BISHKEK (Arrahmah.com) – Badan keamanan Kyrgyzstan mengklaim pada Kamis (24/6) bahwa presiden yang digulingkan beberapa waktu lalu memiliki kaitan dengan gerakan Taliban dan militan Islam lainnya untuk memprovokasi kekerasan etnis yang telah mengganggu stabilitas negara Asia Tengah tersebut.
Sayangnya, badan ini tidak memberikan bukti dan klaimnya tidak bisa dikonfirmasi. Mantan Presiden, Kurmanbek Bakiyev, yang saat ini tengah ada dalam pengasingan di Belarus, membantah terlibat dalam kerusuhan yang menewaskan sekitar 2.000 orang dan 400.000 etnis Uzbek tunawisma.
Badan keamanan mengatakan dua kerabat Bakiyev bertemu bulan lalu di Afghanistan dengan wakil-wakil Taliban, Gerakan Islam Uzbekistan (IMU) dan ‘militan’ Tajikistan mendiskusikan rencana untuk memicu kerusuhan di Kyrgyzstan.
Menurut klaim badan keamanan, pertemuan yang dilakukun di kawasan Badakhshan ini berhasil mengeluarkan kesepakatan bahwa anggota IMU akan dikerahkan untuk menimbulkan kerusuhan dan akan dibayar 30 juta dolar oleh keluarga Bakiyev.
“Rezim Bakiyev telah jatuh, tetapi pihak-pihak pendukungnya memerintahkan organisasi teroris internasional untuk mengacaukan situasi di Kyrgyzstan,” kepala keamanan interim Kyrgyzstan, Keneshbek Duishebayev, mengatakan kepada wartawan melalui surat edaran yang sengaja didistribusikannya.
Pemerintah sementara yang menggulingkan Bakiyev pada bulan April lalu menuduh Bakiyev ada di balik pertumpahan darah bulan ini. Kerusuhan diduga berawal dari penembakan yang dilakukan oleh pria bersenjata pada warga Kyrgyz dan minoritas Uzbek, yang memiliki sejarah ketegangan etnis.
Pemerintah juga mengklaim keluarga Bakiyev terlibat dalam perdagangan heroin dari Afghanistan. Diperkirakan sekitar 20 metrik ton obat-obatan Afghanistan diangkut setiap tahun melalui kota Osh, Kyrgyzstan selatan, tempat terjadinya kerusuhan yang dimulai tanggal 10 Juni. (althaf/arrahmah.com)