KABUL (Arrahmah.id) – Kementerian Pertahanan Imarah Islam Afghanistan menganggap pemindahan tujuh helikopter Black Hawk dari Uzbekistan ke Amerika Serikat tidak dapat diterima.
Dalam sebuah pernyataan, kementerian tersebut meminta AS untuk tidak menghalangi pengalihan helikopter-helikopter ini ke Afghanistan dan menyerahkannya kepada rakyat Afghanistan, lansir Tolo News (9/2/2025).
Enayatullah Khwarazmi, juru bicara kementerian, mengatakan: “Negara-negara tetangga juga harus menghormati hak-hak warga Afghanistan. Kami mendesak AS untuk tidak menciptakan hambatan dalam mengembalikan semua helikopter ini ke Afghanistan dan menyerahkannya kepada rakyat Afghanistan.”
Sebelumnya, media Uzbekistan telah melaporkan bahwa tujuh helikopter Black Hawk, yang ditransfer ke Uzbekistan setelah jatuhnya pemerintah Afghanistan sebelumnya, diserahkan kepada AS yang diungkapkan dalam sebuah upacara di kedutaan besar Uzbekistan di Washington.
Setelah runtuhnya pemerintahan sebelumnya, 46 pesawat dan helikopter militer Afghanistan dipindahkan ke Uzbekistan. Juru bicara Kementerian Pertahanan juga menyatakan bahwa sebelum Imarah Islam kembali berkuasa, terdapat 164 pesawat militer di Afghanistan, di mana 81 di antaranya masih tersisa.
“Uzbekistan seharusnya mencapai kesepakatan dengan Kabul, tetapi tidak melakukannya dan langsung menyerahkan aset-aset Afghanistan kepada Amerika Serikat,” kata Hadi Quraishi, seorang analis militer.
“Pemerintah Afghanistan harus memulai negosiasi dengan AS dan bukannya menekan Uzbekistan. Selain itu, pemerintah harus mengatur dan mengelola negosiasi ekstensif dengan Uzbekistan sehingga, sebagai hasilnya, peralatan militer yang menjadi milik Afghanistan dan tetap berada di Uzbekistan dikembalikan ke Afghanistan,” kata Fazl Rahman Oria, seorang analis politik.
Sementara itu, presiden AS secara konsisten menggambarkan bahwa meninggalkan peralatan militer di Afghanistan sebagai keputusan yang tidak bijaksana. Namun, juru bicara Kementerian Luar Negeri pemerintah caretaker telah menegaskan bahwa peralatan militer AS yang tersisa di Afghanistan adalah milik Emirat Islam. (haninmazaya/arrahmah.id)