 7 menit 39 detik. Video tersebut dirilis ulang oleh sejumlah situs revolusi Suriah, diantaranya Edlib News Network [ENN] pada Selasa [25/2/2014].
Sejak keluarnya kesaksian Syaikh Abdullah Al-Muhaisini yang berjudul “Ya Allah, bukankah telah aku sampaikan?”, Jabhah Nushrah merilis serial video berjudul “Jama’ah Daulah: Fakta-fakta dari Dalam”. Serial video tersebut berisi kesaksian sejumlah ulama syar’i dan muhajidin muhajirin dalam tubuh jama’ah Daulah Islam Irak dan Syam [ISIS] tentang beberapa penyimpangan dalam tubuh jama’ah ISIS. Video kesaksian Abu Thalhah Al-Jadawi merupakan seri ke-4 dari serial video tersebut. Berikut ini terjemahan video kesaksian Abu Thalhah Al-Jadawi tersebut.
Jama’ah Daulah Islam dari Dalam
Seri ke-4
Kesaksian pelaku serangan bunuh diri dari Jama’ah Daulah yang menargetkan Jabhah Nushrah
Kesaksian Abu Thalhah Al-Jadawi
Calon pelaku serangan bunuh diri yang menargetkan tentara Jabhah Nushrah
Ia berangkat ke bumi jihad untuk membela dan melindungi kaum muslimin!
Namun ia disambut oleh tangan-tangan pengkhianatan, pembunuhan dan pengkafiran…maka tangan-tangan itu menjerumuskannya dalam api pembakar yang merusak jihad dan menghalangi dari jalan Allah serta membunuh kaum muslimin…Abu Imarah Al-Iraqi dan Abu Azzam Al-Anshari; contoh para umara’ su’.
[Para umara’ su’ itu mengatakan, red] Aiman Az-Zhawahiri adalah orang yang pikirannya kacau karena telah tua renta, Jabhah Nushrah adalah kelompok pemberontak yang murtad…!!!
Meniadakan akses media dan berdusta kepada tentara-tentara untuk merealisasikan hawa nafsu mereka…
Mengirim para pelaku serangan bunuh diri dan pelaku serangan serbu berani mati [inghimasi, sedikit personal yang menyerbu ke tengah barisan musuh] untuk menyerang Jabhah Nushrah….apa kesudahannya?
Ya Allah, kami telah menyampaikan….Ya Allah, saksikanlah…
Dengan nama Allah. Segala puji bagi Allah Rabb seluruh alam. Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarganya dan seluruh sahabatnya.
Saya adalah saudara kalian, Abu Thalhah, saya berangkat dari Jazirah Arab ke bumi jihad Syam. Segala puji bagi Allah, kami sampai di Syam. Setelah itu kami berangkat ke kota Syadadi, kami tinggal di kamp militer dan mengikuti training penggunaan senjata. Kami didatangi oleh para ulama syar’i [tanzhim Daulah Islam, red], mereka mengatakan kepada kami bahwa Jabhah Islamiyah adalah orang-orang murtad.
Setelah beberapa waktu, mereka datang dan mengatakan bahwa Jabhah Nushrah adalah kelompok bughat [pemberontak kepada khalifah yang sah, red]. Setelah dari kamp pelatihan militer, mereka membawa kami kepada sebuah posko keamanan dan mereka mengatakan bahwa Jabhah Nushrah adalah orang-orang murtad, juga Ahrar Asy-Syam, Jabhah Islamiyah, dan FSA, mereka semua adalah orang-orang murtad.
Mereka hanya menunjukkan kepada kami foto-foto dan video-video yang berkaitan dengan Daulah. Mereka menunjukkan kepada kami video-video yang mereka katakan bahwa para akhwat telah diperkosa. Perkataan mereka ini ternyata setelah dibuktikan tidak benar.
Kami tidak memiliki kontak komunikasi apapun. Setiap seminggu atau dua minggu sekali, kami baru diberi kesempatan untuk berkomunikasi dengan keluarga kami saja.
Tentang para pemimpin jihad, mereka mengatakan bahwa Jaulani adalah baghi [pemberontak]. Mereka mengatakan tentang Syaikh Aiman Azh-Zhawahiri bahwa beliau adalah orang yang kacau pikirannya karena telah tua renta.
Wartawan: Bagaimana cerita Anda dalam melaksanakan operasi bom bunuh diri? Dan bagaimana Anda melaksanakannya dengan menargetkan Jabhah Nushrah?
Abu Thalhah Al-Jadawi:
Berkaitan dengan serangan mencari syahid, Abu Azzam Al-Anshari naib wali [wakil gubernur Daulah] menawariku untuk melakukan operasi serangan mencari syahid. Sebelumnya ia mendatangiku dan mengatakan maukah engkau melakukan operasi serangan mencari syahid menargetkan Jabhah Nushrah? Saya menolaknya. Dia mendatangiku dua kali.
Setelah itu ia mendatangiku dan menanyakan bagaimana jika operasi mencari syahid dengan menargetkan milisi Shahwat dan orang-orang murtad? Ia mengatakan bahwa mereka telah memperkosa para wanita, merampok dan telah kafir.
Kami berangkat menuju kantor, yaitu kantor yang jauh dari posko keamanan, lalu kami menyiapkan bom rompi, kotak amunisi dan beberapa buah granat. Semuanya disiapkan oleh Abu Imarah Al-Iraqi. Abu Imarah Al-Iraqi membawa kami menuju tempat dimana kami akan melakukan serangan mencari syahid. Bersama saya adalah saudara saya dari Libya, Abu Sa’ad Al-Libi, dan al-akh Abu Barra’ Al-Jazrawi. Ketika kami telah melihat tempat [yang akan menjadi sasaran operasi mencari syahid], ia [Abu Imarah Al-Iraqi] mengatakan bahwa mereka semua adalah orang murtad, telah kafir, tidak ada kaum wanita dan anak-anak disana.
Setelah itu ia [Abu Imarah Al-Iraqi] mengatakan: “Tunggulah seperempat jam, sampai saya kembali!” Kami menunggu selama seperempat jam. Lalu saudara saya dari Libya menyerbu maju dan melakukan serangan bom. Kami [saya dan Abu Barra’ Al-Jazrawi, red] masuk ke sebuah rumah disamping target serangan. Al-Akh Abu Barra’ pun mulai menembakkan senjatanya. Lalu kami mendengar jeritan kaum wanita dan anak-anak.
Maka kami pun merasa takut. Mereka telah berdusta kepada kami, kata mereka tidak ada kaum wanita dan anak-anak. Kami pun naik ke atap rumah. Kami menunggu-nunggu. Sampai seseorang naik ke atap, maka al-akh [Abu Barra’] menembaknya. Setelah itu kami duduk selama beberapa waktu di atas atap. Kami melemparkan beberapa granat.
Sebelum itu, saya melakukan shalat istikharah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Demi Allah Yang Maha Agung, saya telah saya menarik picu senapan saya dua kali, saya ingin menembak salah seorang diantara mereka [Jabhah Nushrah, red], namun demi Allah senapan saya macet.
Dari atas atap, saya melemparkan empat buah granat. Demi Allah, tidak ada granat yang meledak. Kami bertahan di atas atap rumah, kemudian granat dilemparkan kepada kami [oleh Jabhah Nushrah, red], maka kami turun ke tangga. Kami bertahan sampai waktu pagi, mereka masih mengepung kami. Maka kami memasuki salah satu kamar, al-akh Abu Barra’ masuk ke kamar dan saya juga masuk ke kamar, sampai waktu fajar.
Kami melaksanakan shalat Subuh, kemudian kami bertahan sampai cahaya [matahari] muncul. Setelah waktu fajar, mereka melepaskan tembakan kepada kami dan saya membalas tembakan. Namun semua tembakan mengarah ke atas. Kami lalu menyerahkan diri.
Setelah itu kami berbicara dengan ulama syar’i, kami meminta didatangkan ulama syar’i Jabhah [Nushrah]. Ulama syar’i Jabhah mendatangi kami dan mengatakan: “Kita akan memutuskan perkara kalian berdasar syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Kami menyerahkan senjata, dan semua yang kami miliki; granat-granat dan bom rompi.
Wartawan: Bagaimana Jabhah Nushrah memperlakukan kalian setelah mereka menangkap kalian? Apakah mereka menyakiti kalian?
Abu Thalhah Al-Jadawi:
Mereka memperlakukan kami, setelah mereka menangkap kami, sebagai seorang saudara, mereka tidak menzalimi kami dan tidak memukul kami. Mereka mendatangi kami dari satu waktu ke waktu yang lain, apakah engkau memerlukan sesuatu wahai akhi? Apakah engkau menginginkan sesuatu wahai akhi? Alhamdulillah, kami dalam keadaan yang paling baik. Bahkan kami mengalami luka, merekalah yang mengobatinya.
Kami tidak tahu kalau ini adalah tempat Jabhah Nushrah. Mereka mengatakan kepada kami bahwa ini adalah tempat orang-orang murtad, orang-orang kafir, Ahrar Asy-Syam, dan FSA.
Wartawan: Adakah pesan Anda kepada orang-orang yang memperdaya mujahidin?
Abu Thalhah Al-Jadawi:
Saya menyampaikan pesan kepada orang-orang yang telah memperdayai kami. Hasbiyallah wa ni’mal wakiil [Cukuplah Allah sebagai pelindung kami dan Dia-lah sebaik-baik yang mengurusi]. Abu Imarah dan Abu Azzam, Abu Imarah Al-Iraqi dan Abu Azzam Al-Anshari. Hasbiyallah wa ni’mal wakiil. Mereka ingin agar kami membunuhi saudara-saudara kami kaum muslimin. Namun alhamdulillah ‘ala kulli hal [segala puji bagi Allah dalam setiap keadaan], kami belum melaksanakan serangan bom ini. Hasbiyallah wa ni’mal wakiil.
Pesan saya kepada setiap orang yang ingin datang ke negeri Syam, janganlah ia datang kepada jama’ah Daulah Islamiyah.
Nasehat dari saudara kalian di jalan Allah, Abu Thalhah, janganlah ia mendatangi jama’ah Daulah Islamiyah, yaitu setelah jelas kebenaran bagiku.
Wartawan: Apa sebab-sebab yang mendorong Anda mengajak untuk meninggalkan jama’ah ini?
Abu Thalhah Al-Jadawi:
Sebab sebelum itu kita tidak melihat media massa, kami tidak melihat realita sesungguhnya. Namun alhamdulillah, setelah kami melihat realita sesungguhnya dan kami mendengarkan penjelasan Syaikh Abdullah Al-Muhaisini tentang Daulah Islamiyah. Kami menyangka beliau —dan Allah-lah yang akan menghisab beliau— bahwa syaikh Abdullah Al-Muhaisini termasuk golongan mujahid yang tulus.
Wartawan: Ada pesan terakhir Anda?
Abu Thalhah Al-Jadawi:
Pesan kepada sauudara-saudaraku muhajirin dalam jama’ah Daulah…saya berharap kalian meninggalkan jama’ah Daulah Islamiyah, yaitu bergabung dengan Jabhah Nushrah. Demi Allah, mereka memperlakukan kita lebih baik dari perlakukan kita. Mereka memperlakukan kita sebagai seorang saudara. Mereka seperti saudara-saudara kita, bahkan lebih dari saudara kita.
[Dengan wajah berkaca-kaca menahan tangis] Segala puji bagi Allah Rabb seluruh alam.
(muhib al majdi/arrahmah.com)