BANGLADESH (Arrahmah.com) – Sejumlah pengungsi Rohingya, khususnya perempuan, memberi kesaksian bahwa mereka kerap menjadi korban pemerkosaan, penyerangan seksual, dan dianggap kriminal di Pulau Bhasan Char.
Sebelumnya, pada bulan April, mereka dibawa ke Bhasan Char, sebuah pulau tak berpenghuni di Teluk Benggala, ketika mereka gagal masuk ke Malaysia.
Sitara (28), salah satu pengungsi, mengatakan bahwa polisi Bangladesh berbohong kepada mereka dengan mengatakan bahwa mereka akan ditahan hanya selama dua minggu di pulau terapung itu.
“Kami merasa tertipu. Tidak ada yang bisa membantu meringankan penderitaan kita. Kami sangat tidak berdaya,” katanya, sebagaimana dikutp dari The Guardian, Rabu (23/9/2020).
Banyak wanita dari pengungsi Rohingya ini mengatakan kerap menjadi korban pemerkosaan dan penyerangan seksual oleh penjaga polisi.
Oleh karenanya mereka ingin segera dipindahkan ke daratan daripada tinggal di pulau terapung tersebut.
“Satu atau dua petugas keamanan pernah ditangkap oleh para pria Rohingya setelah mereka memperkosa seorang gadis muda yang belum menikah. Kebetulan gadis itu berteriak dengan keras dan memberi tahu para pria Rohingya yang tinggal di daerah yang sama,” kata seorang wanita kepada Guardian.
Menurut para korban, mereka merasa ketakutan pada malam hari karena hanya petugas pria yang bertugas di antara mereka.
“Kami merasa rentan. Kadang-kadang kami merasa sama takutnya seperti dulu dengan kekerasan tentara Mynmar. Sebelum kami melarikan diri dari tanah air kami,” ungkap mereka.
Sebuah laporan Amnesti Internasional yang diterbitkan minggu lalu juga menuduh pelecehan seksual terhadap wanita Rohingya di pulau itu. Mereka meminta pihak berwenang untuk membuka penyelidikan.
Namun, tuduhan itu dibantah keras oleh pemerintah Bangladesh.
“Tuduhan ini sama sekali salah. Tidak ada sedikitpun kebenaran dalam tuduhan ini,” bantah Md Mohsin, sekretaris Kementerian Penanggulangan Bencana dan Bantuan yang mengawasi krisis Rohingya. “Baik saya maupun pejabat saya tidak pernah mendengar hal seperti itu.”
Dia mengatakan, ada 69 personel polisi termasuk wanita di pulau itu untuk melindungi para pengungsi bersama Angkatan Laut Bangladesh. (Hanoum/Arrahmah.com)