DAMASKUS (Arrahmah.com) – Kelompok Islam al-Nusra membantah bahwa mereka bertanggung jawab atas pemboman yang menewaskan 55 orang dan melukai ratusan lainnya pekan lalu di Damaskus, Suriah.
Sebuah video yang dikatakan berasal dari kelompok tersebut, dirilis pada Sabtu (12/5/2012) mengatakan gedung pemerintah di ibukota menjadi target karena rezim terus membombardir perumahan warga sipil, lapor CNN.
Namun, al-Nusra mengatakan dalam sebuah statemen bahwa video itu penuh rekayasa.
“Kami tidak pernah menerima konfirmasi apapun, pengakuan atau penolakan dari sektor militer kami di depan,” ujar kelompok itu.
Dalam serangan pada Kamis lalu, dua bom mobil meledak di depan markas intelijen.
Rezim Assad telah berulang kali menyalahkan kekerasan kepada “kelompok teroris bersenjata”, sebuah klaim yang diperdebatkan oleh pihak oposisi dan beberapa pemimpin internasional.
Sementara itu, kekerasan belum berhenti, dilaporkan bahwa lebih dari 22 orang tewas di Suriah pada Selasa (15/5), ujar Komite Koordinasi Daerah Suriah (LCC).
LCC mengatakan pasukan rezim Alawite telah mengepung Universitas Raqa di Suriah utara setelah demonstrasi dan menembakkan peluru tajam ke sebuah aksi unjuk rasa mahasiswa di Aleppo.
Sementara itu The Guardian melaporkan seorang relawan yang bekerja untuk Bulan Sabit Merah Arab terluka di Homs dan dokter tanpa perbatasan mengatakan pasukan rezim telah menargetkan pekerja kemanusiaan.
“Sejumlah rekan Suriah dilaporkan hilang. Otoritas dan seluruh pihak dalam konflik harus memastikan bahwa tenaga medis dapat beroperasi tanpa takut dihukum dan bahwa orang-orang yang terluka aman dan dapat menerima langsung perawatan, tanpa harus takut ditangkap atau lebih buruk dari itu,” ujar Marie Noelle Rodrigue, direktur Dokter Tanpa Perbatasan mengatakan dalam sebuah pernyataan. (haninmazaya/arrahmah.com)