PAPUA (Arrahmah.com) – Kelompok separatis bersenjata Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) menyatakan tak akan mengendurkan serangan-serangan di Nduga, Papua yang sejauh ini telah menewaskan sejumlah warga sipil dan aparat keamanan.
Bahkan mereka menantang siap meladeni bila pemerintah Indonesia mengirim pasukan tambahan.
“Kami dengar Bapak Presiden Jokowi hendak mengirim militer dengan jumlah besar. Silakan kirim. Kami TPNPB Kodap III Ndugama tetap membeli jualan yang Bapak presiden kirim. Engkau menurunkan pasukan banyak kami juga punya pasukan silakan datang,” kata Komandan Operasi lapangan TPNPB/OPM KodapIII Ndugama, Egianus Kogeya, dalam pernyataan yang dilansir TPNPB, Kamis (5/7/2018), dikutip Republika.
Sejauh ini, Presiden Jokowi sedianya belum mengeluarkan instruksi atas penanganan peningkatan kekerasan di Nduga.
Egianus mengatakan, sejauh ini pasukan TPNPB masih bersiaga di Kenyam, ibu kota Nduga. Kendati demikian, posisi mereka digeser ke pinggiran sehubungan keberadaan pasukan TNI-Polri dalam jumlah besar di pusat kota.
Ia juga mengklaim, pasukannya bertanggung jawab atas berbagai serangan di Nduga yang dilancarkan sejak 22 Juni lalu.
Dilansir Sindonews, Kamis (5/7), situasi kamtibmas di Kota Keneyam, Kabupaten Nduga, Papua hingga saat ini belum kondusif. Kontak senjata antara aparat keamanan dengan kelompok separatis bersenjata Papua terus berlangsung.
Kapolres Jayawijaya AKBP Yan Piet Reba mengungkapkan, kontak senjata terjadi pada Rabu (4/7/2018) pukul 14.00 WIT di Kampung Delpel Kompleks Koteka, Keneyam.
Kontak senjata antara kelompok separaris bersenjata dengan Satpor Brimob Mabes Polri yang sedang melakukan pemantauan di sekitar kali Keneyam sekaligus memantau pos kelompok KKSB di Kali Alguru.
Kontak senjata tersebut mengakibatkan seorang anggota Brimob, Bharada Rapindo Refli Sagala terkena tembakan dan mengalami luka di bagian paha sebelah kanan.
(ameera/arrahmah.com)