IDLIB (Arrahmah.id) — Kelompok perlawanan Suriah Hai’ah Tahrir asy Syam (HTS) tidak sepenuhnya menolak kehadiran pejuang asing di wilayah mereka. Meskipun beberapa waktu lalu, mereka meminta kelompok-kelompok pejuang asing untuk meninggalkan wilayah Idlib.
Sumber eksklusif dari Kantor Pejuang Asing HTS mengatakan kepada North Press Agency (23/3/2023), bahwa ada “lebih dari 7.500 pejuang” bukan warga negara Suriah yang berafiliasi dengan HTS di Idlib.
“Hampir 6.200 – termasuk Uighur, Kaukasia, Tajik, Chechnya – adalah garda depan HTS. Sedangkan orang Arab non-Suriah, kebanyakan dari Afrika utara, memegang posisi administratif, keamanan, dan militer,” ujar sumber itu.
Faksi pejuang asing paling menonjol yang berafiliasi dengan HTS adalah Jamaat Bukhari, yang terdiri dari orang-orang Chechnya dan Uighur, serta kelompok Kaukasia Rusia.
Selain itu, ada Jama’at al-Tauhid wal-Jihad yang memiliki anggota kebanyakan dari Uzbekistan, Turkmenistan, dan Maroko dengan jumlah sekitar 550 orang.
Salah satu faksi pejuang asing yang paling setia kepada HTS adalah Partai Islam Turkmenistan (TIP), yang kebanyakan berasal dari Uighur dan didukung langsung oleh Turki. Mereka menjalani pelatihan dan kursus keamanan di wilayah Turki dan memiliki pusat rawat inap di Antakya. Turki telah memfasilitasi masuknya mereka ke negara itu, menurut sumber tersebut.
Sumber yang sama mencatat bahwa ada juga faksi pejuang dari Iran, bernama Pemuda Sunni di Iran di bawah komando Abu Muhammad al-Irani, mantan komandan al Qaeda di Afghanistan. Abu Yahya al-Asfehani al-Irani, anggota fraksi berpangkat tinggi lainnya, memiliki sekitar 150 pejuang asal Iran dan berafiliasi dengan HTS di garis depan di Idlib.
“HTS juga menampung para pemimpin terkemuka dari al Qaeda dari Pakistan, Afghanistan, serta Irak, yang memiliki pengaruh terbesar pada pendekatan militer pemimpin HTS, al Jaulani,” menurut sumber tersebut.
Beberapa tokoh asal Pakistan, Afghanistan dan Irak antara lain; Abu Ayub al Maghrabi adalah amir yang bertanggung jawab atas perbatasan dan penyeberangan perbatasan. Dia adalah mantan pemimpin al Qaeda di Pakistan sebelum menuju ke Suriah. Abu Abdulrahman al Qahtani, salah satu orang penting Jaulani, adalah kolega Abu Zaid al Kuwaiti, seorang pemimpin al Qaeda di Afghanistan dan murid paling terkenal Osama bin Laden dan al-Zawahiri. Selain itu, ada Mazhar al Ways, anggota Dewan Syura HTS yang paling menonjol. Sebelumnya pernah berada di bawah bawah komando kelompok militan Islamic State (ISIS) antara tahun 2013 dan 2014 di Wilayat al-Khair.
Selain itu ada juga Musleh al Alyan, salah satu anggota parlemen HTS paling terkenal dari Arab Saudi, bersama dengan ulama terkenal HTS, Abdullah al Muhaysini, seorang warga negara Saudi yang saat ini tinggal Sarmada, di utara Idlib.
Tak hanya itu, banyak juga tokoh-tokoh Al Qaeda lainnya seperti Abu Salah al Turkistani dan Khattab al-Shishani bergabung di bawah panji HTS. Mereka saat ini menghindari publisitas karena khawatir menjadi sasaran utama musuh, menurut sumber tersebut.
Sumber HTS juga mengatakan bahwa benar ada pejuang asing yang meninggalkan HTS atau menolak berafiliasi dengan HTS. Namun mereka tidak termasuk dalam statistik resmi. Mereka tinggal bersama keluarga mereka di kota al-Fu’ah, Kafraya, Sarmin, Ariha, Jisr al-Shughur, dan berbagai desa lainnya.
Saat ini penjara HTS menahan 340 pejuang asing dengan tuduhan bergabung dengan ISIS atau spionase, menurut sumber tersebut. Selain itu mereka juga menahan antara 900-1.200 pejuang asing dari Chechnya, Tajikistan, dan Turkestan Timur [Cina], selain Maroko, Aljazair, Libya dan beberapa dari Irak dan Mesir.
HTS telah menyerahkan lebih dari 180 tahanan asing kepada otoritas Turki melalui aparat keamanannya. Kebanyakan dari mereka adalah warga negara Asia dan beberapa dari Eropa.
HTS juga telah memberikan informasi pada intelijen Turki tentang semua pejuang asing dan keluarga mereka, terutama mereka yang tidak berafiliasi dengan HTS, menurut sumber tersebut. (hanoum/arrahmah.id)