NEW DELHI (Arrahmah.com) – Seorang ibu Muslimah di India, Razia Begum belum pernah naik skuter selama lebih dari 20 kilometer selama hidupnya.
Namun, panggal 6 April, ia memulai perjalanan lebih dari 1.400 km untuk membawa kembali putranya yang terlantar di sebuah desa terpencil karena lockdown yang diberlakukan di India.
“Saya terus berkendara, berhenti untuk makan apa pun yang saya bawa,” kata wanita 48 tahun itu kepada Arab News.
“Saya tidak mengetahui rute dan di banyak tempat saya harus menggunakan peta Google atau menanyakan arah, tetapi saya terus berjalan,” tuturnya.
Begum, yang tinggal di distrik Nizamabad di negara bagian Telangana, India selatan, mengatakan siksaan beratnya dimulai pada 22 Maret, dua hari sebelum India memberlakukan lockdown nasional untuk mengekang penyebaran virus corona di negara itu.
Pemberlakukan jam malam menyebabkan putra keduanya Mohammed Nizamuddin terjebak di Rahmatabad, di negara bagian Andhra Pradesh, hampir 700 kilometer dari rumah Begum.
Nizamuddin telah menemani sahabatnya ke Rahmatabad untuk bertemu ayahnya yang sakit sebelum pemerintah negara bagian mengumumkan lockdown, dan dia terdampar.
Gelisah dengan kondisi keselamatan Nizamuddin yang berusia 19 tahun itu, Begum memulai perjalanannya pada 6 April, berkendara seorang diri sepanjang hari dan malam sebelum mencapai Rahmatabad keesokan paginya.
Dia kembali bersama putranya keesokan harinya.
“Saya tidak percaya dia datang sejauh ini untuk menjemput saya,” kata Nizamuddin yang merupakan calon dokter kepada Arab News.
“Dia adalah wanita pemberani. Hidup telah menguatkannya. Dia peduli, tidak hanya terhadap anak-anaknya tetapi semua orang yang membutuhkan segala jenis dukungan,” lanjutnya.
Perjalanan penuh perjuangan tersebut tidak mengherankan bagi penduduk desa Bodhan di mana Begum – yang merupakan kepala sekolah di sekolah setempat – dikenal karena sifatnya yang penuh semangat dan pekerjaan sosialnya.
“Jika saya mengendarai mobil, beberapa orang lagi akan ikut dan itu akan menciptakan masalah jika polisi melarang kami bepergian dalam kelompok selama lockdown,” kata Begum.
Ia tidak memberi tahu siapa pun tentang keputusannya untuk bepergian sendiri terpisah dari keluarganya.
“Tidak ada yang akan mengizinkannya,” katanya.
Dia bisa saja mengirim putra sulungnya untuk membawa pulang Nizamuddin, tetapi ia memilih untuk tidak melakukannya.
“Dengan anak laki-laki, polisi ketat, oleh karena itu saya berpikir bahwa sebagai seorang wanita saya dapat mengatasi dengan mudah dan meyakinkan polisi di jalan,” tuturnya.
“Pengalaman saya dalam pelayanan sosial telah menguatkan saya sebagai seorang wanita. Saya kehilangan suami saya 15 tahun yang lalu dan ini juga membuat saya mandiri. Saya mengesampingkan banyak kekhawatiran dan satu-satunya kekhawatiran saya adalah bagaimana menyelamatkan anak saya dari desa terpencil itu. Saya merasa putra saya akan lebih aman di rumah daripada di tempat lain,” ujar Begum.
Begum mengatakan, dia pertama kali meminta izin dari kantor polisi setempat untuk pergi ke tujuannya, mengingat kemungkinan yang akan dialaminya selama perjalanan, tapi ia akhirnya memilih naik skuter.
Peristiwa itu telah membuatnya mendapatkan pujian tidak hanya di keluarganya tetapi juga di seluruh desa. Beberapa penduduk memuji “keberanian”.
Begum mengatakan, dia bukan seorang pahlawan. Dia hanya seorang ibu biasa yang mengikuti instingnya.
“Wanita bisa melakukan apa saja yang mereka inginkan. Terlepas dari ketidaknyamanan yang sangat dan perjalanan panjang. Cinta saya kepada putra saya yang membuat saya terus maju,” terangnya.
(ameera/arrahmah.com)