WASHINGTON (Arrahmah.com) – Koran New York Times terbitan AS mengkonfrimasikan keterlibatan para pegawai perusahaan jasa kontraktor keamanan swasta AS, Blackwater dalam operasi rahasia Dinas Rahasia AS (CIA) di Iraq dan Afghanistan.
Kantor berita AFP melaporkan, sejumlah pejabat CIA dan mantan pegawai Blackwater dalam wawancara dengan New York Times mengatakan, para pengawai Blackwater terlibat dalam aksi pembunuhan dan dan penyiksaan warga Iraq termasuk aksi teror terhadap 17 warga Iraq pada Septemper 2007 di Baghdad. Mereka juga terlibat dalam berbagai operasi rahasia CIA di Iraq dan Afghanistan.
Seorang pernyataan seorang purnawirawan CIA, Dinas Rahasia AS memiliki hubungan sangat erat dengan Blackwater. Dikatakannya, namun kerjasama CIA dengan Blackwater itu selalu dirahasiakan
Mental Koboi
Menurut catatan, ada sekitar 30.000 pasukan bayaran dari perusahaan swasta Blackwater Worldwide yang disewa Pentagon, Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) di Iraq. Dan sekitar 300.000 orang di Afghanistan.
Sebagaimana diketahui, Blackwater merupakan perusahaan jasa militer swasta yang disewa Pentagon dan Departemen Luar Negeri untuk mengamankan konvoi dan diplomat AS di Iraq. Namun dalam perjalanannya, para personel Blackwater ternyata banyak bikin ulah dan terlibat dengan berbagai kasus kriminal akibat mental koboi.
Milisi Blackwater berulangkali dituduh memiliki mentalitas koboi dan memakai pendekatan “tembak dulu, bertanya kemudian” ketika menjalankan tugas-tugas pengawalan di Iraq.
Insiden kematian sejumlah penduduk sipil Iraq di sebuah sudut kota Baghdad yang sibuk pada 16 September 2007 akibat ulah milisi ini memicu kemarahan rakyat Iraq.
Satu penyelidikan yang dilakukan Iraq menunjukkan, 17 warga sipil meninggal dan 20 lainnya terluka dalam insiden di mana para pengawal bayaran Blackwater memuntahkan tembakan selama mengawal satu konvoi diplomatik Amerika tengah membelah Kota Baghdad.
Lima mantan pengawal bayaran Blackwater pernah diajukan ke pengadilan di Washington menyusul insiden itu. Mereka menyatakan tidak bersalah atas pembunuhan 14 warga sipil Irak dan melukai 18 orang lainnya akibat tembakan dan serangan granat.
Setelah insiden itu, pemerintah Iraq menekan Departemen Luar Negeri AS untuk menarik Blackwater dari negara itu, tapi ironisnya kontrak keamanan dengan perusahaan itu malah diperbarui pada 2008.
Mereka juga terlibat pembunuhan, pembantaian terhadap warga sipil Iraq, narkotika sampai prostitusi anak-anak. Karena dianggap mencoreng citra AS dan militernya di Iraq, pemerintah AS akhirnya memutus kontrak kerjasama dengan Blackwater pada bulan Mei lalu dan Blackwater harus kehilangan kontrak senilai jutaan dollar dari departemen luar negeri AS. (hdytlh/arrahmah.com)