SINAI (Arrahmah.com) – Sedikitnya dua roket Grad ditembakkan dari Semenanjung Sinai Mesir meledak di resor Laut Merah “Israel”, Eilat, pada Rabu (17/4/2013). Kelompok Salafi Jihadi mengaku bertanggung jawab atas serangan ini, seperti dilansir Ma’an.
Ini merupakan serangan roket pertama di sana dalam delapan bulan terakhir yang ditembakkan dari Sinai Mesir, meskipun tidak ada konfirmasi segera dari Kairo di mana seorang pejabat senior militer mengatakan pasukan mereka tengah menyelidiki insiden itu.
Menyusul berita tentang serangan roket tersebut, Perdana Menteri “Israel”, Benjamin Netanyahu yang berada di London untuk pemakaman Margaret Thatcher, melalui telepon memerintahkan pembentukan “keamanan” sebagaimana “seharusnya bereaksi,” kata sumber di kantornya.
Beberapa jam kemudian, kelompok yang dikenal sebagai Dewan Syura Mujahidin mem-posting pernyataan online yang mengatakan bahwa mereka yang telah “berhasil menargetkan Eilat dengan dua roket Grad” tanpa mengatakan dari mana mereka menembakkannya.
Serangan itu terjadi saat warga Palestina memperingati Hari Tahanan sebagai solidaritas untuk ribuan narapidana yang dipenjara oleh “Israel”. Kelompok tersebut mengatakan bahwa roket-roket itu adalah “tanggapan terhadap penderitaan lanjutan dari para tahanan yang tertindas di penjara “Israel”.
Roket-roket menghantam setelah pukul 09:00, roket kedua mendarat di dalam kota.
“Kami telah menemukan dua lokasi ledakan di kota, kami juga menutup bandara sebagai tindakan pencegahan,” kata juru bicara polisi “Israel”, Micky Rosenfeld, kepada AFP, kemudian mengatakan bahwa bandara internasional Eilat yang kecil itu telah dibuka kembali.
Satu roket menghantam sebuah lokasi konstruksi di lingkungan Shahamon, sedangkan yang kedua menghantam area terbuka dekat perbatasan Yordania, di timur hotel strip utama, kata warga setempat.
Pada awal April, kekhawatiran serangan roket dekat dari Sinai sampai membuat militer “Israel” ingin memindahkan system baterai Iron Dome kebanggaan “Israel” ke daerah Eilat, seorang pejabat pertahanan mengkonfirmasi pada Rabu (17/4).
“Ada peringatan dari kemungkinan serangan, dan mereka memutuskan untuk memindahkan sistem [Iron Dome] ke sana,” katanya, berbicara pada kondisi anonimitas.
Namun sumber keamanan “Israel” lainnya mengatakan bahwa sistem itu tidak bisa mencegat roket.
“Karena keadaan operasional, baterai [Iron Dome] yang diletakkan di wilayah itu tidak dapat mencegat roket masuk,” kata sumber itu, tanpa merinci.
Laporan media “Israel” juga mengatakan, dua roket mendarat di dekat resor Yordania Aqaba, kata sumber tersebut.
“Semua layanan militer dan keamanan di Aqaba telah mengkonfirmasikan bahwa tidak ada yang terjadi di Aqaba. Itu hanya di sisi lain,” kata Amer Sartawi, juru bicaraDepartemen Keamanan Publik Yordania kepada AFP.
Sedikitnya dua warga Aqaba yang dihubungi AFP mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui apapun mengenai roket yang mendarat di kota.
Eilat terletak di titik paling utara Teluk Aqaba, dengan bentangan sempit sungai, di satu sisi berbatasan dengan Sinai dan sisi yang lainnya berbatasan dengan Arab Saudi dan Yordania.
April lalu, sebuah roket ditembakkan dari Sinai menghantam Eilat namun tidak menimbulkan korban, sampai polisi mencari roket lain yang meledak di dekat kota itu satu hari kemudian.
Pada bulan Agustus, dua roket juga mengguncang Eilat.
Serangan itu diklaim oleh kelompok Salafi lain yang disebut Ansar Beit al-Maqdis yang mengatakan telah menembakkan dua roket Grad ke kota itu.
Sejak runtuhnya rezim mantan presiden Mesir Hosni Mubarak pada bulan Februari 2011, perbatasan “Israel” dengan Sinai telah menjadi wilayah insiden keamanan ganda.
Insiden yang paling serius adalah pada bulan Agustus 2011, ketika sejumlah pria bersenjata menyusup ke “Israel” selatan dan melancarkan serangkaian serangan yang menewaskan delapan orang “Israel”. (banan/arrahmah.com)