JISR AL-Shughour (Arrahmah.com) – Sedikitnya 120 tentara rezim Suriah telah tewas setelah kelompok bersenjata menyerang tentara keamanan di wilayah barat laut kota Jisr al-Shughour, lapor televisi negara.
Menurut laporan, 82 korban tewas setelah kelompok bersenjata menyerang pusat militer di kota tersebut pada Senin (6/6/2011). Laporan menambahkan bahwa hampir 28 polisi dan personil keamanan menjadi target saat mereka berada dalam perjalan untuk “menyelamatkan warga yang diteror” oleh kelompok bersenjata. Yang lainnya tewas dalam bentrokan di seluruh kota.
“Kelompok bersenjata benar-benar melakukan pembantaian. Mereka telah memutilasi badan korban dan melemparkannya ke Sungai Assi,” klaim penyiar televisi negara, menambahkan bahwa lebih dari 200 polisi dan pasukan keamanan terluka dalam bentrokan, seperti yang dilansir Press TV pada Senin (6/6)
Laporan juga mengumumkan kelompok bersenjata juga telah mengambil alih beberapa bagian Jisr al-Shughour dan membakar gedung pemerintahan.
“Aparat keamanan telah berhasil mengakhiri blokade atas salah satu lingkungan di Jisr al-Shughour yang diduduki kelompok bersenjata untuk sementara waktu dan kini mereka berjuang untuk mengakhiri blokade di lingkungan lainnya,” lanjutnya.
Menurut laporan itu, warga kota telah meninggalkan rumah mereka, mencari keselamatan di kantor polisi dan stasiun keamanan lain. Ia menambahkan bahwa warga Jisr al-Shughour mendesak tentara untuk secepatnya melakukan intervensi untuk mengakhiri kekerasan.
Pejabat Suriah mengatakan kelompok bersenjata bersembunyi di rumah-rumah sipil dan menembaki tentara, menggunakan warga sipil sebagai perisai.
Menteri Dalam Negeri Suriah, Shaar Ibrahim mengatakan “Kami tidka akan diam mengenai serangan bersenjata yang menargetkan keamanan negara dan warga negaranya.”
Selain itu, Menteri Informasi Suriah, Adnan Mahmud mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Senin (6/6) bahwa banyak kelompok bersenjata menggunakan senjata menengah dan granat.
Mahmoud juga menekankan bahwa unit tentara akan melaksanakan misi nasional mereka untuk membawa kembali “keamanan dan keselamatan kepada penduduk sehingga mereka dapat kembali hidup normal”.
Sejak awal kerusuhan di Suriah pada pertengahan Maret lalu, ratusan sipil telah tewas di tangan tentara rezim Suriah dalam upaya membungkam suara para pengunjuk rasa yang menginginkan mundurnya presiden Suriah.
Pihak oposisi menuduh pasukan keamanan berada di balik pembunuhan sipil, namun pihak pemerintah menyalahkan gerombolan bersenjata untuk kekerasan mematikan, menekankan bahwa kerusuhan ini didalangi dari luar negeri.
Damaskus sebelumnya mengumumkan penangkapan beberapa anggota kelompok bersenjata, mengatakan bahwa mereka telah mengaku menerima senjata dan uang dari organisasi asing untuk menimbulkan kekacauan di negara tersebut.
Presiden Suriah, Bashar al-Assad berjanji untuk membawa mereka yang berada di balik pembunuhan ke pengadilan.
Belum jelas siapa yang berada di balik kelompok senjata tersebut. (haninmazaya/arrahmah.com)