JAKARTA (Arrahmah.com) – Para pengikut Syi’ah lebih memilih menyusupkan selebaran gelap ke pengajian umat Islam ketimbang berdialog seacra ilmiah dan ksatria.
Meski berjalan lancar dan sukses, namun tabligh akbar “Ahlussunnah Bersatu Menolak Syi’ah” di Masjid Al-Furqan DDII, Jalan Kramat Raya 45 Jakarta Pusat, Jum’at (10/6/2011), diwarnai insiden kecil.
Empat orang aktivis Syi’ah menyusup ke area tabligh akbar menyebarkan beberapa rim selebaran provokasi berjudul “Awas Bahaya Syi’ah, Syi’ah Kufur?”
Sejak awal acara dimulai, belasan laskar Front Pembela Islam (FPI) Jakarta Timur yang bertugas mengamankan acara ini sudah mengendus gelagat mencurigakan dari beberapa orang yang hadir.
“Dari awal ane sudah curiga dengan dua orang ini, makanya ane sama teman-teman laskar tempel terus dua orang ini,” ujar Iqbal, anggota LPI Jakarta Timur sambil menunjukkan foto kedua orang yang dicurigai itu di HP-nya.
Seorang berperawakan keturunan Arab terus mendekati KH Cholil Ridwan. Saat Kyai Cholil diwawancara wartawan di luar masjid usai menyampaikan orasi, pria mencurigakan itu ikut-ikutan bertanya layaknya wartawan. Kyai Cholil sempat curiga dengan pria tak dikenal tersebut dan bertanya, “Ente ini Sunni apa Syi’ah?” Pria tersebut mengaku Syi’ah.
Karena sudah curiga, Iqbal dan beberapa laskar menawarkan diri untuk mengawal Kyai Cholil saat meninggalkan masjid, namun Kyai Cholil menjawab bahwa ia belum mau pulang, melainkan akan masuk ruang kerjanya di kantor DDII itu.
Sedangkan seorang lainnya, duduk mendekati dan bersebelahan dengan Habib Achmad Zein Alkaf, Ketua Yayasan Al-Bayyinat, salah seorang pembicara tabligh akbar mewakili PWNU Jawa Timur. Meski berusaha mengakrabkan diri dengan Habib Zein, pria berbadan tegap dan berkepala plontos ini tak bisa menyembunyikan kegusarannya. Berulang kali ia menjepret acara dengan ponselnya, dan sorot matanya tidak fokus. “Dia ngedeketin Habib, lalu foto-foto, padahal dia bukan wartawan,” ujar Agung, anggota LPI Jakarta Timur yang ditugaskan untuk mengawal Habib.
Terus diawasi oleh laskar FPI, orang-orang yang dicurigai pun buru-buru turun dari masjid berlantai dua itu. Satu orang lewat pintu depan, satu lagi lewat pintu samping.
Agung terus membuntuti orang yang mencurigakan hingga ke lantai dasar. Ternyata dua orang yang dicurigai itu bertemu di lantai bawah, langsung buru-buru kabur meninggalkan masjid. Dua orang itu lari menuju jalan raya dan naik kendaraan umum. Karena terburu-buru kabur, salah satu orang itu tak sempat mengambil sandal. “Dia langsung cabut, lari nyeker terbirit-birit naik angkot,” jelas Agung.
Karena masih punya tugas untuk mengamankan para pembicara tabligh akbar, laskar FPI itu pun kembali naik ke masjid (lantai 2) melalui pintu samping. Dari pintu samping yang dilewati orang yang kabur itu ditemukan beberapa tumpuk selebaran berjudul “Awas Bahaya Syi’ah, Syi’ah Kufur?” Ratusan selebaran ini langsung diamankan laskar, karena tidak disebarkan secara resmi oleh panitia.
Usai tabligh akbar dan deklarasi “Pernyataan Bersama Ahlussunah Menolak Syi’ah,” dua orang keturunan Arab tertangkap tangan membagi-bagikan brosur provokatif itu. Beberapa laskar FPI pun menangkapnya. Setelah beberapa kali menjepret wajah sang penyebar selebaran provokatif dengan kamera digital, Ahmed Widad dari voa-islam.com yang turut menginterogasi meminta KTP dan kartu nama yang bersangkutan.
Ketika diinterogasi, pria berusia berinisial AAA yang beralamat di jalan Kebon Nanas Utara, Cipinang Cempedak Jatinegara Jakarta Timur ini berkilah bahwa dia tidak tahu-menahu dengan brosur yang disebarkan. Ia hanya menemukan brosur tergeletak di luar masjid, lalu disebarkan kepada jamaah tabligh Akbar.
Abu Sulton, seorang peserta tabligh akbar yang datang dari Bekasi, tak mau percaya dengan penjelasan itu. “Taqiyyah itu, gak bisa dipercaya itu,” ujarnya.
Namun pria kelahiran Surabaya 52 tahun silam itu bersumpah bahwa ia tidak tahu-menahu isi brosur itu. “Saya ngambil itu di tangga di luar, lalu banyak orang minta maka saya bagi. Soal isinya apa di dalamnya, saya belum baca. Demi Alloh saya ndak tahu apa isi brosur itu!” kilahnya dengan logat khas Arab Surabaya.
Mendengar penjelasan dan sumpah itu, Habib Zein menenangkan para laskar agar tidak melakukan hal-hal yang tidak diinginkan di dalam masjid, meski tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya. “Memang orang Syi’ah itu pengecut. Mereka sengaja melempar selebaran tapi gak berani masuk (berdialog langsung),” ujarnya.
Penyusupan brosur Syi’ah di arena pengajian umat Islam ini sudah sering terjadi. Seperti diberitakan voa-islam.com sebelumnya, kelompok Syi’ah juga menyewa preman bayaran di pengajian HASMI Bekasi, Ahad (22/5). Tak tanggung-tanggung, brosur yang disebarkan itu diberi label “Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat.
Fatwa MUI buatan Syi’ah ini tentu saja palsu, karena tak disertai dengan logo MUI, tak diawali dengan basmalah dan tak dibubuhi stempel maupun tanda tangan pengurus MUI. Di samping itu, Fatwa MUI Palsu ini bertentangan dengan Fatwa MUI yang asli pada bulan Jumadil Akhir 1404 H./Maret 1984 M yang menyatakan bahwa faham Syi’ah berbeda dengan akidah Islam Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang dianut oleh Umat Islam Indonesia. (voa-islam/arrahmah.com)