TOGO (Arrahmah.com) – Kekerasan meletus di kota kedua Togo, Sokode, setelah penangkapan seorang imam yang dikenal memiliki afiliasi dengan oposisi utama negara itu, memicu ketegangan setelah berminggu-minggu demonstrasi anti-pemerintah di negara tersebut.
“Listrik terputus sekitar pukul 7.malam setelah shalat isya,” kata Ouro Akpo Tchagnaou, dari oposisi utama National Alliance for Change (ANC) pada Senin (16/10/2017).
“Lima kendaraan polisi tiba untuk menangkap Alpha Alassane, seorang imam yang sangat terkenal di kota ini,” tambahnya. “Penduduknya merasa dijadikan target dan turun ke jalan.”
Bentrokan berlangsung sepanjang malam sampai ketenangan dipulihkan namun pihak berwenang telah diberi peringatan akan demonstrasi baru jika Alassane tidak dibebaskan pada Selasa pagi.
“Situasinya sulit dikendalikan semalam. Pasukan keamanan dan pemuda bentrok di beberapa bagian kota,” kata seorang warga kepada AFP.
“Ada ban yang terbakar, barikade dipasang dan bangunan dijarah,” tambah juru bicara ANC Eric Dupuy.
“Rumah dibakar seperti halnya bank dan sejumlah tempat milik TogoCell.”
“Kami tahu ada korban tewas dan luka-luka tapi saya tidak bisa memberikan rincian mengenai korban pada saat ini. Kami masih mengumpulkan laporan.”
Menteri keamanan Togo, Kolonel Yark Damehame, mengatakan kepada Radio Victoire bahwa penangkapan Alassane, yang dekat dengan Partai Nasional Panafrican (PNP), telah dibenarkan.
“Dalam khotbahnya dia telah menyerukan kekerasan dan kebencian. Khutbah terakhirnya adalah Jumat lalu ketika dia meminta pengikutnya untuk membunuh tentara,” katanya.
Alassane telah lama menjadi sosok dengan pendapat yang ‘melawan pemerintah’ di Togo namun penangkapannya terjadi pada saat ketegangan politik yang meningkat di Togo dalam beberapa bulan terakhir.
Dia telah bersekutu dengan PNP Tikpi Atchadam, yang telah mempelopori demonstrasi melawan Presiden Faure Gnassingbe yang telah memobilisasi ratusan ribu orang di seluruh negeri.
PNP dan 13 partai oposisi lainnya menyerukan perubahan politik di Togo untuk mengakhiri 50 tahun pemerintahan keluarga Gnassingbe.
Partai-partai oposisi telah berjanji untuk menentang larangan pemerintah pada demonstrasi pertengahan minggu dengan berbaris di ibukota Lome pada Rabu dan Kamis. (althaf/arrahmah.com)