ISLAMABAD (Arrahmah.com) – Sekitar 121 anak-anak telah meninggal dalam tiga tahun terakhir di daerah yang berbatasan dengan gurun Thar selatan Pakistan akibat kelaparan yang memaksa ribuan warga bermigrasi untuk mencari makanan, pejabat dan penduduk setempat mengatakan, sebagaimana dilansir oleh Anadolu Agency, Jumat (7/3/2014).
Setidaknya terdapat 32 anak yang meninggal akibat kurang gizi pada Februari, dan minggu pertama bulan Maret di berbagai bagian di wilayah Tharparkar akibat kekeringan yang sangat parah yang berdampak terhadap sekitar 175.000 keluarga di daerah gurun.
“Orang-orang telah hidup dalam kondisi yang sangat buruk akibat kekurangan makanan dan air di daerah yang jauh dari distrik Tharparkar, di mana menurut informasi kami, sejauh ini ada 150 anak-anak telah meninggal karena kekurangan gizi,” Haleem Adil Shaikh, Kepala Yayasan Bantuan Pakistan, sebuah LSM yang bekerja di wilayah tersebut mengatakan kepada Anadolu Agency.
“Kami telah berulang kali meminta pihak yang berwenang untuk segera mengambil tindakan untuk mengatasi kekurangan pangan dan air di daerah tersebut Desember lalu, tetapi tidak berhasil,” kata Shaikh. “Sekitar 40 anak-anak meninggal pada bulan November dan Desember 2013,” tambahnya.
Chachro, sebuah kota kecil di distrik Tharparkar yang terletak di tepi gurun Thar adalah daerah yang paling parah terkena dampak, di mana kekeringan yang terus-menerus terjadi telah memaksa ratusan keluarga untuk bermigrasi ke daerah lain untuk mendapatkan makanan dan air dalam tiga tahun terakhir. Ratusan hewan, termasuk burung-burung merak Thar yang terkenal juga telah tewas dalam beberapa bulan terakhir karena kekeringan.
Dr Abdul Jalil Bhurgari, seorang dokter di rumah sakit umum daerah yang terletak di distrik Mithi mengatakan kepada wartawan bahwa ada 121 anak meninggal dalam tiga bulan terakhir karena kekurangan gizi di berbagai kabupaten.
Dr Jalil menjelaskan bagaimana orang-orang dari derah itu melakukan perjalanan dalam keadaan sakit dari daerah yang jauh selama empat atau lima hari, dengan berjalan kaki di padang gurun untuk mencapai rumah sakit Mithi.
“Beberapa anak-anak yang dibawa ke rumah sakit, meninggal. Tidak ada jalan penghubung antara beberapa daerah terpencil dengan rumah sakit di distrik Mithi.”
“Kekurangan makanan, dan air diperparah oleh cuaca dingin yang mencekam sangat mempengaruhi kemampuan ibu untuk menyusui anak-anak mereka”, kata Dr Jalil.
Atas kritik kepada pemerintah yang dianggap lalai dan lamban dalam menangani situasi ini, Kepala Menteri Provinsi Sindh Selatan, Syed Qaim Ali Shah telah memerintahkan pihak yang berwenang untuk segera memberikan 10.000 ton gandum kepada orang-orang yang terkena dampak kekeringan tersebut.
Fasilitas yang tidak memadai di rumah sakit pusat kabupaten di Mithi dan kurangnya transportasi untuk memindahkan pasien ke rumah sakit lain yang lebih besar dan lengkap telah terungkap.
“Pihak berwenang yang bersangkutan tidak melaksanakan tanggung jawab mereka sesuai dengan standar pelayanan yang diperlukan. Anak-anak yang terkena dampak harus dipindahkan ke rumah sakit besar di daerah sebelah”, Shah mengatakan saat konferensi pers pada hari Jumat (7/3). Beberapa pejabat telah diskors, dan penyelidikan telah dimulai, ia menambahkan.
Membentang lebih dari 200.000 kilometer persegi, Thar adalah padang pasir terbesar ketujuh di dunia yang membentuk perbatasan alami di sepanjang perbatasan antara Pakistan dan India. Pekerjaan utama penduduk setempat adalah pertanian dan peternakan, yang benar-benar sangat tergantung pada hujan. (ameera/arrahmah.com)