KHALID, 15 TAHUN
“MEREKA MENGGANTUNG PERGELANGAN TANGANKU DI LANGIT-LANGIT, SEDANGKAN KAKIKU BERADA DI ATAS TANAH. DAN KEMUDIAN AKU DIPUKULI”
Aku meninggalkan Suriah, karena pemboman yang terus menerus, granat di mana-mana, dan penyiksaan-penyiksaan. Semua anak-anak ketakutan, mereka tidak tahu apa yang sedang terjadi.
Aku ditahan. Kau lihat bekas ini? Tanganku diikat dengan kawat plastik. Mereka mengikatnya dengan sangat kuat. Banyak anak-anak yang bersamaku di sel itu, dan tangan mereka diikat sama sepertiku. Kami meminta mereka untuk membuka ikatan ini, namun mereka semakin mengencangkan ikatannya.
Beberapa orang datang ke desaku. Aku berusaha untuk melarikan diri, namun mereka membawaku ke penjara. Meskipun sesungguhnya itu bukanlah penjara, melainkan sekolahku.
Sangat ironis, mereka membawaku ke sana untuk menyiksaku, di tempat yang pernah aku gunakan untuk sekolah dan belajar. Mereka mengambil alih sekolah tersebut dan menjadikannya pusat penyiksaan.
Ketika aku menyadari ke mana aku akan dibawa, maka aku sangat sedih, aku ingin menangis.
Aku ditahan di sana selama sepuluh hari. Dua hari pertama kami dipaksa untuk berdiri tegak dengan mata ditutup dan tanganku diikat dengan kawat plastik. Aku masih memiliki bekas lukanya.
Aku sangat takut. Lebih dari 100 orang yang ditahan di sebuah ruangan di sekolah itu. Salah satunya adalah anak laki-laki berumur 12 tahun. Dia ditahan di penjara selama lima hari. Kedua tangannya diikat ke belakang, sama sepertiku. Aku lalu berpikir, “apa yang dapat dia lakukan, dia hanya anak kecil berusia 12 tahun.”
Setelah dua hari, aku dibawa keluar dari ruang itu untuk diintrogasi. Selama itu, aku tidak makan apapun atau minum seteguk airpun, dan aku sangat lemas waktu itu. Mereka menggantung dua tanganku di atap, sedang kakiku tidak menyentuh tanah, kemudian aku dipukuli. Mereka ingin kami berbicara, untuk mengakui sesuatu.
Kebanyakan orang hanya bertahan satu jam sebelum akhirnya dilepaskan. Jika kamu digantung seperti itu lebih dari dua jam, maka kamu akan mati.
Aku akhirnya dilepaskan. Dilepaskan dari rasa sakit yang sangat akibat digantung seperti itu, dan dilepaskan dari pemukulan. Mereka menurunkanku dan memerciki air dingin di wajahku agar aku terbangun. Kemudian mereka menempelkan puntung rokok mereka di tubuhku. Di sini, aku masih memiliki bekasnya.
Anak laki-laki berusia 12 tahun yang bersamaku pun di gantung dan mendapatkan luka bakar dari rokok mereka, sama sepertiku.
Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri. Beberapa orang disiksa dengan listrik. Aku tidak. Aku pun tidak tahu mengapa mereka disiksa seperti itu sedang aku tidak. Aku rasa tidak ada alasan khusus, semua itu tergantung dengan apa yang orang-orang ini inginkan. Mereka tak menunjukkan rasa simpati ataupun belas kasih. Jumlah mereka kurang lebih 70 orang. Namun aku sendiri tidak yakin.
Bukan hal yang aneh ketika melihat mereka menggunakan sekolah sebagai tempat penyiksaan. Mereka menggunakan semuanya, sekolah-sekolah dan klinik-klinik. Tempat yang dulu kami tuju untuk mendapatkan obat-obatan kini berubah menjadi tempat penyiksaan. Aku sangat takut dengan tempat itu. Hingga sekarang, aku masih takut.
Hal lain yang mereka lakukan adalah mereka menggunakan anak-anak untuk melindungi diri mereka. Mereka tahu bahwa kami tidak akan menembak anak-anak, maka mereka menaruh anak-anak di depan mereka, maka anak-anak menjadi pelindung, dan bergerak ke desa-desa kami. Ini hal yang sangat mengerikan bagi anak-anak. Banyak dari mereka yang tewas.
Diterjemahkan dari UNTOLD ATROCITIES (The story of Syria’s Children) written by Save the Children organization
(siraaj/arrahmah.com)