LONDON (Arrahmah.id) — Kerusuhan berbau SARA di Inggris meluas ke sejumlah kota usai remaja berusia 17 tahun dituduh melakukan penikaman massal hingga menyebabkan tiga bocah tewas. Insiden itu terjadi di sebuah pesta dansa bersama Taylor Swift, di Southport, Merseyside.
Dilansir The Independent (4/8/2024), Axel Rudakubana (17) dituding membunuh Bebe King (6), Elsie Dot Stancombe (7), Alice DaSilva Aguiar (9) dan melukai 10 orang lain.
Rumor palsu soal latar belakang terduga pelaku Rudakubana seorang Muslim beredar luas di media sosial.
Narasi ini lantas memancing kemarahan dan berkembang menjadi kerusuhan anti-Muslim dan anti-imigran. Massa ultra kanan yang dimotori kelompok English Defence Leageu (EDL) menggelar demonstrasi dan kemudian menyerang tempat ibadah umat Muslim serta sejumlah properti muslim lainnya.
Semula kerusuhan hanya terjadi di Southport. Massa ultra kanan melempar batu-bata ke sebuah masjid. Namun, seiring rumor palsu yang viral, kerusuhan kemudian mengguncang kota-kota lain seperti Liverpool hingga London.
Di London, petugas menangkap 111 orang dalam kerusuhan tersebut.
Di Liverpool para pedemo melempar kursi, suar, dan batu bata ke petugas.
Kerusuhan juga terjadi di Manchester usai demonstran dan pasukan keamanan terlibat baku hantam.
Di kota Hull, demonstran memecahkan jendela kaca hotel yang digunakan untuk menampung para migran. Polisi menyatakan tiga petugas terluka dan empat orang ditangkap.
Kerusuhan juga bergejolak di Belfast, Irlandia Utara. Para pedemo melempar kembang api di tengah-tengah pertikaian yang menegangkan antara kelompok anti-Islam dan unjuk rasa anti-rasisme.
Kota di timur laut Inggris, Sunderland, tak luput dari kerusuhan. Massa membakar mobil, kantor polisi, menjarah toko, dan menyerang masjid.
“Ini bukan protes, ini adalah kekerasan dan kekacauan yang tak termaafkan,” kata Kepala Polisi Northumbria Mark Hall, dikutip dari AFP (3/8).
Kerusuhan tersebut membuat umat Muslim di Inggris sangat khawatir.
“Komunitas Muslim sangat cemas saat ini, benar-benar tertekan dengan apa yang telah mereka lihat,” kata sekretaris jenderal Dewan Muslim Inggris (MCB), Zara Mohammed.
Menanggapi kerusuhan ini, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer berjanji siapa pun yang melakukan tindak kekerasan akan menghadapi hukum yang berlaku.
Dia juga menuding “geng preman” membajak kesedihan bangsa untuk menebar kebencian. (hanoum/arrahmah.id)