JAKARTA (Arrahmah.com) – Kepala Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Tiar Prasetya menjelaskan gunung yang berada di Selat Sunda itu memang sudah aktif sejak Juli tahun ini. Bahkan pada Sabtu pukul 21.00 telah terjadi letupan.
Karena itu, pihaknya menduga bahwa tsunami yang terjadi di kawasan Banten dan Lampung diakibatkan oleh longsoran vulkanik Gunung Anak Krakatau.
“Aktivitas Anak Krakatau itu sudah aktif dari Juli dan memang pukul-pukul 21.00 WIB itu ada letupan, tapi tidak besar dan tidak luar biasa,” jelasnya usai konferensi pers di Kantor BMKG, Jakarta, Ahad (23/12).
Ia mengungkapkan, fenomena ini mirip dengan tsunami yang diakibatkan Gunung Krakatau pada tahun 1883 silam. Saat itu, longsoran vulkanik Krakatau menimbulkan tsunami besar.
“Bahkan, saat itu tsunami akibat erupsi Gunung Krakatau sampai menjangkau ke wilayah Jakarta,” tuturnya.
Tiar mengakui, BMKG memang tidak mengeluarkan peringatan tsunami. Ini lantaran memang tidak aktivitas tektonik atau kegempaan yang biasanya menjadi penyebab tsunami.
“Memang tidak ada warning karena secara BMKG tidak ada gempa yang terjadi malam itu,” pungkasnya.
Letusan Krakatau pada tahun 1883 yang diikuti meluncurnya abu dan uap panas serta gelombang tsunami pada 1883 itu menelan korban jiwa lebih dari 36 ribu orang. Dampaknya juga dirasakan di berbagai tempat di seluruh dunia.
(ameera/arrahmah.com)