IDLIB (Arrahmah.id) — Pemimpin kelompok perlawanan Suriah Hai’ah Tahrir asy Syam (HTS), Abu Muhammad al Jaulani, pada hari Kamis (17/8/2023) memberlakukan tahanan rumah terhadap Abu Maria al-Qahtani, kepala Aparat Keamanan Umum HTS sekaligus tangan kanannya. Atas penangkapan itu, al Qahtani dibebeaskan dari semua tugas dan dicabut berbagai jabatannya.
Sebuah sumber eksklusif, yang tidak ingin disebutkan namanya, mengatakan pada North Press Agency (17/8), bahwa perencanaan untuk menangkap al Qahtani sudah dipersiapakan selama sepekan. Namun, beberapa pemimpin yang dekat dengan al Jaulani menentang keputusan tersebut karena khawatir penangkapan tersebut dapat memicu konflik bersenjata antara pendukung al Qahtani dan pendukung al Jaulani sendiri.
Sumber itu menyebutkan, tindakan al Jaulani menangkap tangan kanannya itu adalah bersumber dari pengakuan sejumlah anggota dan pemimpin HTS yang ditangkap sebelumnya. Mereka mengatakan bahwa al Qahtani berniat menggulingkan al Jaulani.
Sumber tersebut menyatakan bahwa al Qahtani telah terlibat dalam pertemuan rahasia dengan Fahim Issa, pemimpin Korps Kedua, Abu Amsha, pemimpin Divisi Sultan Suleiman Shah (Amshat), dan Saif Abu Bakar, pemimpin Divisi Hamza di kota Afrin dan Azaz.
Selain itu, HTS juga sedang mengalami perpecahan internal selama lebih dari dua bulan terkhair. Perpecahan dipicu karena ada friksi dari faksi mendukung al Qahtani dan faksi yang mendukung al Jaulani.
Perpecahan ini menjadi semakin nampak selama operasi keamanan baru-baru ini yang menargetkan banyak pemimpin dan anggota HTS yang berafiliasi dalam kedua faksi itu.
Sumber tersebut mengakui bahwa sebelumnya ada individu dalam HTS yang menyangkal laporan penangkapan al Qahtani. Mereka mengklaimnya bahwa Al Qahtani sedang sakit dan dirawat di rumah. Namun beberapa sumber yang dekat dengannya telah mengkonfirmasi bahwa dia memang berada dalam tahanan rumah dan diberikan pembatasan selama dua bulan hingga Dewan Syura HTS memutuskan bagaimana nasibnya.
Al Qahtani yang berasal dari Irak ini adalah tokoh HTS yang paling terdepan dalam memerangi kelompok militan Islamic State (ISIS) dan cabang Al Qaeda di Suriah, Hurras al Din. Dia juga beberapa waktu lalu menyebut bahwa Al Qaeda merupakan perpanjangan tangan Garda Revolusi Syiah Iran dan meminta anggota Al Qaeda untuk mengecam pemimpin mereka. (hanoum/arrahmah.id)