Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, yang menentukan takdir, penguji hamba-hamba-Nya yang shaleh untuk memisahkan antara yang jelek dari yang baik, dan menampakkan karuniaNya di seluruh alam.
Shalawat dan salam tercurah ke atas qudwah (suri tauladan) orang-orang yang mendapat ujian, Rasul paling mulia di antara para Rasul, penghulu anak Adam, Muhammad SAW, atas keluarga, sahabat dan siapa saja yang mengikutinya hingga hari kiamat dengan ihsan, wa ba’d:
Sungguh kami melihat dengan perasaan luka yang mendalam, kesedihan yang memenuhi hati-hati kami dengan musibah yang menimpa keluarga kami, Ahlul ‘Izzah di Gaza yang mulia, yang dikerumuni oleh kaum kafir.
Sedangkan para penyeru dien berlepas diri darinya di dalam pemerintahan yang fajir, tidak ada penolong bagi mereka kecuali Allah, sedikit sekali yang memberikan pertolongan kepada mereka dari kalangan orang-orang yang meniti jalan jihad ketika manusia mengerang akan kehidupan dan rezeki mereka, dan sementara mereka meninggalkan ahlul jihad.
Maka berlakulah sunnatullah kepada kita sebagaimana yang dikisahkan yang benar dan dibenarkan nabi SAW: “Apabila kalian berjual beli dengan ‘inah (riba), memegangi ekor-ekor sapi dan senang dengan cocok tanam (yakni lebih condong kepada kesenangan dunia), serta meninggalkan jihad, niscaya Allah akan menimpakan kehinaan kepada kalian dan Allah tidak akan mencabutnya sampai kalian mau kembali kepada dien kalian.”
Sesungguhnya apa yang menimpa kami dan kalian hari-hari ini, dan apa yang kita alami semenjak waktu yang lama tidak lain penyebabnya adalah meninggalkan jihad, ridha dengan kehidupan dunia dan terengah-engah di belakangnya.
Ini yang tercantum dalam hadits dan sunnatullah azza wa jalla atas hamba-Nya, bahwa dien ini tegak di atas dua pokok: (1) kitab yang memberi petunjuk dan (2) pedang yang menjaga.
Merasa cukup dengan salah satunya adalah suatu kesesatan dan menjauh dari jalan yang benar, pedang tanpa kitab akan tersesat, kitab tanpa pedang akan terjadi kelemahan dan kehinaan, maka umat Islam sangat membutuhkan keduanya. Dengan perlindungan, dien ini akan tegak dan terjaga, dan akan menolak jilatan dan penguasaan orang-orang kafir dengan penjagaan tersebut.
Wahai penduduk Gaza… kalian sangat memerlukan, bahkan penduduk Palestina sangat memerlukan, dan bahkan seluruh umat sangat memerlukan jihad di jalan Allah dan memerangi orang-orang kafir yang tidak pernah menghentikan konspirasi mereka seperti peperangan ketika mereka melihat aliran darah mereka memenuhi jalan-jalan kalian, dan tulang belulang mereka tergantung di pintu-pintu rumah kalian.
Adapun berbagai pertemuan, wawancara, negosiasi, gencatan senjata, negara independen – menurut pemahaman Amerika -, solusi demokrasi, negara kesatuan, aliansi pemerintahan dan lain sebagainya yang baru marak akhir-akhir ini, hanyalah slogan-slogan tolol yang tidak dapat menggemukkan dan menghilangkan rasa lapar, dan tidak dapat mempertahankan negri Islam.
Betapa indahnya seorang pensya’ir saat melantunkan syairnya :
Hari-hari memberitahu kami bahwa pengharapan pada kematian akan menegakkan dialog yang terbaik
Dan perkataan lisan yang tidak jujur memakaikan kepada orang-orang yang licik dengan pakaian anak kecil
Dialog yang kita lakukan adalah dialog mengharap kematian, memanggul senapan mesin dan mengangkat kitabullah di wajah orang-orang kafir dan orang-orang murtad. Ini adalah dialog kita yang terbaik dengan mereka, dan dialog selainnya merupakan fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga.
Wahai Ahlul ‘Izzah di Gaza… Sesungguhnya kami masih melihat ‘intifadah jihad kalian’ dengan pandangan penuh kemuliaan dan potensi, sebagai tempat belajar dan mencontoh. Kami melihat eksperimen yang memberikan panduan dalam amal jihad, dan manfaat sesungguhnya adalah perlawanan terhadap musuh kafir penjajah.
Dan berbagai kemenangan yang telah kalian raih memaksa orang-orang kafir (yang dekat dengan kalian maupun yang jauh) meminta dialog sampai mereka mampu memadamkan api jihad, dan perjuangan yang keras. Kemenangan kalian menggagalkan mimpi-mimpi Yahudi yang dirajut oleh salibis.
Intifadah yang kalian lakukan adalah kekuatan dan penaklukan yang menjadikan blokade dan aksi sewenang-wenang musuh negri, Yahudi, tidak mampu mendapatkan manfaat apapun dalam menghentikannya.
Hendaknya para pemikir kalian meneruskan perjuangan di atas jalan ini. Tampakkanlah kesabaran yang belum pernah ditampakkan orang-orang yang mendahului kalian, karena sesungguhnya urusan ini hanyalah menuntut kesabaran sesaat..
Dan setelah itu akan muncul kemenangan maupun kesyahidan yang dipenuhi dengan kenikmatan yang abadi yang takkan pernah pudar.
Wahai Ahlul ‘Izzah di Gaza…
Sesungguhnya apa yang menimpa kalian merupakan sunnatullah azza wa jalla di dunia ini, sunnah pertarungan antara haq dan bathil dan pengujian mukminin dengan orang-orang kafir, untuk memahami hikmah yang dalam dari Allah azza wa jalla; memisahkan yang buruk dari yang baik, menampakkan karunia dan nikmat-nikmat kepada hambaNya, menghapuskan perbuatan-perbuatan buruk mereka dan agar mereka selalu mengarahkan dan meminta berbagai kebutuhan mereka hanya kepadaNya. Supaya mereka kembali kepada dien mereka jika mereka berada jauh darinya dan melalaikannya.
Wahai Ahlul ‘Izzah… Sunnah ini merupakan sunnah yang telah Allah kabarkan di berbagai ayat dalam kitab-Nya,
Allah azza wa jalla berfirman : “Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin).” (Ali Imran: 179).
Allah azza wa jalla berfirman : “Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (Al Ankabut: 1-3).
Sungguh orang-orang sebelum kalian mengalami siksaan yang lebih dahsyat dari apa yang kalian alami sekarang, mereka disisir dengan sisir besi maka keluarlah apa yang berada di antara daging dan tulang dan hal itu tidak membuat mereka berpaling dari dien mereka, belenggu yang mengikat mereka tidak menjadikan mereka menyingkirkan aqidah.
Sungguh Rasulullah SAW disakiti di Mekah dan punggung beliau dilempar dengan kotoran pada saat beliau sedang sujud, dan orang-orang musyrik merendahkan beliau.
Demikian juga para sahabat yang mulia disakiti, disiksa dengan siksaan yang sangat dahsyat, dan justru hal itu hanya akan membuat tambahnya kesabaran dan keteguhan mereka.
Bahkan Bilal Bin Rabah tidaklah mengatakan suatu perkataan apapun di hadapan para thaghut Quraisy kecuali : “Ahad.. Ahad..”.
Wahai Ahlul ‘Izzah… Tidaklah kalian mengalami hal yang lebih buruk dari apa yang dialami Rasulullah SAW, dan tidak juga lebih buruk dari apa yang dialami oleh para sahabat yang mulia.
Mereka mengalami apa yang telah mereka alami, dan hal itu memberikan kebaikan bagi mereka. Lalu mereka mendapatkan kejayaan sampai pada Fath Mekah dan mereka berkuasa di atas orang-orang kafir Mekah sampai orang-orang kafir itu masuk Islam, kemudian mereka meninggal dalam kondisi yang mulia.
Maka bersabarlah kalian dan jangan sampai kalian tertipu dengan orang-orang yang dibutakan bashirahnya oleh Allah dan mengatakan “sungguh apa yang menimpa kalian disebabkan oleh peperangan kalian dengan Yahudi dan roket-roket kalian yang menghujani mereka”.
Demi Allah bukan inilah penyebanya. Yahudi tidak akan pernah rela dengan sejengkal tanah yang kalian tempati di negri raksasa mereka. Dan mereka akan terus membunuhi dan memerangi kalian sampai mereka berhasil merealisasikan mimpi-mimpi mereka atau mereka mati karenanya.
Maka jadikanlah kematian mereka di tangan kalian dan robeklah mimpi-mimpi mereka dengan roket-roket kalian, dan hal itu tidaklah sukar bagi Allah.
Wahai Ahlul ‘Izzah di Gaza…
Ketahuilah bahwasanya manfaat terbaik yang dirasakan seorang muslim dari musibah yang menimpanya, dan menguatkan kekuatan yang dimiliknya serta meneguhkannya, tidaklah terlepas dari hal-hal berikut :
Pertama : Kembali dengan sungguh-sunggu kepada Allah azza wa jalla dan memohon kepada-Nya. Memilih waktu-waktu mustajab untuk berdoa di saat sujud, sepertiga malam terakhir, detik-detik akhir hari jumat dan waktu-waktu mustajab lainnya.
Berdoa agar Allah meneguhkan kalian di atas al haq dan agar Allah melepaskan kepedihan kalian, karena sesungguhnya Allah azza wa jalla menantikan hal ini dari kalian.
Allah azza wa jalla berfirman : “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Al Baqarah: 186).
Maknanya; hendaklah mereka berdoa dan beriman kepada-Ku bahwa aku akan mengabulkan doa mereka apabila mereka berdoa.
Ketahuilah bahwa dengan doa-doa kalian, kalian tidak akan kehilangan kebaikan dari Allah; baik itu Allah segerakan bagi kalian apa yang kalian minta di dunia ini, maupun Allah akan simpan itu bagi kalian di Akhirat kelak, atau Allah akan hindarkan keburukan yang sama (sebagaimana apa yang menimpa kalian) dari kalian. Rasulullah SAW telah menerangkan hal ini.
Suri tauladan kalian, Nabi SAW, adalah orang yang paling banyak berdoa dan menagih kepada Allah azza wa jalla. Perjalanan hidup beliau ditaburi dengan hal yang seperti ini, sampai-sampai beliau mengangkat kedua tangannya hingga terlihat ketiaknya yang putih, saking kuatnya beliau SAW dalam berdoa.
Kedua : Melaksanakan perintah Allah yang wajib tepat pada waktunya, merupakan suatu kewajiban bagi kaum muslimin jika musuh menyerang mereka maka hendaknya mereka menegakkan jihad dan memerangi musuh mereka sampai mereka mundur dalam kondisi putus asa dan merugi.
Karena penyebab kehinaan dan berkerumunnya musuh-musuh yang sedang kita alami sekarang ini tidak lain karena meninggalkan jihad. Inilah inti dari apa yang disabdakan Rasulullah SAW.
Maka tidak ada jalan keluar untuk menahan musuh dan mengembalikan izzah umat kecuali dengan melaksanakan apa yang telah kita tinggalkan, yang menjadi penyebab musibah yang menimpa kita.
Ketahuilah bahwasanya tidaklah seseorang itu ditimpa dengan berbagai musibah dengan tujuan supaya dia meninggalkan perintah-perintah (yang diperintahkan kepadanya).
Para sahabat Rasulullah SAW ditimpa dengan perpecahan di saat perang Uhud, maka Allah berfirman : “Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: ‘Darimana datangnya (kekalahan) ini?’ Katakanlah: ‘Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri’. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Ali Imran : 165).
Oleh sebab itu, berpegang teguh dengan perintah-perintah Allah, melaksanakan apa yang Allah azza wa jalla wajibkan merupakan cara di antara cara untuk mengangkat berbagai musibah yang menimpa umat dan yang menimpa setiap pribadi.
Ketiga : Berbekal dengan ilmu syar’i yang terdapat pengetahuan al haq di dalamnya. Jika seseorang mengetahui bahwa dia berada di atas kebenaran dan bahwa jalan yang dia lalui merupakan jalan yang benar, maka hal itu akan menguatkan kesabaran dan keteguhannya.
Adapun jika dia ragu-ragu dengan jalannya, maka hal tersebut merupakan di antara urusan yang paling dahsyat yang akan mempengaruhi kesabaran dan keteguhannya di atas jalan yang dia lalui.
Sungguh saya katakan hal ini dengan penuh pengamatan dan pencermatan tentang kondisi orang-orang yang tergelincir, mayoritas mereka tidaklah memiliki ilmu dan bashirah tentang dien.
Hal termudah yang membuat terperosok kepada syubhat adalah dikarenakan sedikitnya ilmu yang menyebabkan bimbang dan ragu-ragu sampai akhir permasalahan hingga berpaling dari jalan yang dilalui, bahkan sebagian mereka sampai pada tingkatan kufur kepada Allah – kita berlindung kepada Allah dari hal itu.
Ilmu bukan berarti sekedar membawa dan menghafalnya saja -meskipun terdapat kebaikan tersendiri- akan tetapi maknanya adalah mengerti, memahami dan melaksanakannya di alam nyata, karena ilmu tanpa amal akan menjadi hujjah atas seseorang, dia dihisab karenanya dan Allah mengadzabnya karena ilmu tersebut.
Ilmu tanpa amal tidak akan menguatkan ilmu tersebut, tetapi yang terjadi adalah ilmu itu akan cepat hilang, oleh sebab itu dikatakan : “Ilmu itu dipanggil dengan amal jika dia menjawabnya, jika tidak ilmu itu akan pergi”.
Keempat : Ikhlas dalam beribadah kepada Allah, dan membersihkan jiwa dari berbagai belenggu dunia dan syahwat. Ikhlas termasuk rukun dari rukun amal. Amal tidak akan tegak dan tidak akan diterima kecuali dengan ikhlas kepada Allah azza wa jalla, dan mengikuti Rasul-Nya SAW (agar tidak beramal dengan apa yang tidak diperintahkan oleh Nabi SAW).
Dan jika amalnya bercampur dengan riya’ maka amalnya batal dan tertolak. Maka hendaknya setiap muslim waspada terhadap hal yang sangat berbahaya tersebut, dan pengaruhnya tidak terasa. Dan apa yang tidak dapat dirasakan oleh seseorang dari amal shalehnya, dengan kencenderungan jiwa akan perniagaan dunia, maka hendaknya dia memohon perlindungan dan meminta ampunan kepada Allah. Dan hendaknya dia tidak menjadikannya sebagai alasan untuk meninggalkan amal dengan tuntutan ikhlas, akan tetapi hendaknya dia meneruskan amalannya dan hatinya berjanji untuk tidak merusak amalnya.
Kelima : Amal-amal shaleh. Karena amal-amal shaleh, utamanya amal shaleh yang wajib hingga pada amalan yang sunah dan nafilah, memiliki pengaruh yang mendalam. “Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka), dan kalau demikian, pasti Kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi Kami, dan pasti Kami tunjuki mereka kepada jalan yang lurus.” (An Nisa’ : 66-68).
Amal shaleh sangatlah banyak sekali, maka setiap orang agar memilih amal yang sesuai dengannya dan sesuai dengan yang wajib pada saat itu. Orang kaya andil dengan apa yang dia bisa dari hartanya untuk ahlul jihad dan orang-orang fakir. Orang media dengan berkecimpung dalam menolong Islam dan da’wah kepada jihad dan membelanya. Orang kuat yang shaleh dengan berjihad di jalan Allah azza wa jalla.
Sebagaimana halnya dengan sholat, puasa, memabaca alquran dan dzikir. Urusan-urusan ini akan terus menyertai seseorang sepanjang perjalannya, dan dia akan membutuhkannya di setiap marhalah yang dia lalui.
Keenam : Berteman dengan orang-orang shaleh. Kebersamaan dengan mereka akan menguatkan seseorang dan menambah keteguhannya, karena mereka saling menasehati dan saling membantu satu dengan yang lainnya. Seseorang merasa lemah di kala sendiri dan akan merasa kuat di saat bersama saudaranya. Dan berpisah dari mereka akan menyebabkan terkenanya bisikan-bisikan. Terkena dengan orang-orang fasik dan syubhat, yang tidak meninggalkan seseorang sampai dia berada pada kondisi sebagaimana kondisi mereka.
Hendaknya seseorang itu memilih tempat-tempat duduknya sebagaimana dia memilih makan yang baik baginya. Karena pengaruhnya sangat besar bagi seorang mukmin. Nabi SAW bersabda : “Permisalan teman duduk yang shaleh dan teman duduk yang buruk adalah seperti penjual misk (minyak wangi) dan pandai besi. Adapun penjual misk, dia akan memberimu wewangian atau kamu membeli darinya atau kamu akan mendapatkan bau yang harum darinya. Dan adapun pandai, dia akan membakar bajumu atau kamu akan mendapatkan bau yang tidak enak darinya”.
Pada akhirnya saya nasehatkan kepada saudara-saudara saya, barisan para pemuda salafi jihadi di Gaza, dan saya tahu bahwa mereka mencintai ahlul jihad dan pimpinannya, mereka menyebarkan berbagai rilisan dan makalah kitab-kitabnya, dan saya tahu bahwa pemikiran di antara mereka tersebar seperti api yang membakar pepohonan. Saya nasehatkan kepada mereka dan saya katakan “dan hanya milik Allah lah taufiq (pentunjuk)”.
Kalian berada di negri kalian, di saat melakukan da’wah kepada manhaj jihad, maka berhiaslah kalian dengan akhlak yang mulia dalam bermuamalah dengan manusia, orang-orang yang menyelisihi kalian, dan berilah gambaran akhlak yang baik dari para pimpinan jihad.
Mengajak untuk berhias dengan akhlak yang baik di setiap waktu, bahkan kebutuhan kita saat ini untuk berda’wah kepadanya sangatlah mendesak. Dan ketahuilah bahwa ada orang yang mengawasi setiap ucapan kalian, lalu dia menyampaikannya kepada manusia agar mereka lari dari kalian dan dia memperlihatkan kalian dengan rupa yang paling buruk dan paling jelek. Maka jangan sampai kalian memberikan jalan kepada mereka, dan tidak akan didatangkan jihad, ahlul jihad dan manhajnya dari sisi kalian.
Tamaklah kalian dalam mencari ilmu, karena ilmu merupakan urusan yang sangat besar, perannya sangat jelas dalam keteguhan dan kekuatan manhaj, bahkan perannya mulai dari da’wah sampai kepada manhaj. Manusia akan terpana dengan seorang yang berilmu yang berdiri di atas bayyinah (keterangan) diennya, dia akan didengar dan diikuti.
Tamaklah dengan menyebar kitab-kitab Syaikh yang ma’ruf dan terpercaya, dan pilihlah yang terbaik untuk kondisi dan jalan kalian, khususnya kitab-kitab yang bertitik tolak dari manhaj salafi jihadi, dan kitab yang mengajarkan kecintaan akan jihad dan berorientasi kepadanya semisal kitab ‘At Tarbiyah Al Jihadiyah’ karangan Syaikh Abdullah Azzam yang mulia, salah seorang Syaikh tanah suci.
Dan hendaknya kalian dalam memilah-milahnya dengan bermusyawarah bersama ahlul ilmi wal fadhl (orang yang berilmu), dan mereka banyak. Melakukan kontak dengan mereka bagi orang yang berada di luar negri kalian merupakan hal mudah yang dimudahkan, atau melakukan kontak dengan media masa semisal ikhwan yang berada di front jihad media, elite jihad media atau selainnya.
Berhati-hatilah kalian dari menyombongkan diri atas manusia, jangan sampai kalian mengira bahwa dengan berjalannya kalian di atas manhaj ini, kalian berada di atas suatu pandangan maka kalian tolak setiap kritik yang diarahkan kepada mereka atau kalian menganggapnya suatu pengkhianatan atau kecurangan. Kita adalah manusia yang tidak ma’shum (terjaga), yang dibentangkan kesalahan dan kekeliruan, dan semuanya menolak atau tertolak kecuali Nabi SAW.
Lihatlah kritik apapun yang diarahkan kepada kalian lalu sodorkan kritik tersebut kepada kitab dan sunnah dengan pemahaman salaful ummah (salaf umat), apa yang sesuai dengannya (salaf umat) maka ambillah kritik tersebut dengan kemuliaan dan akuilah kesalahan kalian, dan jika kritik tersebut menyelisihi pemahaman mereka maka jawablah dengan sikap yang mulia bagi orang yang mengkritik, dan dengan menjaga kasih sayang dan kedudukan/posisinya.
Kepada para ikhwah agar tidak menjatuhkan ahlul fadhli wal ‘ilmi (orang yang memiliki kelebihan dan ilmu) karena suatu permasalahan yang terdapat perselisihan dengan mereka. Khususnya para Syaikh yang memiliki pokok ilmu, yang menolong jihad dan ahlul jihad, karena mayoritas dari persoalan teori tidaklah sesuai dengan realitas sampai para Syaikh menjelaskannya.
Saya akan contohkan kepada kalian suatu misal, amaliyah istisyhadiyah yang kita lihat adalah cara realistis yang boleh berdasarkan syarat-syaratnya, sementara itu sebagian Syaikh ternama dari ikhwan kita di Afganistan melihatnya sebagai bunuh diri beserta udzur bagi orang yang melaksanakannya. Yang diikuti dalam masalah ini adalah imam yang diakui, jika telah memenuhi syarat-syarat keimamannya.
Demikianlah amal jihad ini berjalan di berbagai negri Islam. Sesungguhnya peselisihan di dalamnya tidaklah menyelisihi kehormatan pokok amal ini, akan tetapi kalian lihat mayoritas perselisihan merupakan tidak adanya maslahat di belakangnya dan . Dan permasalah tersebut adalah permasalahan khilaf “taqdiiriyah”, yang memiliki ruang untuk mengutarakan pandangan dan tidak semestinya dijadikan sebagai tempat meletakkan al wala’ wal baraa’.
Dan lihatlah uslub (gaya) Abu Yahya Al Liby dalam membela saudara-saudaranya penduduk Aljazair, beliau membawa permasalahan kepada beberapa Syaikh yang terlihat memiliki keteguhan dalam amal ini. Maka dalam manhaj beliau terdapat suri tauladan bagi para pemuda salafi jihadi jaman ini.
Dalam satu ungkapan : “Jadikanlah al wala’ wal baraa’ (loyalitas dan anti-loyalitas) di atas manhaj pokok dan bukan sebagai furu’ (permasalahan cabang) yang saling diperebutkan oleh dalil-dalil, diperselisihkan dalam berbagai pandangan dan dipengaruhi oleh perbedaan akal”.
Saya memohon kepada Allah Maha Tinggi Maha Kuasa agar memberikan jalan keluar bagi saudara-saudara kita di Gaza, dan agar menolong mereka dari penguasaan musuh-musuh mereka dan mengalahkan musuh-musuh mereka.
Shalawat dan salam keatas Nabi kita Muhammad, keluarga dan seluruh sahabat beliau.
Abu Athaa’ Najd Ar Rawy
14 Muharram 1429 H
Biladur Rafidain Iraq
Diterjemahkan oleh:
Tim Ar Rahmah Media
The State of Islamic Media
www.arrahmah.com