Ketika hujan deras mengguyur dan membanjiri Pakistan, memicu krisis kemanusiaan terburuk di negeri Muslim tersebut, badan amal yang digerakkan oleh Islam “garis keras” bergerak cepat, lebih cepat dari pemerintah Pakistan.
Dilarang beroperasi di Pakistan dan masuk dalam daftar kelompok teror di PBB, Jamaat-ud-Dawa (jud) adalah salah satu dari sejumlah organisasi Islam yang telah sangat terlihat memberikan bantuan nyata untuk jutaan korban.
Mereka mengisi kekosongan yang diciptakan oleh pemerintah, ketakutan pun tumbuh di Amerika Serikat dengan alasan badan amal seperti ini menggunakan soft power untuk menyebarkan paham “ekstrimisme” di negara yang memiliki senjata nuklir.
Taliban Pakistan juga telah mendesak pemerintah untuk menolak bantuan AS sebanyak 20 juta dollar. Peperangan menarik hati dan pikiran penduduk telah dimulai.
“Kami menyediakan bantuan makanan, pakaian, obat-obatan, tenda, peralatan dan uang tunai sejumlah 60 dollar USD untuk setiap keluarga,” ujar Atique Chohan, jurubicara Jud di provinsi baratlaut provinsi Khyber Pakhtunkhwa dimana Taliban aktif di sana.
“Sejauh ini kami telah menolong sekitar 250.000 orang,” uajrnya kepada AFP di sebuah kamp yang dijalankan oleh Jud di distrik Nowshehra dimana puluhan relawan berjanggut menyediakan makanan.
Sebuah truk sarat bantuan makanan, pakaian, obat-obatan dan mainan untuk para korban melaju ke kamp tersebut, tidak ada yang peduli bahwa kepala Jud, Hafiz Mohammad Saeed dianggap sebagai “teroris” di India dan oleh PBB.
Ia mendirikan Lashkar-e-Tiba, kelompok Islam di Kashmir.
“Organisasi keagamaan lokal seperti Jud memberi bantuan lebih banyak,” uajr seorang supir taxi, Ghulam Haider (25) yang rumahnya tersapu di distrik Nowshehra.
Desa disepanjang jalan tol Peshawar menuju Islamabad kebanjiran dan para wanita terlihat mengarungi air setinggi lutut mereka.
“Pemerintah kami hanya memberikan tenda, tidak ada yang lain. Semua barang disini disuplai oleh penduduk kaya. Kami mendapatkan bantuan dari organisasi-organisasi swasta,” ujar Jahanas Khan (50) yang meninggalkan desanya.
Amerika Serikat meningkatkan bantuan mereka menjadi 55 juta USD dan PBB akan mulai mencari bantuan internasional untuk ratusan juta dollar, sekitar enam juta orang sangat tergantung pada bantuan untuk dapat bertahan hidup.
Anthony Cordesman yang menjadi penasehat administrasi Obama di Afghanistan dan Pakistan mengatakan banjir merupakan “kesempatan besar” bagi kelompok-kelompok Islam untuk memenangkan pengaruh diantara orang-orang yang menolak pelayanan pemerintah.
Khawatir dengan “ekstrimis”, Washington mencoba terlibat lebih jauh dengan Pakistan dimana Presiden Barack Obama telah menempatkan diri di garis terdepan dalam perang melawan Al-Qaeda dan menganggap penting mengakhiri konflik di Afghanistan.
Bantuan dari Amerika serikat dan organisasi non pemerintah (LSM) dapat memiliki dampak yang luar biasa, kata Cordesman.
Pengamat Paksitan, Talat Masood mengatakan situasi kini, pemerintah tengah terjebak antara ekstrimis dan militer.
“Ini adalah situasi yang kuat. Dominasi militer atau dominasi militan,” lanjutnya.
Ashley Tellis, seorang pakar keamanan Asia Selatan mengatakan bahwa hal tersebut adalah pola berulang. (haninmazaya/arrahmah.com)