TEL AVIV (Arrahmah.id) – Sejak dimulainya perang genosida ‘Israel’ di Gaza Oktober lalu, perselisihan antara Netanyahu dan para pemimpin militer telah muncul beberapa kali.
Kepala Staf Angkatan Darat ‘Israel’ Herzi Halevy telah menuntut Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk meminta maaf atas komentar terbarunya yang mengkritik militer karena tidak memberikan tekanan yang cukup pada Hamas untuk mencapai kemajuan dalam perundingan penyanderaan, media ‘Israel’ melaporkan pada Selasa (16/7/2024).
Channel 12 Israel melaporkan bahwa dalam sebuah konferensi pers pada Sabtu (13/7), Netanyahu menegaskan bahwa ia merasa terpaksa meneruskan invasi Rafah “demi” negosiasi karena “tidak ada kemajuan” selama berbulan-bulan.
“Selama berbulan-bulan tidak ada kemajuan karena tekanan militer tidak cukup kuat dan saya pikir, demi kesepakatan penyanderaan dan demi kemenangan atas Hamas, kita harus memasuki Rafah,” kata Netanyahu.
‘Israel’ melancarkan serangan darat terhadap kota Rafah di Jalur Gaza selatan pada 6 Mei, merebut kendali Poros Philadelphia, termasuk perbatasan Rafah antara Gaza dan Mesir.
Tekanan
Laporan tersebut, yang dikutip oleh Anadolu, juga mencatat bahwa pejabat militer menafsirkan komentar Netanyahu seolah menyiratkan bahwa ia menginginkan tindakan di Rafah, tetapi perwira senior militer tidak menindaklanjutinya, sehingga memaksanya untuk menekan mereka.
Selama pertemuan pada Ahad (14/7) yang juga dihadiri oleh kepala dua badan keamanan utama ‘Israel’, Shin Bet dan Mossad, Halevy meminta Netanyahu untuk meminta maaf, Channel 12 melaporkan.
Halevy dilaporkan mengatakan: “Kata-kata ini serius. Saya menuntut perdana menteri untuk meminta maaf.”
Namun, Netanyahu belum meminta maaf, menurut saluran tersebut.
Seorang juru bicara militer yang menanggapi permintaan komentar dari saluran tersebut mengatakan: “Kami tidak menanggapi apa yang dikatakan dalam diskusi tertutup.”
Para pejabat di kantor Netanyahu mengatakan mereka “tidak mengetahui adanya pernyataan seperti itu dalam pertemuan keamanan ini.”
PM Menolak Kritik
Times of Israel melaporkan bahwa Netanyahu mengatakan selama konferensi pers, “Jika ada kemajuan, jika ada perubahan dalam posisi (Hamas), itu karena tekanan militer yang kuat dan desakan kuat pada persyaratan kami yang menyebabkan perubahan.”
Ia juga menolak “laporan-laporan (yang menuduh saya) bahwa saya menunda (kesepakatan penyanderaan), bahwa saya memperketat (sikap saya), bahwa saya menghentikan kesepakatan. Itu benar-benar kebalikannya.”
Sejak dimulainya perang di Gaza, perselisihan antara Netanyahu dan para pemimpin militer telah muncul beberapa kali, terutama mengenai tanggung jawab atas operasi Perlawanan pada 7 Oktober tahun lalu. (zarahamala/arrahmah.id)