Oleh Rosita
Pegiat Literasi
Sejumlah pengendara di daerah Sapan, Bojongsoang mengeluhkan kondisi banjir yang susah surut, pasalnya genangan air di kawasan tersebut kerap terjadi berhari-hari. Menurut salah seorang warga Ciparay, Ichwan (31), harus ada solusi yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi permasalahan ini. Ia juga mengungkapkan munculnya bau tidak sedap yang diduga bersumber dari limbah pabrik.
Keluhan yang sama juga disampaikan oleh Fauji (26), ia memiliki harapan agar banjir di kawasan Sapan tidak terjadi lagi. Karena jika setiap hari motornya tergenang air, dikhawatirkan akan mengancam mesin. Ia pun sangat berharap pemerintah daerah memperhatikan masalah ini. (detik jabar, 28/1/2025)
Harapan Rakyat Pada Penguasa
Itulah sebagian kecil keluhan dari rakyat yang merasa pemerintah lamban dalam menangani banjir. Mereka sudah lelah harus berhadapan dengan masalah yang sama di setiap musim hujan tiba. Warga hanya bisa berharap kepada para penguasa karena sudah menjadi tugas dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di tengah-tengah mereka.
Namun harapan hanya tinggal harapan. Apa yang ditunggu tak kunjung datang. Musim penghujan datang, banjir kembali melanda. Meskipun diakui sudah banyak kebijakan yang digulirkan, mulai dari membangun kolam retensi, membuat box culvert (Reinforced Concrete Box Culvert), atau juga penyediaan beton untuk saluran air dan pompa alkon. Sayangnya, upaya tersebut belum menampakkan hasil.
Ibarat penyakit, untuk memberikan obat yang tepat, dibutuhkan diagnosa yang benar. Sebaliknya jika salah diagnosa, maka akan fatal akibatnya, karena memberikan obat tidak sesuai dengan jenis penyakitnya. Banjir berulang sebaiknya diteliti akar penyebabnya, agar tepat memberi solusinya. Bagaimana banjir tidak berulang, saluran air tidak memadai, tanah resapan terus berkurang, sampah di mana-mana menyumbat saluran air. Kolam retensi dan yang lainnya sulit menampung besaran air.
Semua hal di atas terjadi karena negara menerapkan sistem kapitalisme sekular. Kapitalisme yang menjadikan penguasa hanya sebatas regulator bukan pengurus rakyat, telah menyerahkan pemenuhan berbagai kebutuhan rakyat semisal pembangunan infrastruktur, perumahan, pengelolaan SDA diserahkan kepada swasta atau para kapital. Pembangunan perumahan yang jor-joran bahkan sampai lahan pegunungan, juga kawasan pabrik yang semakin hari semakin meluas. Ditambah lagi dengan gaya hidup konsumtif, didukung oleh banjirnya produk-produk luar yang sangat terjangkau harganya, mengakibatkan tumpukan sampah yang ketika musim hujan menyumbat saluran air. Para pengusaha yang mendulang untung, rakyat yang menjadi korban.
Sekularisme yang meniadakan peran agama dalam mengatur kehidupan, melahirkan penguasa minim empati, cuek terhadap penderitaan rakyat kecil. Perizinan dipermudah bagi para kapital walaupun akibatnya merusak lingkungan.
Kebutuhan Rakyat dalam Sistem Islam
Lain sistem kapitalis, lain pula sistem Islam. Dalam sistem Islam seorang pemimpin akan memiliki tanggung jawab yang sangat besar terhadap amanah yang diembannya, sehingga kebijakan yang dikeluarkan haruslah adil sesuai dengan hukum syara. Dan hal ini telah Allah perintahkan dalam Al-Quran khusus untuk para pemimpin.
“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan. (TQS. Shad ayat 26)
Dalam sistem Islam, kebutuhan rakyat seperti infrastruktur, hunian, dan kebutuhan lainnya ada pada tanggung jawab negara atau penguasa. Artinya tidak akan diserahkan kepada swasta. Selain itu penguasa diposisikan sebagai junnah atau pelindung yang harus mengayomi rakyatnya, jangan sampai dibiarkan hidup dalam kesulitan.
Penguasa dalam sistem Islam tidak akan membiarkan bukit, hutan, pegunungan gundul karena akan berakibat banjir ataupun longsor. Selain itu karena termasuk kepemilikan umum yang diharamkan dijual kepada siapapun baik individu maupun swasta.Infrastruktur, perumahan, pabrik, dibangun dengan tujuan mempermudah mobilisasi bagi seluruh rakyat bukan menguntungkan para konglomerat dan pejabat.
Penguasa maupun pejabat lainnya adalah orang-orang pilihan yang harus memiliki nilai takwa, memiliki rasa takut kepada Allah SWT. ketika menjalankan tugasnya. Khalifah umar tercatat dalam sejarah, begitu takut andaikan ada jalan bolong mengakibatkan keledai terperosok, apalagi keselamatan manusia.
Seluruh rakyat dalam sistem Islam tidak dikondisikan untuk hidup konsumtif, karena kebahagiaan dalam Islam tidak diukur oleh seberapa banyak mendapatkan materi. Para khalifah setelah Rasulullah adalah orang-orang yang zuhud terhadap dunia, sehingga menjadi contoh bagi rakyatnya.Oleh karena itu tidak ada jalan lain kecuali kembali kepada sistem Islam, yaitu sistem warisan Rasulullah saw. agar rakyat mendapatkan pengayoman, perhatian, juga pemenuhan kebutuhannya secara adil.
Wallahua’lam bis shawab