JAKARTA (Arrahmah.com) – Kekerasan, kekejaman dan perbuatan keji yang dipertontonkan oleh Densus 88, di hadapan keluarga korban “penangkapan”, membuat trauma yang dalam bagi orang-orang yang menyaksikannya, tak terkecuali anak-anak mereka. Bahkan sesungguhnya mereka inilah yang mengalami beban fisik dan psikis yang berat. Anak-anak tersebut menyaksikan bagaimana bapak-bapak mereka diperlakukan sangat kasar; ditendang, dipukul, ditodong senjata api, sampai pada ditembkkannya senjata itu, apakah sebagai peringatan atau untuk melumpuhkan dan mematikan.
Laskar Umat Islam Surakarta (LUIS) dalam laporannya kepada arrahmah.com , menyebutkan tentang 2 kejadian “penangkapan” yang terjadi pada hari Selasa 14 Mei 2013 lalu, dilakukan dihadapan anak-anak korbannya. Slamet Pilih Utomo ditangkap oleh Densus 88 dihadapan dua anaknya di tengah jalan. Saat itu Slamet sedang mengantar kedua anaknya berangkat ke sekolah. Anak pertama perempuan [UN] kelas 2 SD di daerah Gading Serengan Solo Jawa Tengah, dan anak kedua laki-laki [NH] yang masih TK di daerah Dipotrunan di dekat rumahnya. Dalam perjalanan menuju TK, tepatnya di jalan sadewa depan Kantor Kelurahan Serengan itulah tiba-tiba motornya ditabrak mobil. Slamet dan anaknya langsung dimasukkan ke mobil.
Menurut Kesaksian Wiji Lesteri, kakak kandung Slamet,ketika anak diserahkan ke dia, anaknya pucat sekali dan mengeluh pusing. Tidak lama anak langsung muntah-muntah dan berak-berak. Walau diberikan makanan dari Polres Solo, anak yang masih usia 6 tahun ini tetap saja tidak mau makan. Bahkan anak ini sering kencing. Sementara itu Istri Pilih syok dan menangis.
Sementara itu, dalam kasus penculikan Nu’im Ba’asyir, Uk nama anak Nuim Ba’asyir mendadak teriak histeris ketika sekelompok orang mendatangi rumahnya sore itu Selasa, 14 Mei 2013 sekitar jam 17.00 di daerah Joyotakan Rt 3 Rw 4 Pasar Kliwon Solo Jawa Tengah. Anak berusia 7 tahun kelas 2 SD mendengar tembakan peringatan dalam jarak dekat serta Ia sendiri di todong dengan pistol beneran,
Empat pelaku penculikan semuanya menggunakan helm berwarna hitam mengendarai 2 kendaraan langsung menangkap Nuim yang saat itu sedang berada didepan komputer. Nuim sempat meneriakan takbir atas reaksi mendengar suara tembakan dan jeritan sang anak.
Semenjak itu hingga hari ini, sang anak jika mengingat kejadian dan teringat bapaknya. Kondisinya saat ini ia memperlihatkan perilaku yang tidak biasa. Ia sering melempar, menendang apa saja yang ada didekatnya. Bahkan Ia juga meminta pindah rumah karena merasa sudah tidak nyaman lagi.
(azmuttaqin/arrahmah.com)