ISTANBUL (Arrahmah.com) – Departemen Kepolisian Istanbul memberikan tuduhan terhadap Hizbut Tahrir bahwa kelompok ini memiliki keterkaitan dengan organisasi milik Ergenekon, yang melakukan perencanaan dan strategi militer untuk melawan pemerintah.
Berdasarkan keterangan, Ergenekon merupakan pemimpin yang memanfaatkan pergerakan-pergerakan dari berbagai latar belakang di Turki, baik latar politik ataupun ideologi, untuk menciptakan kekacauan di Turki dengan lebih mudah seiring dengan tujuan mereka untuk memicu intervensi militer di Turki.
Sebelumnya, pada Jumat (24/7) lalu, pihak kepolisian Turki telah menangkap sedikitnya 200 orang anggota HT secara serentak di 23 provinsi yang ada di Turki. Pada penangkapan itu polisi mendapatkan dua pistol tangan, sebuah Kalashnikov, empat senapan, 240 peluru, dokumen-dokumen penting, dan 550 kaos dengan kalimat “Satu Negara di bawah Khilafah.”
Ergenekon diketahui mempunyai hubungan dekat dengan beberapa pergerakan, termasuk HT cabang Turki. Hubungan tersebut diketahui pada persidangan kedua yang mendakwa puluhan orang termasuk di antaranya adalah pensiunan aktif, personil militer, dan wartawan.
Sejauh ini, Ergenekon diketahui memiliki hubungan dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK), Front Pembebasan dan Revolusi Rakyat (DHKP/c) yang merupakan sayap ekstrim kiri, Hizbullah, Brigade Perlawan Turki (TIT), Persatuan Pekerja dan Petani (TIKKO), Partai Komunis Marxis-Leninis (MLKP), dan juga HIzbut Tahrir (HT).
HT awalnya dibentuk di Palestina oleh seorang cendekiawan muslim Taqiuddin al-Nabhani pada 1953 di Jerusalem. Pembentukan ini didorong oleh rasa kecewa Nabhani atas sikap beberapa negara Arab yang seakan “meninggalkan” Palestina dijajah oleh Israel. Sejak saat itu, HT telah menyebar di lebih dari 40 negara. HT cabang Turki bermarkas di Bahçelievler, sebuah distrik di Istanbul.
Polisi menyatakan bahwa kelompok tersebut tengah berencana untuk membuat kekacauan besar di Istanbul pada perayaan tumbangnya Khilafah. Khilafah terakhir, yaitu Utsmani, ditumbangkan oleh Kemal Atatürk, pendiri Republik Turki, pada 3 Maret 1924. Ia kemudian membentuk Turki sebagai negara Sekular.
Sebuah tuduhan yang tidak mendasar, kalau melihat dari asas perjuangan Hizbut Tahrir sendiri yang sangat anti kekerasan.
Pihak kepolisian Istanbul juga menuduh bahwa pimpinan HT Turki, Cemalettin B., mulai memimpin kelompoknya itu dari Israel, setelah ia lepas dari penjara di Turki. Cemelettin mengirimkan sekian e-mail kepada kawan-kawannya di Israel dan menyiapkan kelompoknya untuk melakukan kekacauan di Turki.
Saat ini, polisi Turki tengah memfokuskan diri pada relasi antara pimpinan HT Turki dengan Israel. Namun, belum ada tindakan hukum dari kepolisian kepada Cemalettin karena posisinya saat ini yang tengah berada di Israel.
Turki merupakan kekhilafahan terakhir, sebelum akhirnya diobok-obok oleh seorang yahudi bernama Musthafa Kamal, dan sejak runtuhnya ke Khilafahan Utsmani Turki, Turki menjadi negara sekuler dan sangat anti dengan yang berbau agama khususnya Islam. Menurut militer Turki mengangkat isu-isu keagamaan sama saja melakukan tindakan subversif untuk meruntuhkan ke sekuleran Turki. (era/arrahmah.com)