DHAKA (Arrahmah.com) – Setidaknya empat orang lagi meninggal di Bangladesh sebagai akibat kerusuhan yang terus melonjak menyusul eksekusi Abdul Qadir Mullah.
Perdana Menteri Sheikh Hasina berjanji untuk menindak pelaku kekerasan pada hari Minggu disebabkan karena telah membakar rumah-rumah dan terlibat bentrokan dengan petugas selama hari ketiga kerusuhan, kata polisi, sebagaimana dirilis oleh Aljazeera, Ahad (15/12/2013).
Setidaknya 25 orang telah tewas dalam bentrokan yang melibatkan oposisi, aktivis pro-pemerintah dan polisi sejak Kamis, ketika pemimpin Jamaah e-Islami, Abdul Qadir Mullah dieksekusi mati.
Anggota partai Jamaat-e-Islami mengatakan eksekusi itu bermotif politik.
Para ahli independen PBB mendesak pemerintah Bangladesh untuk menunda pelaksanaan eksekusi mati Mullah, mengingat adanya kekhawatiran bahwa ia tidak mendapatkan keadilan, menurut siaran pers PBB.
“Pelaksanaan eksekusi mati Molla bisa memicu kekerasan yang lebih lanjut dan kerusuhan yang telah mengacaukan negara itu dalam beberapa bulan terakhir,” kata Christof Heyns, reporter Khusus eksekusi dalam siaran pers PBB.
Partai-partai oposisi menuntut agar pemerintah mengundurkan diri dan menyerahkan kekuasaan kepada sebuah pengurus independen untuk mengawasi jalannya pemilihan umum bulan Januari.
Mullah adalah salah satu dari lima pemimpin oposisi dan para politisi lainnya yang dijatuhi hukuman mati oleh Pengadilan Tindak Pidana Internasional, yang didirikan pada tahun 2009 untuk menyelidiki kejahatan genosida yang dilakukan pada tahun 1971 selama Perang Pembebasan Bangladesh.
Sekitar 250 orang telah tewas dalam protes di jalanan sejak Januari, ketika putusan pertama pengadilan itu dijatuhkan. (ameera/arrahmah.com)