JAKARTA (Arrahmah.id) – Inspektur Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemenbudristek) Chatarina Muliana Girsang mengatakan bahwa pihaknya sedang melakukan pengecekan terhadap sekolah Internasional yang diduga mendukung LGBT.
“Kemendikbudristek tengah melakukan pengecekan lebih lanjut serta akan melakukan pendampingan dan evaluasi pada sekolah yang terbukti melakukan penyelenggaraan pendidikan yang tidak sesuai dengan regulasi dan ketentuan yang berlaku di Indonesia,” ujar Chatarina dalam keterangannya pada Rabu (9/8/2023).
Ia mengatakan bahwa setiap sekolah di Indonesia harus mencetak peserta didik yang bertakwa dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlakul karimah, sesuai dengan Permendikbud Nomor 5 tahun 2022.
“Kemendikbudristek mengimbau bahwa elemen terpenting dari kompetensi lulusan semua jenjang pendidikan adalah karakter beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia,” papar Chatarina.
“Dengan demikian, setiap satuan pendidikan diharapkan dapat melaksanakan proses pembelajaran dan pendidikan untuk mengembangkan iman, takwa, dan akhlak mulia peserta didik,” pungkasnya.
Sebelumnya, presenter Daniel Mananta menemukan ada sekolah di Indonesia, tepatnya di Jabodetabek, yang telah menormalisasi perilaku menyimpang LGBT. Hal tersebut terlihat adanya toilet “gender netral” yang ada di sekolah tersebut.
Fakta itu diceritakan oleh Daniel saat membuat podcast bersama salah satu tokoh Agama terkenal di Indonesia, yakni Quraish Shihab.
Daniel meyakini bahwa sekolah tersebut terbuka dengan ‘woke agenda’ yang sedang gencar-gencarnya dipromosikan oleh Amerika.
“Ini anak saya nih umur 10 tahun dia lagi mau masuk sekolah gitu. Nah, kemarin kita bawa ke sebuah sekolah di Indonesia, kawasan Jabodetabek. Mungkin karena ini sekolahnya sekolah yang sudah levelnya internasional, jadi mereka sangat terbuka sama yang namanya ‘woke agenda’,” ujar Daniel Mananta, dikutip dari unggahan ulang TikTok @exyzetchannel, pada Selasa (1/8).
Diketahui, Woke agenda sendiri adalah sebuah pergerakan atau agenda untuk menormalisasikan perasaan setiap individu, di mana identitas seseorang ditentukan oleh apa yang mereka rasakan.
“Misalnya, identitas lu adalah adalah apa yang sedang lu rasakan, gitu. Kalau misalnya lu merasa sebagai seorang perempuan, ya berarti identitas lu adalah seorang perempuan,” tambah Daniel.
Agenda yang dimaksud Daniel terlihat dari adanya tiga jenis toilet di sekolah tersebut. Di mana, tidak hanya ada toilet laki-laki dan perempuan saja, tetapi juga dipersilakan khusus untuk sebutan “gender netral”. (rafa/arrahmah.id)