NAIROBI (Arrahmah.com) – Pemerintah Kenya memperdebatkan tuduhan yang dibuat dalam sebuah laporan baru PBB yang mengklaim bahwa pasukannya bertanggung jawab atas 42 korban sipil Somalia dalam periode 22 bulan, Middle East Monitor Online melansir pada Selasa (12/12/2017).
Sekitar 42 korban sipil Somalia dikaitkan dengan Pasukan Pertahanan Kenya (KDF), dengan 36 orang tewas dan enam lainnya cedera dalam periode 22 bulan yang berakhir pada pertengahan Oktober, laporan yang disusun oleh Misi PBB di Somalia dan Kantor Hak Asasi Manusia PBB mengatakan .
Dalam terbitannya, PBB mengacu pada pasukan Kenya yang bukan merupakan bagian dari Misi Uni Afrika di Somalia (AMISOM) yang terdiri dari pasukan dari Burundi, Djibouti, Ethiopia, Kenya dan Uganda untuk operasi militernya, dan personil polisi dari Ghana, Kenya , Nigeria, Sierra Leone dan Uganda.
“Laporan PBB yang menyindir bahwa Kenya memiliki pasukan yang bertugas di Somalia tidak hanya tidak benar tapi sangat disayangkan – oleh karena itu, bagian dari laporan ini perlu segera dihapus,” kata Duta Besar Kenya untuk Somalia Lucas Tumbo mengacu kepada laporan PBB .
“Kenya tidak pernah menerima keluhan kematian warga sipil yang dilakukan oleh KDF selama periode peninjauan,” klaim Tumbo.
“Tuduhan serius terhadap KDF tidak dibenarkan tanpa keraguan dan karenanya tidak boleh dipertahankan dalam laporan ini. Pemerintah Kenya mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk melindungi warga sipil dalam semua operasinya,” Tumbo menyimpulkan.
Laporan tersebut muncul pada saat terjadi eskalasi konflik di Somalia, dimana pada bulan Agustus terdapat serangan paling brutal di ibukota Mogadishu yang menewaskan sekitar 500 orang. AMISOM telah mengumumkan akan menarik 1.000 tentara dari Somalia pada akhir tahun ini.
Konflik di Somalia telah berlangsung selama lebih dari satu dekade, dengan pertempuran antara klan kesukuan, kelompok bersenjata – termasuk Al-Shaabab – dan pasukan Misi Uni Afrika. (althaf/arrahmah.com)