STOCKHOLM (Arrahmah.com) – “Ancaman terbesar atas keamanan Swedia berasal dari sekitar 200 Islamis di negara kita yang berpotensi memiliki keterlibatan dalam serangan ‘militan’, termasuk para pemuda ‘radikal’ veteran perang di Suriah,” kata kepala mata-mata negara (SAPO), Andres Thornberg dikutip Reuters pada Selasa (27/5/2014).
Meningkatnya spionase Rusia yang menemukan tanda-tanda “perencanaan perang” dari Moskow sejak krisis Ukraina menempati urutan kedua sebagai ancaman keamanan Swedia secara keseluruhan, meskipun tidak melihat peningkatan ancaman langsung, menurut klaim Thornberg.
Swedia telah lama mengambil posisi angkuh dalam urusan internasional, bahkan menghindari perang dunia abad terakhir. Tetapi peran militernya di Afghanistan dan misi ke Mali telah merusak netralitas formal negaranya, menciptakan ketakutan mereka akan menjadi target “Muslim radikal”, tambah Thornberg, yang telah menghabiskan lebih dari dua dekade di SAPO.
Dia berbicara kepada Reuters tentang ketakutannya menghadapai beberapa ratus orang yang mendukung atau bersedia dan mampu untuk melakukan “serangan teroris” di Swedia atau merencanakan “serangan teroris” di Swedia terhadap sasaran di negara-negara tetangga atau tempat-tempat lain di dunia.
Thornberg, kepala polisi keamanan SAPO, mengatakan terdapat orang-orang Swedia “radikal” yang terlibat di Suriah selama dua tahun terakhir.
Beberapa negara Barat telah menyuarakan keprihatinan tentang resiko dari pemuda veteran perang Suriah. Mereka telah dilatih Al-Qaeda dan akan kembali ke tanah air mereka masing-masing.
“Ini adalah ancaman besar,” kata Thornberg. “Kita telah melihat selama bertahun-tahun sebelum ini banyak orang bepergian ke Afghanistan, Yaman, Somalia, dan negara-negara lain, belajar bagaimana melakukan jihad.”
“Tapi itu dulu, lebih dari 10 tahun yang lalu. Sekarang hanya dalam waktu dua tahun kami telah melihat lebih banyak orang daripada 10 tahun terakhir,” cemasnya. “Kami belum melihat sesuatu seperti ini sebelumnya, sungguh mengkhawatirkan.”
Sebuah serangan bom yang gagal empat tahun lalu di Stockholm, dan perencanaan pembunuhan atas kolumnis koran Denmark pada tahun 2012 oleh tiga warga Swedia akibat publikasi kartun pada tahun 2005 yang menghina Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalaam, menunjukkan bukti, bahwa Swedia tidak kebal terhadap serangan, katanya.
Kepala SAPO mengatakan sekitar 80 warga Swedia telah melakukan perjalanan dari Swedia ke Suriah untuk memerangi rezim dzolim Assad bersama Al Qaeda atau kelompok terkait, dimana sekitar 20 dari mereka syahid (inshaa Allah). Beberapa dari Mujahidin Swedia telah kembali dari perang Suriah untuk pengobatan luka, dan bahkan untuk liburan.
“Kita bisa melihat trend baru. Sebelumnya mereka adalah kelompok yang berbeda. Sekarang mereka memiliki tujuan yang sama di Suriah. Mereka terdiri atas imigran generasi pertama, kedua, bahkan ketiga. Ada pemuda, beberapa telah meninggalkan sekolah, dan beberapa remaja laki-laki ingusan,” katanya.
Intelijensi Rusia ancaman kedua
Thornberg mengatakan Swedia telah melihat peningkatan aktivitas intelijen Rusia di negara itu sejak krisis Ukraina.
“Saya akan menggunakan istilah ‘perencanaan perang ‘ melawan Swedia,” kata kepala SAPO, mengacu pada perekrutan agen dan operasi lapangan. “Saya pikir intelijensi pihak Rusia mungkin berdampak panjang, tidak menimbulkan ancaman yang signifikan dalam waktu dekat, tapi itu berkembang, menguat, mengakar, berlangsung hari demi hari, tahun demi tahun.”
“Mereka berencana untuk membuat skenario untuk kasus terburuk di masa depan, mereka berencana karena intelijen harus terus siaga dalam kondisi perang … mereka harus menyembunyikan kegiatan intelijen mereka.”
Telah ada peningkatan wacana dari pembuat kebijakan Swedia tentang apakah akan bergabung dengan NATO sejak Rusia merebut Krimea. Wakil Perdana Menteri Jan Bjorklund menyerukan “perubahan doktrinal ” dalam kebijakan pertahanan .
“Rusia adalah satu-satunya negara yang bercokol di Swedia dengan cakupan spektrum penuh. Mereka menguasai informasi semua aspek, baik intelijen, politik, ekonomi, industri, teknologi, pertahanan militer, dan kelompok anti-pemerintah … Saya pikir spionase Rusia lebih luas dari yang diketahui masyarakat umum di Swedia,” kata Thornberg.
Spionase cyber juga ancaman baru, dengan Rusia , Iran, dan Cina, sebagai negara-negara utama yang terlibat . Thornberg mengatakan banyak perusahaan yang memiliki kontrak untuk pekerjaan pemerintah serta otoritas pemerintah yang masih belum sepenuhnya sadar akan risiko dimata-matai.
“Kami memiliki sekitar 15 negara yang memiliki perwakilan intelijen di Swedia, ” kata Thornberg. “Sepuluh dari mereka kadang-kadang melakukan kegiatan intelijen yang melanggar hukum atau melakukan spionase.”
Sungguh “Allah masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa ketakutan”. Allahu Akbar! (adibahasan/arrahmah.com)