SANANDAJ (Arrahmah.id) – Kepala keamanan Iran pada Selasa (11/10/2022) mengerahkan tank, pesawat tempur dan bus pasukan khusus ke kota Sanandaj di provinsi Kurdistan, saat lebih dari tiga minggu protes tidak menunjukkan tanda-tanda mereda.
Kurdistan adalah provinsi asal Mahsa Amini (22), yang kematiannya dalam tahanan polisi moral memicu gelombang demonstrasi nasional. Lebih dari 200 orang telah tewas dalam tanggapan brutal otoritas Iran terhadap protes tersebut.
Protes telah sangat intens di Sanandaj, di mana kelompok-kelompok hak asasi manusia takut akan banyak korban dan menuduh pihak berwenang melakukan penembakan di lingkungan sekitar.
Kelompok hak asasi Hengaw yang berbasis di Norwegia mengatakan sebuah pesawat tempur Iran telah tiba di bandara di Sanandaj, dan bus yang membawa pasukan khusus sedang dalam perjalanan ke kota, lansir Arab News.
Amnesti Internasional mengatakan pihaknya “khawatir dengan tindakan keras terhadap protes di Sanandaj di tengah laporan pasukan keamanan menggunakan senjata api dan menembakkan gas air mata tanpa pandang bulu, termasuk ke rumah-rumah penduduk.”
Pusat Hak Asasi Manusia di Iran mengatakan ada risiko situasi serupa di provinsi Sistan-Baluchistan di tenggara, di mana para aktivis mengatakan lebih dari 90 orang telah tewas sejak 30 September.
“Pembunuhan kejam terhadap warga sipil oleh pasukan keamanan di provinsi Kurdistan, setelah pembantaian di provinsi Sistan-Baluchistan, kemungkinan besar merupakan awal dari kekerasan negara yang parah yang akan datang,” kata direkturnya Hadi Ghaemi.
Di antara mereka yang ditangkap dalam tindakan keras keamanan adalah putri mantan presiden Iran Akbar Hashemi Rafsanjani. Faezeh Hashemi (59), mantan anggota parlemen dan aktivis hak-hak perempuan, ditahan di Teheran pada 27 September karena menghasut warga untuk ambil bagian dalam demonstrasi. Otoritas kehakiman mengatakan dia telah didakwa dengan “kolusi, gangguan ketertiban umum, dan propaganda melawan ‘republik Islam’.” (haninmazaya/arrahmah.id)