KABUL (Arrahmah.com) – Kerabat dan tetua suku di Afghanistan tenggara menuntut penyelidikan atas pembunuhan 17 orang oleh pesawat tak berawak AS pekan ini, mengatakan bahwa serangan udara menghantam warga sipil bukan anggota kelompok bersenjata.
Para pejabat militer AS mengklaim pada Kamis (7/4/2016) bahwa dua serangan udara di provinsi Paktika, dekat perbatasan Pakistan hanya menargetkan “militan”.
Para pejabat boneka Afghanistan juga mengatakan kepada Al Jazeera bahwa 17 orang tewas dalam serangan pada Rabu (6/4) di distrik Gomal, dan mengklaim bahwa mereka semua memiliki hubungan dengan Taliban.
Namun para pemimpin suku dan kerabat korban pada Sabtu (9/4) bersikeras menyatakan bahwa semua dari mereka yang tewas adalah warga sipil tak bersalah.
“Kami menuntut penyelidikan atas pembunuhan brutal dari orang-orang yang tidak bersalah,” Nimatullah Baburi, wakil dewan provinsi Paktia, mengatakan kepada Al Jazeera.
“Saya mengenal mereka secara pribadi dan keluarga mereka juga. Mereka tidak berafiliasi dengan Taliban,” tambahnya.
“Orang-orang ini bekerja dengan gaji rendah untuk memberi makan keluarga mereka. Semua dari mereka adalah warga sipil.”
Bahadur Noorullah Khan, seorang pegawai yang bekerja di kantor distrik, adalah salah satu dari 17 korban tewas dalam serangan itu.
Ia meninggalkan dua orang anak dan seorang istri.
“Siapa yang akan memberi mereka makan?” Istri Khan bertanya. “Bahadur adalah satu-satunya pencari nafkah keluarga kami, sekarang kemana saya harus pergi dengan anak-anak saya? Dia tidak bersalah, dia tidak pernah terlibat dengan militan. Kasus ini harus diselidiki.”
Pria lainnya yang tewas dalam serangan udara AS adalah Hussain (37), yang seperti banyak warga Afghanistan lainnya, hanya memiliki satu nama.
“Orang ini menikah setahun lalu,” ujar Muhammad Hassan kepada Al Jazeera.
“Orang tak bersalah meninggal setiap hari di negara kita. Tidak ada yang bertanya tentang mereka, serangan drone ini telah mengambil nyawa orang tak bersalah sejak awal waktu.”
Namun, Aminullah Shariq, gubernur provinsi Paktika pemerintahan boneka Kabul mengklaim kepada Al Jazeera bahwa orang-orang yang tewas dalam serangan itu terlibat dengan Taliban.
“Kami sudah berhubungan dengan Amerika dan setelah semua penyelidikan dan penyidikan, kami telah sampai kepada kesimpulan bahwa semua orang yang tewas dalam serangan itu terkait dengan Taliban,” klaimnya tanpa memberikan rincian.
“Kami akan terus mendukung AS dalam operasi mereka karena kami memiliki tujuan yang sama, untuk mengalahkan militan.”
Emran Feroz, seorang aktivis dan pendiri Drone Memorial, sebuah website yang mendokumentasikan korban sipil drone AS mengatakan pejabat Afghanistan tidak berbuat cukup untuk melindungi warganya.
“Pemerintah baru (Presiden) Ashraf Ghani bahkan tidak mengkritik serangan,” ujar Feroz.
“Kami menyaksikan bahw polisi dan tentara Afghan mengatakan bahwa korban adalah Taliban atau Al Qaeda.”
“Tidak jelas mengapa mereka bersikeras terhadap hal itu, namun selalu skenario yang sama setelah serangan pesawat tak berawak adalah mengapa sebagian besar dari korban yang merupakan warga sipil tidak bernama dan tidak diungkap wajah mereka.”
AS telah meningkatkan serangan drone di Afghanistan sejak loyalis ISIS muncul di Afghanistan. Menurut Biro Jurnalisme Investigasi yang berbasis di London, Afghanistan adalah negara dengan serangan drone terbanyak dengan setidaknya 1.368 orang tewas sejak 2015. (haninmazaya/arrahmah.com)