WASHINGTON (Arrahmah.com) – Salah satu mantan tahanan Guantanamo mengungkapkan penyiksaan sadis yang terjadi di penjara Guantanamo. Pengungkapan ini sebelumnya tidak disebutkan dalam laporan penyiksaan CIA yang diajukan ke Senat tahun lalu.
Tahanan Guantanamo, Majid Khan, yang saat ini menjadi saksi dalam kasus CIA mengatakan bahwa petugas memperlakukannya secara tidak manusiawi dan dia mengalami pelecehan seksual. Tercium bau alkohol dari mulut para petugas, Khan juga diancam berkali-kali dengan palu, tongkat baseball, kayu dan ikat pinggang kulit.
Pengakuan Majid Khan ini tercantum dalam dokumen setebal 27 halaman yang merupakan hasil wawancara dengan pengacara selama tujuh tahun terakhir. Pemerintah AS memberikan izin pada bulan lalu untuk mempublikasikan dokumen itu setelah melalui proses peninjauan.
Penyiksaan tahanan kerap terjadi di Guantanamo setelah pemerintahan George W. Bush menyatakan perang terhadap al-Qaidah usai tragedi 11 September 2001.
Khan mengaku memilih mati saat dia mengalami sakit yang luar biasa karena digantung dalam keadaan tidak memakai pakaian selama beberapa hari, tanpa makan, hanya diberi minum, dengan pengawasan ketat dan disirami air dingin ketika diinterogasi.
“Nak, kami akan merawatmu. Kami akan membawamu ke tempat yang tidak bisa kau bayangkan,” kata Khan, menirukan ucapan petugas sebelum menginterogasinya.
“Saya berharap mereka membunuh saya saja.” ungkap Khan.
Pada pengacaranya, Khan mengatakan bahwa dia mengalami siksaan yang paling parah pada Mei 2003. Saat itu dia dilucuti seluruh pakaiannya dan digantung selama tiga hari. Dia hanya diturunkan pada hari pertama, lalu diborgol, ditutupi wajahnya dan direndam ke dalam air es.
Selama introgasi petugas berulangkali memasukkan kepala Khan ke dalam air, hingga dia merasa hampir mati tenggelam. Petugas juga memasukkan air dan es dari ember ke mulut dan hidung Khan saat proses interogasi ini.
ia kemudian digantung lagi. Setiap dua atau tiga jam, petugas menyirami air es ke seluruh tubuhnya dan menyalakan kipas angin ke arahnya, membuat Khan tidak bisa tidur. Setelah digantung dua hari, Khan mengaku mulai berhalusinasi, merasa melihat sapi dan kadal raksasa.
“Saya hidup dalam keresahan setiap harinya karena ketakutan dan antisipasi hal-hal yang akan saya alami,” kata Khan yang mengaku sering terserang panik dan mimpi buruk.
Pada Juli 2003 penyiksaan berlanjut. Khan mengatakan, agen CIA menutupi wajahnya dengan kantong dan menggantungnya di tiang besi selama beberapa hari, menyirami mulut, hidung dan alat kelaminnya dengan air es.
Satu kali, dia dipaksa duduk telanjang di kotak kayu selama 15 menit dan direkam video dalam sebuah interogasi. Setelah itu dia diikat ke dinding, dipaksa terjaga.
Saat dokter datang untuk mengecek kondisinya, Khan sempat meminta pertolongan. Namun bukannya membantu, dokter itu malah meminta penjaga untuk menggantungnya lagi di batangan besi. Setelah tergantung selama 24 jam, Khan dipaksa untuk menulis “pengakuan” sambil kembali direkam dalam keadaan bugil.
Khan juga mengaku pernah diborgol kakinya di dalam sebuah belenggu besi seperti sepatu boot yang memaksanya tetap berdiri. Dia mengatakan kakinya bisa patah jika dia terjatuh ke depan dalam keadaan terborgol seperti itu.
Pengakuan Khan ini belum bisa dikonfirmasi. Namun, penyiksaan yang disebutkannya mirip dengan apa yang disampaikan oleh tahanan lainnya dalam laporan Senat.
Khan mengatakan semua tahanan yang disiksa diletakkan di dalam sel gelap tersendiri. Untuk membuat mereka tetap terjaga, petugas menyalakan lampu terang dan memasang musik keras-keras. Beberapa tahanan lainnya mengaku ditahan di sel yang seperti peti mati.
(ameera/arrahmah.com)