ISTANBUL (Arrahmah.com) – Mengutip laporan Media Islam pada Selasa (23/9/2014), Turki dikabarkan telah memberlakukan kembali Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Bahasa Arab sebagai muatan wajib dalam kurikulum SD hingga SMA Negeri.
Presiden Turki terpilih Recep Tayyip Erdogan, dibantu oleh Perdana Menteri baru Ahmet Davutoglu memulai masa jabatannya dengan perombakan besar-besaran pada sistem pendidikan di negeri tersebut.
Meskipun agenda reformasi mengakar itu sempat tidak dianggap serius oleh publik Turki sejak setahun lalu, tahun ini insyaa Allah kebijakan yang menyokong kembalinya peradaban Islam itu mulai dilaksanakan tahun ini. Strategi yang pertama dilakukan Erdogan adalah dengan menghujamkan PAI dan Bahasa Arab untuk semua tingkat pendidikan.
Sepak terjang duet Erdogan-Davutoglu ini menjadi kejutan tersendiri untuk Turki yang akan merayakan seratus tahun Republik Turki Sekuler yang didirikan oleh Kemal Ataturk sejak 1923. Kebijakan mewajibkan pendidikan agama Islam dari tingkat sekolah dasar dan menengah untuk 12 jenjang kelas, diharapkan menjadi langkah awal untuk meruntuhkan rezim kuffar pemotong estafet penegakan risalah di muka bumi.
Sebelum ini, pendidikan agama hanya tersedia di sekolah menengah berbasis agama-seperti Aliyah di Indonesia-yakni mulai di kelas 9. Dengan demikian, Erdogan telah membebaskan PAI dari stigma sebagai sebuah pendidikan formalitas demi memenuhi tuntutan sertifikasi akademik seorang pelajar.
Salah satu perubahan signifikan lainnya adalah bahwa lulusan sekolah agama sekarang dapat mendaftar di seluruh fakultas di semua universitas Turki. Dampaknya, para lulusan “agamis” juga berhak mendapatkan keahlian untuk posisi administrasi publik. Sementara dahulu, sebagaimana yang dialami presiden Turki saat ini -yang mempelajari Administrasi Bisnis, bukan ilmu politik- harus keluar dari zona “Islam” karena dia lulusan sekolah agama, demi beroleh ilmu “sekuler”. Subhanallah.
Inilah bukti bahwa sistem sekolah yang dimimpikan oleh para pemimpin AKP amat terinspirasi oleh sekolah agama yang ada. Bukan sebaliknya, mengekor barat karena takjub akan kemajuan peradabannya yang menipu dan sebenarnya berasal dari implementasi ilmu telah dirampas dari para inetektual Muslim di masa keemasan Islam.
adapun pengajaran bahasa Arab sebagai bahasa kedua, diharapkan memungkinkan siswa untuk memahami Al-Qur’an. Dengan demikian, Turki bergerak maju untuk mengembalikan peradaban emasnya yang hilang, dengan langkah utama dan pertamanya yakni membumikan Al-Qur’an di wilayahnya yang merupakan pintu pembebasan bumu keberkahan Syam, sebagaimana Muhammad Al-Fatih pernah gemilangkan.
Sebagai bagian kebijaksanaan penghormatan terhadap keyakinan lain, Erdogan memberi kelonggaran. Sekolah Turki Armenia dan Ortodoks tidak diwajibkan memberikan pendidikan agama Islam untuk siswa mereka yang berjumlah sekitar 2.250 jiwa.
Sementara, mereka yang tidak ingin masuk sekolah negeri guna menghindari pendidikan agama dipersilakan masuk ke sekolah swasta. Qodarullah, sekolah-sekolah swasta ini ternyata hanya bisa dimasuki orang kaya karena biaya pendidikan yang tinggi. Subhanallah, ternyata jalan lain menuju surga begitu mahal harganya. Semoga ini menjadi salah satu ciri kebijakan pemerintah nan barokah, ianya mudah, murah, dan menghantarkan para penduduknya berjiwa muthma’innah. Insyaa Allah.
(adibahasan/arrahmah.com)