JAKARTA (Arrahmah.com) – Seperti yang diduga, aksi-aksi penembakan berulangkali yang terjadi di Papua tidak disebut sebagai tindakan terror, melainkan kriminal murni. Dari sini tampak jelas sekali bahwa pada dasarnya pemerintah Indonesia, (seperti halnya AS dan negara-negara sekuler lain) telah mendefinisikan dan melekatkan stigma ‘terorisme’ dengan kaum Muslim terutama terhadap kelompok yang mendukung gerakan jihad.
Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Letjen Marciano Norman mengklaim bahwa penembakan yang terjadi di Papua belakangan murni kriminal biasa.
“Kejadian itu murni kejahatan, kriminal itu dimana dia (pelaku) merebut senjata Kapolsek, kemudian menembak. Kita harus tingkatkan kewaspadaan,” kata Marciano di kompleks Istana Negara Jakarta, Selasa (25/10/2011).
Penembakan menyebabkan delapan orang tewas beberapa hari terakhir ini termasuk Kapolsek Mulia, AKP Dominggus Awes, di Bandara Mulia, Puncak Jaya, Papua, Senin (24/10), siang.
Marciano mengatakan pihaknya sekarang ini sedang bekerja keras mengatasi masalah di Papua sehingga kejadian serupa tidak terulang lagi di kemudian hari. Termasuk, kata dia, masalah di Freeport antara karyawan dan manajemen.
Hal tersebut tentu akan sangat bertentanagn sekali jika seandainya penembakan dilakukan oleh kelompok pro jihad, seperti yang terjadi di Bima beberapa lalu. Maka aparat tanpa menunggu waktu lama langsung mengklaim aksi tersebut sebagai aksi ‘terorisme’, bahkan sampai melakukan fitnah dengan menanam bom pipa untuk menjebak pihak pesantren Umar Bin Khattab (UBK) seperti dalam rilis Ponpes UBK yang dikirim ke redaksi Arrahmah.com.
Bahkan pembakaran ATM di Bandung dan Jogjakarta sebagai bentuk penolakan dan protes terhadap pemerintahan kapitalisme Indonesia (Seperti yang tertuang dalam selebaran-selebaran milik pelaku) beberapa lalu, yang pada dasarnya juga termasuk kegiatan terror, tetap tak disebut terorisme lantara pelakunya adalah kelompok punk anarko.
Tampak jelas sudah, bahwa bangsa yang mengaku penduduknya mayoritas Muslim ini tidaklah memerangi ‘terorisme’ melainkan melainkan Islam dan kaum Muslim sendiri. Wallohua’lam. (dbs/arrahmah.com)