Dia kembali dari rumahnya ke rumah keluarganya dengan menangis dan penuh pengaduan.Belum genap dua tahun bersama suaminya kemudian tiba-tiba dia kembali, dia kembali bersama anaknya yang masih kecil dan membawa pulang seluruh apa yang dia miliki.
Apakah kamu melihat dimana suaminya? Kenapa dia meninggalkannya? Atau dia menceraikannya?.
Ketika ditanya dia berkata: “Sesungguhnya dia telah mengucapkan perpisahan kepada kami selama-lamanya, dia telah pergi keluar untuk berjihad fi sabilillah seperti yang dia katakan!”
seandainya dia berpergian ke negeri yang jauh, tapi dia akan berjihad di sini! Di negeri kita ini!!
Keluarga dan para kerabatnya terguncang: Dia itu memang gila! Bodoh! Ceroboh! Dan lain-lain.
Bagaimana dia bisa pergi dan meninggalkan keluarganya begitu saja? Jika dia belum menikah itu pasti baik baginya, tapi bagaimana dia rela istrinya menjadi janda dan anaknya menjadi yatim? Bagaimana dia meninggalkan pekerjaannya? Padahal dia berusaha untuk bekerja dengan tekun. Dia bisa duduk sambil beramal di bidang dakwah untuk membela agama Alloh jika dia jujur, maka dia bisa ikut di dalam bidang yang masih sedikit orang yang menekuninya, beramal dengan pena itukan juga jihad!
Teman wanitanya berkata: “Aku tahu apa faktor yang menyebabkan dia meninggalkanmu, karena kamu tidak berbuat baik kepadanya dan tidak suka bersolek dihadapannya!!! Jika kamu rajin dan tekun dalam hal itu tentu dia tidak akan pergi meningggalkanmu”.
Saudaranya berkata kepadanya: “Aku sudah memperingatkanmu dari menikah dengan pemuda, sesungguhnya mereka itu tidak mampu bertanggung jawab, dan tidak dapat menjaga semangatnya”.
Saudariku: Jangan kau hiraukan orang-orang itu. Tetap teguhlah, sungguh kamu berada di atas kebenaran. Suamimu telah keluar untuk berjihad, bukan karena tidak suka denganmu, akan tetapi untuk menegakkan kewajiban Alloh dan kecintaannya pada pahala yang kamu akan ikut mendapatkannya jika kamu bersabar dan tabah. Janganlah kamu tertipu dengan sedikitnya orang-orang yang menempuh jalan ini, sesungguhnya itu merupakan keteransingan yang telah disebutkan oleh Rosululloh SAW:
طوبى للغرباء
“Maka berbahagialah orang-orang yang asing”.
Apa yang telah kamu dengarkan itu hanya sedikit saja dari rasa sakit yang pernah dialami oleh Rosululloh SAW sebaik-baik manusia dan istri-istrinya serta anak-anaknya. Nabi telah berhijroh dan meninggalkan anak-anaknya di Makkah, begitu juga Abu Bakar Ash Shiddiq, sesungguhnya itu bagian dari agama yang kita tidak diciptakan kecuali untuk itu, dan segala sesuatu itu remeh selain agama.
Janganlah engkau tertipu dengan syaikh yang memakai pakaian jubah dan nampak di layar televisi dan berkata: “Jihad itu fitnah”. Sebenarnya fitnah itu adalah keikut sertaanmu wahai corong-corong penguasa dengan penguasa kalian, bahkan janganlah kamu memuji dengan banyaknya para syaikh tersebut. Alloh SWT berfirman:
وَإِن تُطِعْ أَكْثَرَ مَن فِي الأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَن سَبِيلِ اللّهِ إِن يَتَّبِعُونَ إِلاَّ الظَّنَّ
” Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang dimuka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan-Nya, mereka itu hanya mengikuti persangkaan-persangkaan belaka” (QS. Al An’am : 116).
Apakah engkau melihat dia mengatakan apa-apa yang menjadi agama Alloh? Ataukah engkau melihat mereka bersikap toleran dengan para penguasa?
Jika engkau mengatakan: “Dia akan meninggalkanku selamanya”. Ini adalah tidak benar. Tidak! Dia tidak pergi untuk selamanya, di sana ada hari dimana engkau akan bertemu dengannya di jannah jika engkau tidak berubah pendirian.
Dan tidak samar lagi bagimu bahwa setiap manusia harus meninggalkan keluarganya, hanya saja perpisahanmu dengan suamimu telah dipercepat oleh Alloh. Dan pada beberapa manusia telah ditakdirkan untuk sedikit bersenang-senang dengan orang-orang yang dicintainya kemudian berkesudahan dengan perpisahan. Maka teman kamu pasti akan berpisah dengan suaminya yang dia kira bahwa suaminya tidak akan meninggalkannya karena dia mencintainya. Dia pasti akan pergi walaupun dia membenci kepergian itu. Ya! Dia akan mati, atau istrinya yang akan mati dahulu dan dia kemudian menikah lagi dan melupakannya.
Inilah sunnah kehidupan, pasti akan fana, sedangkan diakherat maka disana kehidupan yang kekal, kekal abadi dan tidak akan fana, maka pejamkanlah matamu dari finah dunia ini dan dari kesusahannya dan kemiskinan dan beramallah, bersungguh-sungguhlah dalam beramal sampai kamu bertemu dengan Robbmu dan Dia dalam keadaan ridho denganmu, untuk mempersiapkan pertemuanmu dengan orang-orang yang engkau cintai: bapakmu, suamimu dan saudara-saudaramu.
(qoidun/arm)