ANKARA (Arrahmah.id) – Seorang staff utama Presiden Türkiye Recep Tayyip Erdogan telah mengonfirmasi bahwa negara tersebut menjadi tuan rumah pertemuan antara kepala badan intelijen Rusia dan AS.
Direktur Komunikasi Türkiye Fahrettin Altun mengatakan kepada The Associated Press pada Senin (14/11/2022) bahwa pertemuan itu “berkaitan dengan ancaman terhadap keamanan internasional, dimulai dengan penggunaan senjata nuklir.”
Altun mengatakan Turki “akan terus bernegosiasi dengan semua pihak terkait untuk perdamaian dan tidak akan menahan diri untuk mengambil inisiatif selama proses ini.”
Kremlin mengatakan pertemuan itu berlangsung atas permintaan AS.
Sebelumnya, sumber-sumber intelijen Turki dan AS mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa Direktur CIA Bill Burns dan rekan intelijen Rusia-nya Sergey Naryshkin bertemu di ibu kota Turki, Ankara, sebagai tamu dari Organisasi Intelijen Nasional Turki (MIT).
Seorang pejabat dari Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, yang tidak ingin namanya disebutkan, juga mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa jalur komunikasi dengan Rusia terbuka, terutama terkait pengelolaan risiko, khususnya risiko serangan nuklir dan risiko terhadap stabilitas strategis.
“Sebagai bagian dari upaya ini, Bill Burns berada di Ankara hari ini untuk bertemu dengan rekan intelijen Rusia-nya. Dia tidak melakukan negosiasi apapun. Dia tidak membahas penyelesaian perang di Ukraina. Dia menyampaikan pesan tentang konsekuensi penggunaan senjata nuklir oleh Rusia, dan risiko eskalasi stabilitas strategis,” kata pejabat tersebut.
Pejabat itu menambahkan bahwa Burns juga akan mengangkat kasus-kasus warga AS yang ditahan secara “tidak adil”, menambahkan: “Kami telah memberi tahu Ukraina sebelumnya dalam perjalanannya. Kami dengan tegas berpegang pada prinsip dasar kami: tidak ada apa-apa tentang Ukraina tanpa Ukraina.”
Kepala PBB menyebut pembicaraan itu “sangat positif” dan “perkembangan yang sangat relevan dalam kaitannya dengan masa depan.”
Pada konferensi pers di sela-sela KTT G-20 di Bali, Sekretaris Jenderal Antonio Guterres mengatakan: “Saya pikir sangat positif bahwa AS dan Rusia melakukan pembicaraan karena itu merupakan perkembangan yang sangat relevan dalam kaitannya dengan masa depan. Tapi kami tidak terlibat,” tegas Guterres.
Turki telah dipuji secara internasional karena kebijakan seimbangnya terhadap Rusia di tengah perang Ukraina, yang memungkinkannya menjadi perantara terobosan seperti kesepakatan koridor biji-bijian Laut Hitam musim panas ini.
Turki telah mendorong gencatan senjata dalam perang dan menyatakan penentangan tegas terhadap penggunaan senjata nuklir, di antara petunjuk yang jelas bahwa senjata semacam itu dapat digunakan. (zarahamala/arrahmah.id)