(Arrahmah.com) – Mungkin kita sering bertanya-tanya, kenapa orang kafir diberi rezeki oleh Allah ‘azza wajalla. Bahkan, orang kafir lebih sering terlihat lebih kaya dan lebih sejahtera ekonominya dibanding orang beriman.
Padahal, kita semua tahu bahwa Allah hanya mencintai hamba-hamba-Nya yang beriman.
Sebagai orang beriman, selayaknya kita tidak boleh su’uzhan kepada Allah melihat fenomena tersebut.
Seharusnya hal-hal semacam itu semakin menambah semangat merenungi ayat-ayat Allah ‘azza wajalla yang bertebaran di muka bumi ini, menggali hikmah-hikmah dan rahasia-rahasia Allah dibalik semua itu melalui berbagai ayat dan ilmu-Nya.
Orang Kafir Diberi Rezeki Pasti Ada Hikmahnya
Tidak ada satu pun yang Allah ciptakan di dunia ini melainkan pasti mengandung hikmah. Hanya orang yang Allah ridhai saja yang mampu melihat hikmah-hikmah tersebut, termasuk hikmah di balik penetapan rezeki.
Allah ‘azza wajalla menetapkan rezeki para makhluk-Nya sebagaimana Allah menetapkan ajal. Tidak akan ada satu pun dari makhluk-Nya yang mati sebelum terpenuhi jatah rezekinya.
Sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, dari Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Sesungguhnya rezeki ditetapkan sebagaimana ditetapkannya ajal.”
Hadits ini dishahihkan oleh al-Albani di dalam Shahih at-Targhib (no. 1703).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga pernah bersabda:
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ فَإِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَوْفِىَ رِزْقَهَا وَإِنْ أَبْطَأَ عَنْهَا فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ خُذُوا مَا حَلَّ وَدَعُوا مَا حَرُمَ
“Wahai manusia bertakwalah kepada Allah dan pilihlah cara yang baik dalam mencari rezeki, karena tidaklah suatu jiwa akan mati hingga terpenuhi rezekinya, walau lambat (menurut pandangan manusia) rezeki tersebut sampai kepadanya, maka bertakwalah kepada Allah dan pilihlah cara yang baik dalam mencari rezeki, ambillah rezeki yang halal dan tinggalkanlah rezeki yang haram.” (HR. Ibnu Majah no. 1756. Hadits shahih).
Dua Sebab Datangnya Rezeki
Allah ‘azza wajalla menjadikan datangnya rezeki dengan dua sebab; pertama, sebab syar’i; kedua, sebab duniawi.
Sebab duniawi misalnya bekerja, berdagang, dan sebagainya. Sebab-sebab ini berlaku sama bagi seluruh makhluk-Nya baik yang beriman ataupun yang kafir.
Barang siapa yang beramal dan bekerja dengan sungguh-sungguh, Allah akan memberinya rezeki. Kecuali jika Allah berkehendak menahan rezeki tersebut.
Sedangkan sebab syar’i misalnya beriman, takwa, berbakti kepada orang tua, silaturrahim, berdoa, seorang hamba berdoa kepada Rabbnya agar melimpahkan rezeki-Nya, menambahnya, dan memberkahinya. Lalu Allah mengabulkan doa hamba-Nya, sehingga Allah datangkan rezeki, menambah, dan memberkahinya.
Namun, terkadang Allah ‘azza wajalla mendatangkan rezekinya sesuai kehendak-Nya, tanpa sebab apapun. Baik kepada orang yang beriman maupun yang kafir.
Karena setiap makhluk akan mendapatkan jatah rezeki dari Allah sesuai yang telah ditetapkan sesuai kehendak-Nya.
Allah ‘azza wajalla berfirman,
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Hud: 6)
Orang Kafir Diberi Rezeki oleh Allah, Namun Kualitasnya Berbeda dengan Rezeki untuk Orang Beriman
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam pernah berdoa kepada Rabbnya yang diabadikan dalam al-Quran,
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلًا ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَى عَذَابِ النَّارِ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: “Dan kepada orang yang kafir pun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali”. (QS. Al-Baqarah: 126)
Di dalam tafsirnya, Imam As-Sa’di menjelaskan bahwa ketika Nabi Ibrahim berdoa agar orang-orang yang beriman secara khusus mendapatkan rezeki dari Allah ‘azza wajalla.
Maka Allah menegaskan bahwa rezeki-Nya tidak hanya kepada orang- orang yang beriman saja, melainkan kepada orang-orang kafir juga.
Hanya saja orang-orang yang beriman mendapatkan rezeki tersebut agar mampu malaksanakan ibadah dan ketaatan kepada Allah yang kelak akan mengantarkan mereka ke dalam surga.
Sedangkan orang-orang kafir hanya akan menikmati rezeki yang sedikit itu di dunia, di akhirat mereka mendapatkan siksa neraka. (Tafsir As-Sa’di, 66)
Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah di dalam fatwanya memberikan penjelasan tambahan bahwa orang-orang yang beriman mendapatkan rezeki di dunia dan di akhirat (mendapatkan surga).
Orang-orang kafir pun di dunia juga mendapatkan rezeki, hanya saja tempat kembali mereka kelak adalah di neraka.
Di dalam ceramahnya, Syaikh Abdul ‘Aziz bin Marzuq at-Tharifi menjelaskan bahwa Allah ‘azza wajalla melazimi rububiyah-Nya sebagai ar-Razaq, maka Allah memberikan rezeki kepada seluruh makhluk-Nya.
Termasuk kepada orang-orang kafir, meskipun mereka menghina-Nya, mencela-Nya, dan tidak beriman kepada-Nya yang hakikatnya itu adalah keburukan bagi mereka lalu akan mengantarkan mereka ke dalam neraka.
Semua yang mereka lakukan tersebut tidak menghalangi rezeki pemberian Allah ‘azza wajalla. Karena perbuatan manusia sama sekali tidak berpengaruh di hadapan Allah, tidak mengurangi sifat Ar-Razaq Allah.
Ditegaskan oleh Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan,
“Sesungguhnya Allah memberikan dunia kepada siapapun, baik yang Allah cintai ataupun tidak, namun hanya memberikan keimanan kepada yang Allah cintai.” (Mushannaf Ibnu Abi Syaibah, 7/105)
Dengan demikian, jelas bahwa kenapa orang kafir diberi rezeki oleh Allah di dunia sebagaimana orang-orang beriman.
Akan tetapi orang-orang kafir mendapatkan rezeki tersebut dengan berbagai cara dan upaya, tidak mengindahkan perintah dan larangan Allah, sehingga dengan rezeki tersebut mereka terus bermaksiat kepada Allah ‘azza wajalla.
Adapun orang- orang yang beriman, mereka akan selalu berusaha mendapatkan rezeki dengan cara yang halal dan thayyib. Selalu bersyukur dan menggunakan rezeki tersebut untuk semakin taat kepada Allah Ta’ala. Wallahu’alam.
Oleh: Hamid. S/dakwah.id
(*/Arrahmah.com)