GAZA (Arrahmah.com) – Kekurangan bahan bakar dan infrastruktur yang tidak memadai telah memperburuk krisis kemanusiaan bagi orang-orang Palestina di Jalur Gaza yang dikuasai Hamas.
Dalam sebuah laporan menjelang konferensi donor internasional pekan depan, Bank Dunia mengklaim bahwa bantuan luar negeri saja tidak dapat menyelamatkan ekonomi Palestina yang stagnan tanpa adanya perubahan praktis dan kerjasama dengan “Israel”, lansir Daily Sabah pada Kamis (27/4/2017).
Produsen listrik tunggal di Gaza sering kehabisan bahan bakar untuk generator dan jatah pasokan listrik untuk warga hanya kurang dari empat jam per harinya.
“Selama puncak musim panas dan dingin, pasokan listrik yang langka semakin dijatah, hanya empat jam di siang hari,” ujar laporan Bank Dunia.
“Baru-baru ini, situasi ini telah menjadi biasa yang membuat warga Gaza tidak memiliki listrik sepanjang hari. Hal itu telah menciptakan krisis kemanusiaan bagi dua juta orang di Gaza.”
Hamas yang merebut kekuasaan di Gaza sejak 2007, mengimpor diesel untuk generator melalui Otoritas Palestina, namun saingannya terus-menerus berselisih mengenai pembayaran, yang menyebabkan kekurangan konstan. Otoritas Palestina yang dipimpin Mahmoud Abbas, memberi tahu “Israel” bahwa mereka tidak akan lagi membayar persediaan listrik “Israel” untuk Jalur Gaza.
COGAT, cabang militer “Israel” mengatakan bahwa mereka diberitahu oleh pemerintah Mahmoud Abbas pada Kamis (27/4) bahwa pembayaran listrik akan segera dihentikan.
Pejabat Hamas, Ismail Ridwan bereaksi dan marah atas keputusan itu dan mengatakan: “Tidak masuk akal, bahwa Gaza dikepung dan kekurangan pasokan listrik dan air dan kebutuhan dasar demi harga politik,” lansir Al Jazeera.
Otoritas Palestina menolak mengatakan kenapa mereka mengambil langkah tersebut.
Kekurangan listrik juga melanda rumah sakit, klinik, sumber pasokan air dan layanan vital lainnya. Dinas Kesehatan Gaza telah memperingatkan bahwa pemadaman dapat menimbulkan konsekuensi berbahaya bagi pasien di Jalur Gaza. (haninmazaya/arrahmah.com)