DAMASKUS (Arrahmah.com) – Melihat kelompok para pejuang yang terpetak-petak dan munculnya kecurigaan di antara mereka, para pejuang Suriah memutuskan untuk menggabungkan kekuatan di bawah satu front dalam melawan rezim Bashar Assad.
“Sekarang kami memiliki lebih dari 40.000 Mujahidin dan jumlah ini meningkat, karena lebih banyak brigade menunjukkan ketertarikan dalam bergabung,” kata Ahmad al-Syeikh, pemimpin sebuah front yang menggabungkan kelompok-kelompok pejuang, kepada Reuters, Kamis (11/10/2012).
Setelah lebih dari sebulan menggelar pertemuan rahasia, para pemimpin dari beberapa brigade membentuk sebuah front baru dalam melawan pasukan musuh.
Dia antara anggota Front Pembebasan Suriah (FLS) adalah Brigade al-Faruq, yang beroperasi di provinsi Homs, dan brigade Syukur Asy-Syam yang beroperasi di Idlib.
“Kami telah berkumpul untuk mempersatukan kerja militer dan kami juga telah mempunyai agenda lain,” kata al-Syeikh, yang lebih dikenal sebagai Abu ‘Isa.
“Kami ingin membangun negara yang adil dan memberikan hak-hak kepada rakyatnya setelah 40 tahun penindasan.”
Sejak pembentukannya, front baru ini telah fokus menyerang pos-pos pemeriksaan pasukan loyalis Assad. Pada hari Selasa, Mujahidin Syukur Asy-Syam merebut kota Maarat al-Nuaman di provinsi Idlib dari pasukan rezim.
FLS terus berusaha untuk mengajak brigade lain untuk bergabung dengan mereka.
Awalnya front baru ini bernama Front Islam untuk Membebaskan Syruah, tetapi kata “Islam” dicoret oleh pemimpinnya.
“Kami bangga dengan keislaman kami dan kami adalah Islamis,” kata Abu ‘Isa, yang juga ketua dari Syukur Asy-Syam, kepada Reuters.
“Tetapi kami tidak ingin menunjukkannya dalam slogan karena kami mungkin tidak hidup sampai tanggung jawab Islam.”
“Tetapi kami menginginkan sebuah negara dengan acuan Islam dan kami menyeru untuk ini.”
Abu ‘Isa mengatakan bahwa brigade-brigade di Damaskus, Der el-Zour, Aleppo, Idlib dan Homs telah bergabung dengan FLS dan kantor-kantor logistik telah dibuka di seluruh Suriah untuk memfasilitasi koordinasi di antara mereka.
Abu ‘Isa menekankan bahwa semua pejuang di front baru ini adalah warga asli Suriah dan tidak ada anggota dari luar negeri yang akan diizinkan untuk bergabung, termasuk mereka yang berbasis di Turki.
“Kami tidak ingin siapapun dari luar, sehingga revolusi ini tidak dimanfaatkan dan tidak melayani agenda lain,” katanya. (siraaj/arrahmah.com)