VIRGINIA (Arrahmah.com) – Sebuah kelompok berisi lebih dari 40 organisasi hak-hak sipil Muslim-Amerika di Amerika Serikat pada Kamis (16/9/2021) mengumumkan kampanye untuk memboikot Hilton Worldwide atas apa rencana perusahaan untuk membangun sebuah hotel di lokasi Masjid Uighur yang dibuldoser oleh pihak berwenang di Xinjiang Cina.
Berbicara pada konferensi pers yang diadakan di depan markas Hilton di Virginia, Council on American-Islamic Relations (CAIR), sebuah organisasi di garis depan inisiatif tersebut, mengatakan bahwa mereka telah “bernegosiasi secara tidak langsung” dengan grup hotel yang meminta mereka untuk membatalkan rencana konstruksi, tetapi pembicaraan itu “tidak berhasil”.
“Hari ini, kami mengumumkan kampanye boikot global terhadap Hilton,” kata direktur eksekutif CAIR Nihad Awad, lansir Al Jazeera.
“Anda dan saya memiliki pilihan untuk memilih ke mana harus pergi dalam perjalanan Anda atau melakukan pertemuan bisnis atau mengadakan acara, pernikahan atau perjamuan,” kata Awad, seraya menambahkan bahwa proyek tersebut merupakan pelanggaran hak asasi manusia yang berkontribusi pada penghancuran budaya dan keimanan komunitas Uighur.
Cina telah melakukan kampanye panjang melawan penduduk Uighur yang sebagian besar Muslim dengan penahanan massal, sterilisasi paksa, memisahkan anak-anak dari keluarga dan menghancurkan lokasi agama dan budaya. Namun Cina berulangkali membantah klaim tersebut.
Situs yang memicu boikot adalah sebuah masjid di prefektur Hotan, yang dihancurkan pada 2018, yang rencananya akan diubah Hilton menjadi hotel Hampton Inn.
Awad mengatakan mereka diberitahu tentang proyek yang diusulkan pada awal Juni.
Pada bulan Juli, komisi kongres AS bipartisan meminta Hilton Worldwide untuk tidak mengizinkan namanya dikaitkan dengan proyek hotel.
Sekitar 16.000 masjid di 900 lokasi Xinjiang hancur sebagian atau seluruhnya antara 2017 dan 2020, menurut penelitian oleh lembaga Kebijakan Strategis Australia.
Menara-menara telah dipindahkan dari masjid-masjid, beberapa dihancurkan sama sekali di tempat-tempat yang diawasi ketat oleh Cina. Kehancuran telah diverifikasi oleh laporan di lapangan, dan membandingkan foto satelit dari tahun-tahun sebelumnya hingga sekarang.
Para pejabat di Beijing mengklaim kepada kantor berita Reuters awal tahun ini bahwa tidak ada situs keagamaan di Xinjiang yang dihancurkan atau dibatasi secara paksa dan mengundang mereka untuk mengunjungi daerah tersebut. (haninmazaya/arrahmah.com)