BAGHDAD (Arrahmah.com) – Irak telah diguncang oleh protes anti-peerintah selama berhari-hari, saat ribuan orang yang sebagian besar merupakan pemuda, telah berdemonstrasi di berbagai bagian negara itu menentang korupsi, pengangguran dan layanan publik yang buruk.
Pasukan keamanan merespon dengan menggunakan meriam air, gas air mata, peluru tajam dan peluru karet. Puluhan pendemo tewas dan ribuan lainnya terluka.
Demonstrasi yang sebagian besar tidak memiliki kepemimpinan adalah tantangan terbesar bagi pemerintah Perdana Menteri Adel Abdul Mahdi yang baru berusia setahun.
Korban tewas lebih dari 100 orang
Pemerintah Irak membantah bahwa pasukan keamanannya telah menembaki demonstran secara langsung selama enam hari demonstrasi yang berujung kerusuhan.
Setidaknya 109 orang kini telah tewas sejak kerusuhan dimulai pada Selasa lalu, dan lebih dari 6.000 orang telah terluka.
Dari jumlah korban jiwa, setidaknya 12 dikonfirmasi tewas pada Senin (7/10/2019) pagi, seorang pejabat medis di rumah sakit setempat dan seorang pejabat keamanan mengatakan kepada kantor berita AP.
Para pejabat, yang tidak memberikan rincian lain, berbicara dengan syarat anonim karena mereka tidak berwenang untuk berbicara kepada wartawan.
Pasukan keamanan telah meningkatkan kehadiran mereka di Baghdad tengah, mengerahkan pasukan hingga ke kota Sadr dan menutup Alun-alun Tahrir pada Minggu (6/10).
Setidaknya delapan orang tewas dan 25 lainnya cedera dalam bentrokan baru antara demonstran dan polisi di Baghdad timur, kata polisi dan sumber medis kepada kantor berita Reuters.
Kematian di kota Sadr menambah jumlah korban menjadi lebih dari 100 orang sejak protes dimulai.
Polisi, yang didukung oleh tentara, menggunakan peluru tajam dan gas air mata untuk membubarkan kerumunan di dua lokasi terpisah di kota Sadr. (haninmazaya/arrahmah.com)